Berita Ekonomi Yen Tetap Terdampak Tingginya Biaya...

Yen Tetap Terdampak Tingginya Biaya Impor dan Rendahnya Suku Bunga Walau Dollar AS Menurun

25-03-2022Penulis: Berita Ekonomi

Dolar AS melemah pada akhir pekan pagi di Asia, dan yen Jepang berada pada minggu terburuk dalam dua tahun. Meningkatnya biaya impor dan suku bunga rendah berkontribusi atas tren penurunan yen, tetapi mata uang komoditas akan mengalami kenaikan mingguan kedua berturut-turut terhadap dolar sejalan dengan harga ekspor yang terus melambung.

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya terus melemah 0,33% di 98,47.

Pasangan  USD/CNY turun tipis 0,1% menjadi 6,3612 sedangkan \\ GBP/USD menguat 0,26% di 1,3219.

Pasangan  USD/JYP melemah 0,80% menjadi 121,38. Data ekonomi Jepang yang dirilis sebelumnya menunjukkan  indeks harga konsumen Tokyo (IHK) untuk Maret 2022 tumbuh sebesar 1,3%, dan IHK inti Tokyo tumbuh sebesar 0,8%, dari tahun ke tahun. IHK Tokyo tidak termasuk makanan dan energi juga tumbuh 0,2% bulan ke bulan.

Pasangan  AUD/USD naik tipis 0,10% ke 0,7522 dan  NZD/USD naik tipis 0,16% di 0,6976. Adapun rupiah sedikit menguat 0,02% di 14.341,6 per dolar AS.

Namun, yen telah turun 2,6% terhadap dolar untuk minggu ini, jatuh melewati angka 120 dan mengincar level resisten utama di sekitar 123,72. Mata uang ini telah kehilangan hampir 6% hingga Maret 2022 hingga saat ini dan turun sekitar 8% terhadap dolar Australia dalam delapan sesi.

Kekhawatiran terhadap kenaikan biaya energi dan makanan yang berasal dari invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari yang dapat merugikan ekonomi Eropa terus berlanjut. Euro telah sedikit melemah sepanjang minggu ini sebesar 0,19% meski naik 0,36% di 1,1037 untuk hari ini.

Australia, negara pengekspor energi dan makanan, adalah salah satu negara yang mendapat keuntungan dari kenaikan biaya dan Aussie mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut lebih dari 1%.

Penurunan terbaru ini dipicu oleh pernyataan hawkish dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell awal pekan ini yang juga mendorong lonjakan imbal hasil obligasi AS. Bank of Japan (BOJ), pada bagiannya, berpegang pada nada kebijakan yang lebih dovish daripada The Fed, tetapi beberapa investor mengingatkan bahwa, pada level terendah enam tahun, yen jatuh menuju beberapa kedalaman yang tidak nyaman.

Rubel Rusia diperdagangkan menguat di sesi Eropa Kamis kemarin setelah Presiden Vladimir Putin berjanji untuk mulai menjual gas ke negara-negara “tidak bersahabat” dalam mata uang tersebut. Namun, kehilangan sebagian dari kenaikannya dalam perdagangan luar negeri yang tipis dan terakhir diperdagangkan di 103 per dolar.

Pergerakan terbaru ini di pasar obligasi juga menempatkan bank sentral dalam kesulitan. Mempertahankan tantangan untuk mengontrol kurva imbal hasil dapat semakin melemahkan yen. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun mencapai 0,236% pada hari akhir pekan, mendekati batas atas 0,25%.