Dolar Melemah Hari Senin Meskipun Data Payrolls AS Meningkat

Dolar melemah pada hari Senin meskipun data sektor tenaga Non-Farm Payroll kerja lebih baik dari perkiraan namun komponen lainnya justru turun.

Data Non Farm Payroll menunjukkan terjadi peningkatan lapangan kerja sebanyak 850K yang melampaui perkiraan 725K dari periode sebelumnya yang juga di revisi naik dari 559K menjadi 583K. Sedangkan tingkat upah turun 0.3% sesuai perkiraan dari periode sebelumnya 0.4%. Sedangkan tingkat pengangguran justru naik 5.9% lebih jelek dari perkiraan turun 5.6% dari periode sebelumnya 5.8%.

Data ini menggambarkan bahwa terjadi penambahan daya serap tenaga kerja namun dengan tingkat upah yang rendah sehingga pendapatan penduduk AS tidak akan berbeda jauh dari saat ini begitu pula sehingga daya beli diperkirakan juga masih belum berubah.

Dengan asumsi seperti diatas maka dolar mengalami koreksi ditambah dengan libur panjang akhir pekan karena malam ini bursa saham dan pasar mata uang di AS tutup merayakan hari kemerdekaan yang jatuh pada tgl 4 juli kemarin.

Secara umum kondisi sektor tenaga kerja tetap positif dengan harapan seiring dengan pemulihan ekonomi maka tingkat upah juga diharapkan akan ikut membaik. Sementara data Factory Order juga masih solid dengan naik 1.7% dari periode sebelumnya -0.1%.

Malam ini pasar AS akan tutup karena libur Independence Day.

Dolar Terus Menguat Hari Jumat Jelang Rilis Data Payrolls AS

Dolar terus melanjutkan rally penguatannya terhadap mata uang lainnya jelang rilis data Non-Farm Payrolls AS malam hari nanti.

NFP diperkirakan akan naik 725K dari periode sebelumnya 559K, tingkat pengangguran turun 5.7% dari periode sebelumnya 5.8% namun upah rata-rata malah diperkirakan turun dari 0.5% menjadi hanya 0.3%. Pasar berharap angka tersebut akan terlampaui sehingga harapan akan perubahan kebijakan moneter Fed dapat segera terwujud sesuai ekspektasi.

Laporan mingguan untuk data pengangguran yang dirilis semalam juga mendukung hal tersebut dengan mengalami penurunan 364K dari periode pekan lalu 415K dan lebih baik dari perkiraan 388K. Dan juga data PHK dari Challenger yang turun 16.7% dari periode sebelumnya.

Namun rally kenaikan masih tertahan melihat data PMI dari ISM 60.6 dari periode sebelumnya 61.2 dan meleset dari perkiraan 61.0. Komponen tenaga kerja dari data ISM ini juga turun dari 50.9 menjadi hanya 49.9 ini merupakan penurunan dalam 7 bulan terakhir atau sejak November tahun lalu. Hal ini ditengarai karena kurangnya bahan baku produksi dan kelangkaan tenaga terampil sehingga perusahaan perlu memangkas tenaga kerja untuk sementara waktu.

Sementara itu kekhawatiran akan merebaknya kembali penularan covid-19 sedikit banyak menjadikan Dolar sebagai safe haven. Penundaan pembukaan akses total di Inggris dan di berlakukannya pembaatasan sosial atau lockdown kembali di Australia.

Dolar Terus Menguat Didukung Optimisme Data Ekonomi AS

Dolar masih terus menguat terhadap mata uang perdagangan lainnya pada hari Rabu didukung oleh sentimen positif akan data sektor tenaga kerja Non-Farm Payroll yang akan dirilis pada penghujung pekan ini.

Set data fundamental berupa kepercayaan konsumen yang mecapai rekor tertinggi dalam 16 bulan terakhir yaitu meningkat 127.3 yang melampaui perkiraan 118.9 dan periode sebelumnya yang juga di revisi membaik dari 117.2 menjadi 120.0. Ini artinya rakyat AS lebih percaya akan membaiknya kondisi ekonomi saat ini dan di masa yang akan datang.

