Dolar Memperpanjang Rally Pelemahan Terhadap Mata Uang Lain Hari Jumat

Dolar AS memperpanjang rally pelemahan terhadap mata uang utama lainnya pada hari Jumat ditengah merebaknya varian delta covid-19 dan aksi profit taking setelah data sektor tenaga kerja kembali memburuk.

Kasus baru pasien covid-19 di AS meningkat 53% dengan 83% diantaranya disebabkan oleh varaqin delta. Varian ini telah membuat beberapa wilayah kembali memberlakukan pembatasan. Dikhawatirkan hal yang sama akan kembali diberlakukan di sejumlah wilayah di AS yang akan mempengaruhi laju pemulihan ekonomi.

Meski program vaksinasi masih terus dijalankan dengan mencapai 60% populasi dengan vaksin pertama dan 50% populasi sudah 2x vaksin masih belum menjamin penyebaran varian terbaru ini. Jika pemulihan ekonomi terhambat maka dipastikan perubahan kebijakan moneter yang diharapkan pasar juga semakin sulit diwujudkan.

Sementara itu data klaim pengangguran meningkat mencapai angka tertinggi sejak bulan Mei lalu yaitu sebanyak 419K jauh di atas perkiraan yang hanya 350K dan data periode sebelumnya juga di revisi dari 360K menjadi sedikit lebih buruk 368K. Jika tren ini berlanjut maka Fed diperkirakan juga akan menunda perubahan kebijakan moneternya.

Data Leading indeks yang merupakan gabungan 10 indikator ekonomi juga menurun 0.7% lebih jelek dari perkiraan 0.8%. Data periode sebelumnya juga di revisi menurun menjadi 1.2%.

Dolar AS Menahan Kenaikan pada Pasar Asia Kamis Pagi

Dolar AS menahan rally kenaikannya pada pasar Asia hari Kamis, setelah pada sesi sebelumnya menguat terhadap mata uang lainnya.

Resiko perdagangan terus meningkat dalam beberapa sesi terakhir, melihat penyebaran pandemic varian baru, Singapura yang sebelumnya sempat mengeluarkan statement berdamai dengan Covid pun kembali memberlakukan pembatasan ketat. Australia juga masih memberlakukan lockdown di Melbourne dan Sydney. Sejumlah negara lainnya juga kembali memperketat pembatasan perjalanan.

Mata uang dolar yang sejak pandemik menjadi safe haven kembali mendapat momentum untuk menguat. Dan juga oleh eskpektasi akan perubahan kebijakan moneter dari Fed terutama perihal tapering dalam watku tidak lama lagi dan normalisasi suku bunga dalam jangka panjang. Tertahannya dolar dikarena market sedikit ambli posisi wait and see menjelang pertemuan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) hari ini.

Poundsterling rebound dari harga terendah sejak Februari seiring tertahannya penguatan mata uang Dolar. Inggris meneruskan rencana pembukaan total akses di seluruh Inggris yang dinamai Freedom Days sejak Senin lalu. Meski demikian tetap disarankan untuk mematuhi protokol kesehatan yang ketat.

Pada saat yang sama Perdana Menteri – Boris Johnson mengumumkan melakukan isolasi mandiri seiring dengan terpaparnya dengan pasien covid-19. Data ekonomi juga masih tidak mendukung untuk penguatan mata uang GBP, hutang sektor publik di Inggris semakin meningkat 22B melampaui perkiraan 21.5B dan periode sebelumnya direvisi membaik dari 23.6B menjadi 19.9B.

Dolar Menguat pada Hari Rabu Dipicu Peningkatan Risiko Perdagangan

Dolar menguat terhadap mata uang utama lainnya karena menjadi asset safe haven yang dipicu oleh kekhawatiran akan kasus baru varian delta covid-19 yang meningkat secara global.

Beberapa negara yang sebelumnya sudah terkendali terjadi kembali kenaikan kasus yang meningkatnya cukup tajam dari varian ini. Seperti di Australia yang kembali memberlakukan lockdown di Melbourne dan Sydney. Di AS juga mengalami hal yang sama terutama di wilayah dengan tingkat vaksinasi yang rendah. Jika tidak segera ditangani secara benar dikhawatirkan akan menghalangi pemulihan ekonomi yang pada akhirnya akan menunda perubahan kebijakan moneter dari Fed seperti yang diharapkan pasar.

 Sementara Presiden Biden dalam pidato menyinggung masih tingginya inflasi di AS yang diakui namun diperkirakan hanya bersifat temporer dan akan berangsur turun sama seperti pandangan dari pejabat Fed. Perihal Inflasi ini Menteri Keuangan – Janet Yellen juga menyatakan inflasi masih akan terus melonjak dalam beberapa bulan mendatang.

