Berita Ekonomi Dolar AS Masih Ditopang Oleh...

Dolar AS Masih Ditopang Oleh Ekspektasi Bank Sentral AS

18-04-2022Penulis: Berita Ekonomi

Tanda-tanda rupiah bakal melemah sudah terlihat sejak pagi di mana kurs non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah ketimbang beberapa saat sebelum penutupan perdagangan Kamis pekan lalu.

Dolar Amerika Serikat (AS) sedang kuat-kuatnya, tetapi rupiah masih mampu menguat tipis 0,14% sepanjang pekan lalu ke Rp 14.345/US$. Indeks dolar AS pagi ini kembali naik, memberikan tekanan bagi rupiah. Sementara itu pelaku pasar di dalam negeri menanti rilis neraca perdagangan Indonesia.

Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,13% ke Rp 14.360/US$. Posisi rupiah kemudian membaik, berada di Rp 14.345/US$ atau melemah hanya 0,02%.

Dolar AS masih ditopang oleh ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada bulan Mei dan Juni.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot.

Indeks dolar AS sepanjang pekan lalu melesat 0,52%, dan pagi ini naik lagi 0,2% ke 100,527. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 2 tahun terakhir.

Di sisi lain, rupiah masih ditopang oleh aliran modal masuk ke pasar saham Indonesia. Data pasar menunjukkan sepanjang pekan lalu investor asing melakukan beli bersih sekitar Rp 5,3 triliun, dan sepanjang tahun ini lebih dari Rp 41 triliun.

Sementara itu, impor diperkirakan tumbuh 17,07 YoY. Dengan perkiraan tersebut, neraca perdagangan diprediksi surplus US$ 2,98 miliar. Surplus tersebut lebih kecil dari Februari yang mencapai US$ 3,97 miliar, tetapi akan menjadi surplus dalam 23 bulan beruntun.

Sementara itu Badan Pusat Statistik hari ini akan merilis data neraca perdagangan. Konsensus pasar yang dihimpun dari 12 institusi keuangan memperkirakan nilai ekspor bulan lalu naik 23,22% dari Maret 2021 (year-on-year/YoY).

Surplus neraca dagang bisa membantu transaksi berjalan (current account) mencatat kinerja positif yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.