Optimisme pemulihan ekonomi juga meningkat seiring dengan rencana pembangunan infrastruktur Presiden Biden senilai $1.2 trilliun dapat segera disahkan oleh Kongres dalam waktu tidak lama lagi. Sementara Pejabat Fed kembali menyuarakan peluang perubahan kebijakan moneter lebih cepat dari perkiraan ikut menjadi sentimen positif untuk dolar.

Selain itu kekhawatiran akan ancaman merebaknya covid-19 secara global kembali meningkat dan menjadi resiko bagi investor dan mengalihkan asetnya ke dalam dolar AS yang dinilai lebih likuid. Setelah negara di Kawasan Asia mencatat rekor angka pasien baru tertular Covid-19.

Di lain tempat, Euro masih terus tertekan hingga turun dibawah level 1.19 seiring menguatnya mata uang dolar. Sementara data inflasi CPI di Jerman juga cenderung turun 0.4% sesuai perkiraan dari periode sebelumnya 0.5% yang menjadi penegas langkah Bank Sentral Eropa (ECB) untuk tidak melakukan perubahan kebijakan moneter seperti pada pertemuan moneter mereka beberapa waktu lalu. Sementara data yang sama di Spanyol juga turun 2.6% dari perkiraan stabil sama seperti periode sebelumnya 2.7%.

Dolar Menguat Pada Senin Pagi, Meskipun Data Inflasi AS Lebih Rendah Minggu Lalu

Dolar lebih kuat pada Senin pagi di sesi Asia meskipun data inflasi AS lebih rendah. Pasar masih tetap khawatir tentang kebijakan pengetatan moneter jika tekanan harga konsumen terus meningkat.

Indeks Dolar AS pada perdagangan hari ini tercatat naik tipis 0,03% menjadi 91,868.

Pasangan USD/JPY turun tipis 0,08% menjadi 110,69 setelah Bank of Japan merilis ringkasan pertemuan bank sentral. Pembuat kebijakan berharap bahwa percepatan vaksinasi COVID-19 akan mendorong pemulihan ekonomi.

Pasangan AUD/USD turun tipis 0,01% ke 0,7585 dan pasangan NZD/USD turun tipis 0,03% ke 0,7070.

Pasangan USD/CNY naik tipis 0,13% menjadi 6,4631. Data yang dirilis sebelumnya mencatatkan laba industri China meningkat 36,4% tahun ke tahun di bulan Mei, lebih rendah dari pertumbuhan 57% selama sesi sebelumnya.

Pasangan GBP/USD naik tipis 0,04% menjadi 1,3882, dengan Andrew G Haldane, anggota Komite Kebijakan Moneter Bank of England, akan berbicara di kemudian hari.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti (PCE) tumbuh 0,5% bulan ke bulan di bulan Mei, lebih rendah dari 0,6% dalam perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com dan angka 0,7% di bulan April. Indeks harga inti PEC melonjak 3,4% dalam 12 bulan hingga Mei, kenaikan terbesar sejak April 1992.

Meskipun begitu tingkat inflasi diperkirakan akan melambat pada akhir tahun 2021, investor tetap berhati-hati terhadap tekanan harga yang didorong oleh upah karena pasar tenaga kerja yang ketat.

Investor sekarang menunggu nonfarm payrolls pada bulan Juni, yang akan jatuh tempo pada hari Jumat. Itu 559.000 pada bulan Mei dan diharapkan meningkat 675.000 pada bulan Juni.

Sementara itu, investor tetap optimis tentang pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung dari COVID-19 setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan dia tidak berencana untuk memveto RUU infrastruktur bipartisan senilai $1,2 triliun jika rencana pengeluaran Demokrat yang terpisah tidak lulus Kongres.