Poundsterling mengalami penurunan tajam pada hari Freedom Day dimana Inggris menerapkan pembukaan akses total dengan mengakhiri semua pembatasan lockdown yang sudah berlaku lebih dari setahun. Namun justru hal ini menjadi kotradiski dengan Perdana Menteri – Boris Johnson mengumukan isolasi mandiri setelah berhubungan dekat dengan orang positif covid-19. Bahkan AS juga menganjurkan warga AS untuk menghindari perjalanan ke Inggris seiring dengan penularan varian delta covid-19 di Inggris cukup tinggi. Langkah pembukaan

Dolar Kembali Menguat pada Jumat Pagi Didorong Data Tenaga Kerja AS

Dolar kembali menguat pada Jumat pagi, didorong oleh set data tenaga kerja AS yang meningkat.

Pada sesi sebelumnya, data klaim pengangguran di AS turun hingga hampir sama seperti sebelum pandemik melanda yaitu sebanyak 360K dari periode sebelumnya yang di revisi lebih banyak dari 375K menjadi 386K. Angka tersebut merupakan angka terendah sejak pertengahan Maret 2020 diawal pandemik lalu. Sejak akhir Mei tahun lalu angka klaim pengangguran terus berada diatas angka 400K sehingga memaksa pemerintah setidaknya di 20 negara bagian di AS membuat anggaran program khusus pengangguran akibat pembatasan atau lockdown karena pandemik.

Rilis data lainnya cukup mixed dengan indeks manufaktur di Philadelphia turun ke 21.9 dari periode sebelumnya 30.7. Namun diimbangin dengan data yang sama di negara bagian New York yang meningkat tajam ke 43.0 dari periode sebelumnya 17.4. Sedangkan Industrial Production & Capacity Utilization juga mengalami penurunan.

Sementara itu Ketua Fed – Jerome Powell dalam pidato semalam masih menyuarakan hal senada dengan hari sebelumnya yang mengatakan inflasi memang terus meningkat dan hal ini diluar ekspektasi Fed, namun masih cukup yakin bahwan kenaikan inflasi tetap hanya bersifat transisi sehingga masih belum perlu untuk normalisasi kebijakan moneter yang longgar saat ini.

Hari ini Bank Sentral Jepang (BOJ) dijadwalkan akan mengadakan pertemuan moneter hanya waktunya masih tentatif.

Dolar Lebih Kuat Rabu pagi di Tengah Peningkatan Tingkat Inflasi AS

Dolar diperdagangkan lebih kuat terhadap mata uang lainnya seiring dengan data inflasi AS yang rilis di luar perkiraan pasar pada sesi sebelumnya.

Tingkat inflasi semakin meningkat semakin memperbesar peluang perubahan kebijakan moneter Fed. Data inflasi CPI di AS melonjak ke level tertinggi dalam 13 tahun terakhir dengan data y/y atau dibandingkan dengan data yang sama periode setahun yang lalu terjadi kenaikan 5.4% . Dengan data Core yang tidak menyertakan komponen makanan dan bahan bakar naik 4.5%.

Sedangkan data bulanan naik 0.9% dari periode sebelumnya 0.6% yang jauh lebih baik dari perkiraan turun ke 0.5% dan data Core juga naik 0.9% yang lebih baik dari perkiraan turun ke 0.4% dari periode sebelumnya 0.7%.

Dengan data-data diatas menunjukkan inflasi masih jauh melampaui target fed dikisaran 2% sehingga membuka peluang bagi Fed untuk mengubah kebijakan moneternya sebelum terjadinya overheat. Dengan level inflasi saat ini kemungkinan untuk mendekati level target Fed pun akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar yang artinya kenaikan inflasi tidak sekedar transisi seperti yang selama ini diyakini oleh sejumlah pejabat Fed.

Hal ini menjadikan testimoni tengah tahunan Ketua Fed – Jerome Powell malam ini didepan komite kebijakan moneter dan ekonomi parlemen AS akan menjadi sangat penting untuk dicermati. Untuk mengetahui pandangannya terhadap kondisi ekonomi terkini dan peluang perubahan langkah moneter yang akan diambil pada pertemuan moneter FOMC berikutnya.

Di lain tempat Euro turun tajam seiring dengan penguatan mata uang dolar. Dengan data inflasi CPI yang stagnan di Jerman 0.4% dan data inflasi CPI di Prancis yang turun 0.1% lebih jelek dari perkiraan stabil 0.2%, membuat sentimen Euro menjadi negatif terlebih dengan masih belum adanya kejelasan langkah pembukaan akses di sejumlah wilayah ini meski program vaksinasi sudah berjalan.

