Berita Ekonomi Dolar Lebih Lemah Pada Senin...

Dolar Lebih Lemah Pada Senin Pagi Setelah Rilis Payrolls AS Minggu Lalu

10-05-2021Penulis: Admin

Dolar lebih lemah pada Senin pagi setelah rilis laporan tenaga kerja Non-Farm Payroll AS pekan lalu yang dirilis sangat jauh dari perkiraan.

Diluar perkiraan penambahan lapangan kerja diluar sektor pertanian atau Non-Farm Payroll hanya menambahkan sebanyak 266K yang sangat jauh dari perkiraan mendekati 1 juta lapangan kerja.

Begitu juga data periode sebelumnya di revisi turun dari 916K menjadi hanya 770K. Sementara tingkat pengangguran juga meningkat 6.1% dari periode sebelumnya 6.0% dan juga lebih jelek dari perkiraan turun 5.8%.

Satu-satunya data positif adalah terjadinya kenaikan upah rata-rata 0.7% jauh lebih baik dari perkiraan 0.0% dan periode sebelumnya yang -0.1%. Menurunnya penambahan lapangan kerja ini diperkirakan karena sebagian rakyat AS masih segan untuk mengambil peluang kerja karena adanya dana bantuan dari paket stimulus fiskal bulan Maret lalu, yang masih berlaku hingga bulan September mendatang.

Terutama di sektor manufaktur dan tenaga kerja paruh waktu, meskipun di sektor pariwisata terjadi peningkatan sebanyak 330K lapangan kerja namun tidak diimbangi dengan sektor manufaktur.

Dengan data ini menegaskan mengapa ketua Fed – Jerome Powell dan pejabat Fed lainnya belum membahas perihal tapering dalam pertemuan moneter beberapa pekan lalu. Hal ini sekaligus menghapus spekulasi akan terjadinya lonjakan inflasi seperti yang selama ini beredar di pasar.

Sementara itu Euro menguat hingga 1.2172 mendekati level tertinggi yang terjadi pada 26 Februari lalu di 1.2177 seiring dengan pelemahan mata uang dolar. Fundamental ekonomi Uni Eropa sendiri tidak ada yang dirilis namun dengan laju program vaksinasi yang semakin meningkat diharapkan dapat segera menyusul pemulihan ekonomi di AS dan Inggris tidak lama lagi.

Hari ini akan dirilis data sentimen investor dan sepanjang pekan ini akan dirilis data sentimen ekonomi dari ZEW dan juga data inflasi di Jerman dan Prancis serta proyeksi ekonomi dari Komisi Eropa.