Pasar Asia Terpantau Datar Setelah Fed Memastikan Menahan Suku Bunga

Pasar mata uang Asia terpantau datar pada perdagangan hari Rabu setelah pidato dari Ketua Fed – Jerome Powell yang semakin memastikan lagi langkah bank sentral untuk memicu pemulihan sektor tenaga kerja dan tidak menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Powell menambahkan Fed akan menunggu hingga tingkat inflasi benar-benar terarah dan kepastian lainnya. Sejumlah pejabat lainnya masih berbeda pendapat mengenai waktu yang tepat saat untuk mengetatkan kebijakan moneter meski inflasi terus naik. Ketua Fed cabang San Fransisco – Mary Daly mengatakan Fed memungkinkan untuk memulai tapering di akhir tahun ini atau paling lambat diawal tahun depan.

Hal senada disampaikan oleh Ketua Fed cabang Dallas – Robert Kaplan kemarin yang mengatakan lebih baik tidak terburu-buru dalam tapering ini agar dapat menghindari risiko yang mungkin muncul. Sementara Ketua Fed cabang New York – John Williams di tempat berbeda mengatakan ekonomi masih belum menunjukkan perubahan yang cukup signifikan hingga belum diperlukan perubahan kebijakan moneter, meski tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi naik 7% namun tidak akan terus naik terlebih setelah seluruh aktifitas ekonomi berjalan normal seperti sebelum pandemik.

Fundamental ekonomi menunjukkan indeks manufaktur di negara bagian Richmond meningkat 22 dari perkiraan stabil sama seperti periode sebelumnya 18. sementara data perumahan juga terus positif 5.80M sedikit berkurang dari periode sebelumnya 5.85M namun lebih baik dari perkiraan turun 5.71M.

Dolar Mempertahankan Kenaikannya Pada Pasar Asia Hari Selasa

Dolar mempertahankan rally kenaikannya pada pasar Asia hari Selasa, setelah menguat hingga level tertingi dalam 2 bulan terakhir. Koreksi terjadi setelah debat seputar kapan dan bagaimana Federal Reserve akan memulai pengurangan stimulus moneter antara 2 pejabat Fed yaitu Ketua Fed cabang St. Louis – James Bullard and dan Ketua Fed cabang Dallas – Robert Kaplan.

Dalam debat yang lebih tepat dikatakan sebagai diskusi tersebut, keduanya mendukung pengurangan stimulus tersebut namun juga mengemukakan sejumlah kemungkinan yang dapat terjadi melalui uji coba awal kerangka kerja strategis baru dari Fed dimana inflasi dimungkinkan untuk melampaui target Fed 2%.

Bullard masih bertahan seperti yang disampaikan hari Jumat lalu yang mengatakan jika inflasi terus naik, maka Fed bisa menaikkan suku bunga pada tahun 2022 nanti atau lebih cepat dari dot plot hasil voting FOMC Kamis lalu. Sedangkan Kaplan mengatakan lebih baik tidak terburu-buru dalam tapering ini agar dapat menghindari risiko yang mungkin muncul.

Sementara Ketua Fed cabang New York – John Williams di tempat berbeda mengatakan ekonomi masih belum menunjukkan perubahan yang cukup signifikan hingga diperlukan perubahan kebijakan moneter. Meski tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi naik 7% namun tidak akan terus naik terlebih setelah seluruh aktifitas ekonomi berjalan normal seperti sebelum pandemik.

Komentar selanjutnya yang akan menjadi fokus pasar hari ini adalah testimoni dari Ketua Fed – Jerome Powell di depan Sub Komite Krisis Coronavirus DPR AS.

Dolar Masih Berlanjut Menguat Pasca Hasil Pertemuan Moneter FOMC

Dolar masih melanjutkan rally kenaikannya pada perdagangan Jumat setelah hasil pertemuan moneter FOMC memenuhi ekspektasi pasar. Mulai dari rencana menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan awal, pembahasan tapering dan meng-upgrade semua proyeksi ekonomi sebelumnya.

Ketua Fed – Jerome Powell juga mengakui inflasi masih berpotensi untuk terus naik melebihi perkiraan Fed. Dot plot hasil pertemuan moneter menunjukkan 13 dari 18 anggota voting FOMC memungkinkan bagi Fed untuk menaikkan suku bunga pada tauhn 2023 mendatang, tidak hanya sekali namun 2x. Hasil voting ini berbeda jauh dari pertemuan sebelumnya dimana hanya 6 anggota voting dan sisanya melihat peluang kenaikan suku bunga pada tahun 2024 yang akan datang.

