Melesatnya Harga Emas Ciptakan Mimpi Buruk bagi Dolar AS

Emas melesat cukup tinggi di hari Senin kemarin, dengan lonjakan hingga level 1.800, dolar AS pun yang melemah.

Harga emas di pasar spot melambung 1,3 persen menjadi 1.803,29 dolar AS per ons, setelah mencapai level tertinggi sejak 5 Agustus.

Sementara, emas berjangka Amerika Serikat naik 1,3 persen menjadi ditutup pada 1.806,3 dolar AS per ons.

Peningkatan kasus COVID-19 varian delta mendorong Federal Reserve untuk menjadwalkan simposium tahunannya di Jackson Hole, Wyoming, secara daring. Poin utamanya adalah pidato Chairman Jerome Powell untuk arahan mengenai waktu tapering.

Kenaikan harga emas mendorong lonjakan logam lain. Harga perak naik 2,5 persen menjadi 23,59 dolar AS per ons. Platinum pun naik 2,4 persen menjadi 1.019,44 dolar AS per ons. Kenaikan juga terjadi pada paladium, sekitar 6 persen menjadi 2.408,69 dolar AS per ons.

Dolar Turun di Senin Pagi

Senin (23/08) pagi di Asia, dolar AS menurun. Namun, hingga sekarang, dolar AS masih tetap mendekati level tertinggi sembilan bulan.

Indeks Dolar AS terus menurun 0,18% di 93,343 pada Senin di siang hari.

Harga USD/JPY meningkat 0,07% menjadi 109,88. Rupiah menguat 0,24% ke 14.415,5 pukul 11.47 WIB. Harga AUD/USD juga menguat 0,34% ke 0,7158 dan NZD/USD naik 0,215 di 0,6840 pukul 11.44 WIB.

GBP/USD menguat 0,19% hingga ke 1,3647, sedangkan USD/CNY turun 0,15% menjadi 6,4914.

Simposium tahunan Jackson Hole akan digelar mulai 26 Agustus secara daring akibat lonjakan kasus COVID-19 yang terus berlanjut.

Ketua Fed Jerome Powell tetap teguh dengan sikap dovishnya sampai sekarang. Akan tetapi, Presiden Fed Dallas Robert Kaplan memberikan petunjuk potensial sebelum simposium tahunan dimulai, dengan mengatakan bahwa pandangannya mengenai pengurangan aset awal dapat segera disesuaikan jika pandemi COVID-19 ini semakin berdampak pada pemulihan ekonomi.

Penundaan jangka waktu pengurangan aset Fed kemungkinan tidak menimbulkan kerugian pada dolar, bahkan ketika spekulasi yang terjadi lebih awal daripada yang diharapkan telah mendorong greenback sejauh ini.

Dolar Australia pun masih terletak di daerah terendah selama 9,5 bulan, yaitu di $0,71065 di tengah kekhawatiran terhadap penyebaran COVID-19 secara global dapat berdampak pada pemulihan ekonomi. Di samping itu, kerugian yang dialami dolar Australia dan Selandia Baru mulai pulih secara perlahan.

Fed Beri Pertanda Tapering Lebih Awal, Dolar pun Menguat!

Kamis (19/08), dolar menguat pada saat awal perdagangan di Eropa. Harga dolar melonjak ke level tertinggi selama sembilan bulan. Hal ini terjadi setelah Federal Reserve memberi pertanda bahwa stimulus moneter di era pandemi Covid-19 pada tahun ini akan mulai dikurangi.

Pada pukul 15.30 WIB, Indeks Dolar yang melacak greenback terhadap enam mata uang lainnya diperdagangkan 0,21% lebih tinggi pada 93,338.

Pasangan EUR/USD mengalami penurunan sedikit, 0,12% di 1,1696, mencapai posisi terendah sejak November 2020, GBP/USD jatuh 0,43% ke 1,3696, sampai level terendah sepanjang empat minggu. Harga AUD/USD turun 0,93% menjadi 0,7164, level yang belum terlihat sejak 5 November.

Risalah kebijakan Fed pada bulan Juli telah dirilis pada hari Rabu (18/08). Risalah tersebut mengungkapkan bahwa pejabat Fed melihat potensi untuk mengurangi stimulus pembelian obligasi tahun ini jika ekonomi terus membaik seperti ekspetasi sebelumnya, walaupun kondisi untuk kemajuan substansial yang lebih lanjut terkait lapangan kerja maksimum belum terpenuhi.

Pertemuan Fed ini diadakan sebelum laporan nonfarm payrolls bulan Juli yang kuat. Kemungkinan besar, ini memperkuat pandangan bank sentral untuk mengungkap lebih detail persiapan pengurangannya pada konferensi Jackson Hole di akhir minggu depan.

Sebelum itu, pasar tenaga kerja AS yang membaik secara bertahap setelah data mingguan klaim pengangguran awal akan dirilis nanti. Indeks manufaktur Fed Philadelphia untuk Agustus juga dijadwalkan untuk dirilis di hari Kamis dan diprediksi akan menciptakan sebuah peningkatan.