Dolar Masih Cenderung Melemah Hari Selasa Jelang Set Data Inflasi AS

Dolar AS masih cenderung melemah hari Selasa, melanjutkan rally penurunan dari sesi sebelumnya. Melemahnya greenback dipicu oleh aksi profit taking menjelang data inflasi di AS dan pertemuan moneter dari 3 bank sentral yaitu Bank Sentral New Zealand (RBNZ), Bank Sentral Kanada (BOC) dan Bank Sentral Jepang (BOJ).

Dengan data fundamental di AS yang cenderung menurun akhir-akhir ini membuat pasar semakin mengkhawatirkan akan peluang perubahan kebijakan moneter dari Fed yang menjadi tolok ukur kesuksesan pemulihan ekonomi di AS.

Pekan ini juga Ketua Fed – Jerome Powell akan memberikan testimoni perihal kebijakan ekonomi dan moneter di depan parlemen AS besok malam. Selain itu pasar juga akakn mencermati data ekonomi di China dan juga langkah moneter dari Bank Sentral China (PBOC).

Pertemuan moneter RBNZ dan BOC dijadwalkan pada esok hari disusul dengan testimoni semi annual Ketua Fed dilanjutkan dengan pertemuan moneter Bank Sentral Jepang di akhir pekan nanti.

Sementara itu, Poundsterling juga masih tertekan terhadap Dolar mendekati pembukaan kembali ekonomi minggu depan Meskipun masih terjadi peningkatan kasus baru varian baru covid-19 namun angka kematian cenderung menurun terus. Sehingga Perdana Menteri – Boris Johnson tetap optimis dan belum ada rencana penundaan pembukaan akses secara total tersebut.

Dolar Menguat Hari Senin Didukung Peningkatan Risiko Perdagangan Global

Dolar AS diperdagangkan lebih tinggi pada Senin pagi. Greenback diuntungkan sebagai asset safe-haven di tengah kekhawatiran pemulihan ekonomi global karena kasus Covid-19 melonjak lagi.

Pada perdagangan hari ini, Indeks Dolar AS diperdagangkan 0,1% lebih tinggi pada 92,505, hanya mendekati tingkat tertinggi sebelumnya di 92,844.

Pasangan USD/JPY naik 0,3% pada 110,06, Jepang telah mengumumkan keadaan darurat untuk Tokyo karena kasus meningkat, yang berarti bahwa Olimpiade yang akan datang sebagian besar akan berlangsung tanpa penonton.

EUR/USD turun 0,1% menjadi 1,1827, sementara AUD/USD yang sensitif terhadap risiko turun 0,1% menjadi 0,7419, mendekati harga terendah baru untuk tahun ini di 0,7410.

Risiko perdagangan terus meningkat, melihat varian Covid Delta yang menyebar cepat dari virus Covid-19 dapat menghambat rebound pada perekonomian global. Kekhawatiran ini mengakibatkan benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun jatuh ke level terendah dalam hampir lima bulan di 1,25%.

Selain itu, GBP/USD turun 0,1% menjadi 1,3768 setelah ekonomi Inggris tumbuh kurang dari yang diharapkan pada bulan Mei, dengan perkiraan PDB negara tersebut menunjukkan ekspansi 0,8%, perlambatan dari pertumbuhan 2% bulan sebelumnya.

Di tempat lain, USD/CNY turun 0,1% menjadi 6,4881, setelah indeks harga konsumen China tumbuh lebih kecil dari perkiraan 1,1%. Sementara itu, indeks harga produsen tumbuh 8,8% pada tingkat tahunan di bulan ini.

Pasar Mata Uang Asia Terpantau Stabil di Tengah Rebound-nya Ekonomi AS

Dolar diperdagangkan stabil pada sesi pasar Asia hari Jumat, meskipun ekonomi dan bisnis di AS terus meningkat yang menjadi penggerak pemulihan ekonomi pasca pandemik.

Pembukaan akses pelayanan umum dan pembebasan perjalanan membuat aktifitas ekonomi meningkat cukup signifikan. Hal ini membuat Fed merasa perlu untuk menyesuaikan kebijakan moneter dengan pengurangan pembelian aset surat berharga dalam program QE-nya atau yang lebih dikenal dengan tapering. Meski demikian sejumlah data fundamental masih belum sepenuhnya mengikuti laju pemulihan ekonomi tersebut, yaitu dari sektor tenaga kerja dan sektor jasa.

Setelah sebelumnya data PMI di sektor jasa yang turun dibawah perkiraan. Laporan mingguan klaim pengangguran yang diriilis semalam menunjukkan terjadinya peningkatan 373K yang lebih banyak dari perkiraan 345K bahkan data periode sebelumnya juga direvisi naik dari 364K menjadi 371K. Banyaknya klaim pengangguran ini masih menandakan tidak banyak rakyat AS yang kembali bekerja dan masih mengharapkan subsidi dari pemerintah.