Meskipun plot ini bukan komitmen dari Fed dan belum pasti akurat, namun perubahan pandangan anggota voting yang drastis ini di luar perkiraan pasar. Karena selama ini hampir seluruh pejabat Fed dalam beberapa kesempatan selalu mengatakan kenaikan inflasi yang terjadi pasca pandemik hanya bersifat transisi. Sementara pembahasan tapering walau masih berupa wacana dan belum terlaksana namun diharapkan akan menjadi bahan pada pertemuan moneter FOMC berikutnya pada bulan Juli nanti.

Laju penguatan mata uang dolar sedikit tertahan setelah rilis data indeks manufaktur negara bagian Philadelphia mengalami penurunan ke 30.7 dari periode sebelumnya 31.5 walaupun tidak seburuk perkiraan 30.3. Dan juga laporan klaim pengangguran masih tinggi 412K, naik dari periode sebelumnya 375K dan melampaui perkiraan 360K. Meskipun demikian pasar masih berharap angka-angka ini secara bertahap akan membaik seiring dengan proyeksi ekonomi yang di-upgrade oleh Fed sendiri.

Dolar Lebih Kuat Pada Hari Kamis Setelah Indikasi Kenaikan Suku Bunga Fed

Dolar AS menguat tajam pada perdagangan Kamis, mendekati harga tertinggi dalam 6 pekan terakhir pasca pengumuman hasil pertemuan moneter FOMC yang mengindikasikan akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan awal. 13 dari 18 anggota voting FOMC melihat kemungkinan 2x kenaikan suku bunga pada tahun 2023 mendatang.

Pada pertemuan moneter sebelumnya di bulan Maret lalu hanya 7 dari 18 anggota voting yang melihat kemungkinan kenaikan suku bunga pada tahun 2023 selebihnya baru akan mengubah suku bunga pada tahun 2024 yang akan datang. Perubahan pandangan ini terjadi seiring pertumbuhan dan inflasi yang lebih baik dari perkiraan. Pemulihan ekonomi yang berjalan sangat baik mampu meyakinkan anggota voting bahwa inflasi masih berpotensi untuk terus naik melebihi perkiraan semula.

Ketua Fed – Jerome Powell dalam konferensi pers terlihat cukup optimis dengan mengatakan indikator aktivitas ekonomi terus meningkat dan sektor tenaga kerja diharapkan akan menyusul dalam beberapa waktu mendatang. Powell menambahkan sektor tenaga kerja akan semakin membaik dalam 1 atau 2 tahun lagi.

Selain itu Powell juga membahas perihal tapering dengan menyampaikan anggota voting FOMC sudah mulai membahas pengurangan program QE meskipun hal tersebut tidak akan dilakukan hingga kondisi ekonomi mencapai perkembangan yang substansial. Fed perlu lebih banyak data ekonomi untuk menentukan hal tersebut. Hal ini diluar ekspektasi pasar, karena pembasan ini diperkirakan baru akan dibahas pada pertemuan simposium ekonomi Jackson Hole di bulan Agustus mendatang.

Perubahan sikap dari anggota voting FOMC ini menggambarkan optimisme akan meningkatnya data-data ekonomi yang akan datang. Selain itu Fed juga menaikkan prakiraan pertumbuhan ekonomi dan inflasinya untuk tahun 2021 ini hingga 2023 mendatang.

Pasar Asia Hari Rabu Terpantau Datar Melihat Minimnya Rilis Set Data Ekonomi

Pasar mata uang Asia hari Rabu terpantau datar, melihat minimnya rilis set data makro ekonomi pada sepanjang hari ini. Sebelumnya data Retail Sales di AS bulan lalu turun -1.3% dari periode sebelumnya +0.9%, yang lebih buruk dari perkiraan -0.6%. Begitu juga dengan data Core Retail yang tidak menyertakan komponen makanan dan BBM yaitu -0.7% dari periode sebelumnya 0.0%, yang juga lebih jelek dari perkiraan 0.4%.

