Berita Ekonomi Rupiah Kurang Beruntung; Inflasi AS...

Rupiah Kurang Beruntung; Inflasi AS Masih Tinggi

12-05-2022Penulis: Berita Ekonomi

Kurs rupiah sempat menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di sesi awal perdagangan hari ini, Kamis. Namun, berbalik arah ke zona negatif hingga pertengahan hari.

Kemarin, telah dirilis Indeks Harga Konsumen (IHK) AS bulan April yang berada di 8,3%, turun dari 8,5% di bulan Maret, tapi tetap melampaui perkiraan para analis di 8,1%.

Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air di sesi awal perdagangan menguat 0,21% ke Rp 14.525/US$. Kemudian, rupiah berbalik arah menjadi terkoreksi sebanyak 0,17% ke Rp 14.580/US$. 

Indeks dolar AS yang mengukur greenbackterhadap 6 mata uang utama, menguat sekitar 0,1% ke level 103,948, masih mendekati rekor tertingginya sejak dua dasawarsa pada awal pekan di level 104,49.

Menurut alat FedWatch CME, pasar sepenuhnya memprediksikan setidaknya kenaikan pada suku bunga acuan sebesar setengah poin persentase atau 50 basis poin pada pertemuan Fed periode 15 Juni dan 27 Juli.

Data menunjukkan inflasi mungkin telah mencapai puncaknya, tapi tidak mungkin untuk mendinginkannya dengan cepat. IHK yang moderat karena berada dekat dengan rekor tertingginya sejak 40 tahun, tetap menjaga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di jalur untuk memperketat kebijakan moneternya secara agresif.

Data IHK bulan Mei akan dirilis lima hari sebelum pertemuan Fed bulan Juni dan potensi kenaikan 75 basis poin akan tetap memungkinkan.

Namun, secara year-to-date, performa rupiah dapat terbilang ciamik. Rupiah berhasil juara kedua di Asia, di mana pelemahan rupiah terhadap dolar AS lebih sedikit dibandingkan dengan mata uang di Asia. Mata Uang Garuda hanya kalah dengan dolar Hong Kong yang terkoreksi terhadap si greenback hanya 0,7%. Sementara, rupiah melemah 2,1%.

Potensi keagresifan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan dan memangkas neracanya, membuat likuiditas di perekonomian AS akan terserap lebih banyak. Terserapnya likuiditas berarti jumlah dolar AS yang beredar menjadi berkurang, alhasil nilainya pun terus menanjak. Tidah heran, jika rupiah pun tertekan.

Pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF), indikasi pelemahan rupiah akan tetap bertahan hari ini, ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.