Hingga saat tersebut sementara diperkirakan sektor tenaga kerja masih akan stagnan seperti saat ini. Yang menjadi kendala bagi Fed untuk mengubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat.

Sementara di lain tempat, Poundsterling masih berlnajut melemah terhadap Dolar dan Euro menjelang data GDP siang ini. Data resmi GDP dari biro statistik diperkirakan akan menurun. Euro mengalami rebound terhadap Dolar setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan kebijakan target inflasi baru.

Sebelumnya ECB menganut kebijakan target inflasi di bawah hingga 2%, diubah menjadi 2% yang fleksibel dengan memungkinkan deviasi di bawah maupun di atas target tersebut. Selama ini inflasi selalu di bawah target ECB dalam 1 dekade terakhir ini. Keputusan ini disepakati dalam pertemuan khusus ECB sekaligus mengakhiri review strategi dalam hampir 20 tahun ECB.

Dolar Berbalik Menguat pada Hari Kamis Setelah Rilis Minutes FOMC

Dolar berbalik menguat terhadap mata uang utama lainnya setelah rilis minutes FOMC yang menegaskan pengurangan program QE atau tapering dapat dilaksanakan dalam waktu dekat.

Pejabat Fed dalam pertemuan moneter FOMC lalu merasa perkembangan yang cukup substansial pada pemulihan ekonomi dan sepakat perlu mempersiapkan tindakan jika inflasi dan resiko lainnya terbukti terus meningkat.

Ketua Fed cabang Boston – Raphael Bostic semalam juga kembali menyampaikan hal senada dengan mengatakan sudah dekat waktunya untuk tapering. Bostic juga mengatakan inflasi mungkin akan turun namun tidak akan sampai turun dibawah 2% seperti yang merupakan target Fed. Bostic menambahkan jika penundaan akan membuat sistem ekonomi dan keuangan menjadi tidak stabil. Optimisme ini diharapkan akan semakin meningkat pada pertemuan moneter FOMC berikutnya pada 29 Juli mendatang.

Sementara Poundsterling juga terus melemah terhadap Dolar lebih dikarenakan oleh perbedaan pandangan Bank Sentral Inggris (BOE) dan Fed yang bertolak belakang. Fed yang sudah merubah pandangannya terhadap kondisi terkini di AS sedangkan BOE masih menganggap inflasi hanya bersifat sementara. Gubernu BOE – Andrew Bailey beberapa waktu mengaakan tidak perlu over reaksi terhadap tingginya inflasi saat ini karena hanya temporer dan akan kembali turun sesuai target BOE.

Namun rencana pembukaan akses secara total oleh pemerintah Inggris berpotensi untuk terus mendorong inflasi lebih tinggi. Sementara fundamental hanya data dari sektor perunahan masih mixed dengan indeks harga perumahan dari Halifax turun untuk pertama kali sejak Januari sedangkan data dari RICS pagi justru naik di beberapa wilayah tertentu di Inggris.

Dolar AS Rebound pada Perdagangan Rabu Jelang Rilis Minutes Fed

Dolar AS rebound menguat terhadap mata uang utama lainnya menjelang rilis minutes pertemuan moneter malam ini meskipun data fundamental justru negatif. Seiring dengan US market kembali buka setelah libur sehari sebelumnya membuat ikut menjadi faktor penguatan mata uang dolar.

Pasar mengantisipasi minutes pertemuan moneter FOMC bulan Juni lalu untuk mengetahui peluang waktu yang tepat bagi Fed untuk melakukan tapering. Seperti diketahui pertemuan moneter FOMC yang lalu Fed mengubah dot-plotnya menjadi lebih maju dari hasil pertemuan moneter sebelumnya. Dan mulai membuka pembahasan untuk mengurangi program QE-nya.

Rencana tapering ini menjadi pertanda pemulihan ekonomi yang utama paska pandemik yang melanda dunia. Yang menjadi perhatian adalan waktu atau timing dari program tapering ini karena data ekonomi akhir-akhir ini tidak terlalu mendukung hal tersebut. Meski sektor tenaga kerja dari laporan Non-Farm Payroll meningkat, namun tidak diimbangi dengan upah rata-rata yang malah turun.

Sementara Sektor jasa juga masih belum menunjukkan pemulihan seperti yang diharapkan. Data PMI dari ISM di sektor jasa di AS turun  cukup drastis 60.1 dari periode sebelumnya 64.0 dan meleset dari perkiraan 63.4. Ini bukan saja lebih jelek dari perkiraan namun juga terburuk dalam 4 bulan terakhir.