Indeks manufaktur di negara bagian New York juga turun 17.4, lebih jelek dari perkiraan 22.2 dan periode sebelumnya 24.3. Data yang masih positif adalah data PPI yang mencapai rekor tertinggi dan data Industrial Production yang lebih baik dari perkiraan.

Meskipun demikian mata uang dolar tetap tertahan karena pasar masih menunggu hasil pertemuan moneter FOMC malam ini, fokus pada lonjakan inflasi dari data CPI pekan lalu dan PPI semalam dengan harapan akan dimulainya pembahasan pengurangan program QE atau tapering.

Dalam pertemuan tersebut tidak diharapkan akan ada perubahan kebijakan moneter yang akan dibuat. Sehingga fokus pasar akan tertuju pada perubahan dot plot dan komentar dari Ketua Fed – Jerome Powell dalam konferensi pers-nya nanti. Seperti diketahui pada pertemuan moneter bulan Maret lalu dot plot menunjukkan voting 11 banding 7 untuk kenaikan suku bunga pada tahun 2023 mendatang.

Harapan besar hasil voting ini akan berubah pada pertemuan kali ini. Meski demikian peluang Ketua Fed mengulangi pernyataan bahwa lonjakan inflasi yang terjadi hanya bersifat transisi dan akan kembali normal seiring dengan permintaan dan pasokan yang akan semakin lancar dengan berjalannya pemulihan ekonomi yang semakin meluas. Sementara sektor tenaga kerja dalam 2 bulan terakhir juga belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Seperti diketahui Fed menjadikan inflasi dan terpenuhinya sektor tenaga kerja yang akan menjadi indikator perubahan kebijakan moneter Fed.

Dolar Masih Terus Menguat di tengah Kenaikan Yield Obligasi AS

Dolar masih terus menguat terhadap mata uang lainnya pada hari Selasa, masih di tengah optimisme pasar seputar penguatan ekonomi AS.

Spekulasi akan pembahasan tapering dalam pertemuan tersebut semakin gencar yang membuat yield obligasi 10 tahun pemerintah AS kembali naik ke 1.50%. Yang menggambarkan harapan pasar akan pembasahan tapering dalam pertemuan nanti. Ekspektasi ini didasari oleh data inflasi yang dirilis pekan lalu dimana terjadi lonjakan inflasi 5% yang jauh melampaui target Fed 2%. Data inflasi CPI Y/Y mencapai rekor tertinggi dalam lebih dari 1 dekade, dengan Core CPI Y/Y malah mencapai rekor tertinggi dalam 3 dekade terakhir yaitu diangka 3.8%.

Angka-angka yang jauh diatas target Fed inilah yang membuat ekspektasi pembahasan tapering akan dimulai pada pertemuan kali ini. Meskipun sejumlah pejabat Fed termasuk Ketua-nya Jerome Powell berulang kali mengatakan terjadinya lonjakan inflasi hanya bersifat transisi sehingga belum ada rencana bagi Fed untuk mengubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat ini. Setidaknya pasar berharap tapering dapat dilakukan lebih cepat dari target waktu dari Fed sebelumnya.

Selain lewat pertemuan moneter kali ini, sejumlah kesempatan bagi Fed untuk membahas hal ini masih terbuka paska pertemuan moneter esok hari berturut-turut yaitu konferensi Jackson Hole pada bulan Agustus mendatang dan pertemuan moneter berikutnya di bulan September yang akan datang. Kendala utama tentu datang dari sektor tenaga kerja yang masih belum terlihat mengimbangi laju inflasi seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus berjalan di AS.

Euro relatif tertahan terhadap Dolar seiring dengan fundamental yang solid di kawasan ini. Data Industrial Production meningkat 2x lipat 0.8% dari periode sebelumnya 0.4%. Namun data ini tidak cukup membuat mata uang Euro rebound seiring dengan pertemuan moneter Bank Sentral Eropa pekan lalu yang mengecewakan dan juga jelang pertemuan moneter FOMC 2 hari mendatang. ECB mengindikasikan perlu waktu yang tidak sedikit untuk mengubah kebijakan moneternya.