Terjadi penurunan terhadap 2 pasangan ini, USD/JPY diperdagangkan 0,15% lebih rendah menjadi 109,56 dan USD/CHF melemah sebesar 0,19% menjadi 0,9151. Kedua mata uang ini mempunyai peran yang kuat di tempat lain padaminggu ini, mempertahankan permintaan yang stabil untuk haven di tengah gejolak politik di Afghanistan.

EUR/CHF juga turun sekitar 1% minggu ini, sementara EUR/JPY turun 0,8%.

Sedangkan, USD/CNY diperdagangkan naik 0,15% pada 6,4937, menjelang pertemuan kebijakan terbaru dari bank sentral China yang direncanakan untuk diadakan pada hari Jumat. Bank Rakyat China diprediksi akan mempertahankan suku bunga pinjamannya selama 16 bulan.

Dolar Melemah Perangi Wabah Covid-19

Rabu (18/08) sore, dolar di Eropa melemah. Hal ini terjadi karena wabah Covid-19. Ini juga mendorong para trader untuk mengurangi transaksi di mata uang yang lebih berisiko.

Pada 15.15 WIB di hari Rabu, indeks dolar yang melacak greenback terhadap enam mata uang lain diperdagangkan 0,08% lebih rendah pada 93,073.

EUR/USD 0,12% lebih tinggi di 1,1722, setelah jatuh ke 1,1702 dan menjadi yang terendah sejak November 2020. USD/JPY naik tipis ke 109,64, sedangkan pasangan GBP/USD sebagian besar tidak berubah di 1,3753, meskipun inflasi Inggris melambat lebih tajam dari yang diharapkan menjadi 2,0%, target dari Bank of England pada bulan Juli.

Penurunan inflasi Inggris kemungkinan bersifat sementara. Ekonom ING, James Smith mengatakan bahwa ada sedikit keraguan IHK utama akan melampaui 3% akhir tahun ini atau tidak.

Pada bulan Juli, penjualan ritel AS turun 1,1%, jauh lebih banyak dari perkiraan penurunan, yaitu 0,3%. Ini menambah angka pertumbuhan mengecewakan dari China di awal minggu. Akibatnya, para trader bimbang akan profil pertumbuhan global karena banyak negara yang masih terus menerus berperang dengan wabah Covid-19 terbaru. AS mencatat lebih dari 1.000 kematian akibat Covid-19 pada hari Selasa. Namun, pasar juga masih fokus pada peningkatan harga baru-baru ini.

Risalah yang akan dirilis oleh Federal Reserve AS mengenai petunjuk waktu bank sentral terkait pengurangan aset dan kenaikan suku bunga tentu masih sedang dinantikan oleh investor. The Fed juga berencana untuk mengadakan simposium Jackson Hole di pekan berikutnya karena banyak investor yang mengharapkan bank sentral mengumumkan perencanaan untuk mengurangi pembelian obligasi baik pada pertemuan kebijakan September maupun November.

Sementara itu, NZD/USD diperdagangkan di 0,6922 karena keputusan Reserve Bank of New Zealand untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah, alih-alih menaikkannya selama pertama kalinya sejak 2014. Ini membuat perdagangan menjadi bergejolak. Tadinya, NZR/USD ini anjlok ke level terendah selama sembilan bulan di 0,6868, namun segera pulih. Pulihnya pasangan ini disebabkan oleh kenaikan suku bunga yang ditahan oleh bank sentral karena lockdown akibat Covid-19 di negara itu. Naiknya harga pun masih diharapkan dalam waktu dekat.

Dolar Melemah Lagi di Senin Pagi

Senin (16/08) pagi di Asia, dolar kembali melemah. Dolar AS merosot paling dalam selama hampir tujuh minggu pada hari Jumat.

Indeks dolar AS yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya mengalami penurunan sebesar 0,02% menjadi 92,498.

Pasangan USD/JPY juga turun tipis 0,19% menjadi 109,36. Begitu pula pada pasangan AUD/USD, terjadi penurunan sebesar 0,22% menjadi 0,7352. Reserve Bank of Australia akan merilis risalah dari pertemuan terbaru pada hari Selasa. NZD/USD melemah 0,02% menjadi 0,7036. Reserve Bank of New Zealand juga akan menyampaikan kebijakannya pada hari Rabu.

Namun, terjadi kenaikan pada USD/CNY sebanyak 0,01% sampai ke 6,4773. Pasangan GBP/USD pun melambung tipis 0,02% menjadi 1,3866.

Investor mencerna data ekonomi AS dari minggu sebelumnya yang mengatakan sentimen konsumen turun ke level terendah sejak 2011. Data AS lebih lanjut akan dirilis pada hari Selasa.

Investor juga sedang menanti arahan Fed selanjutnya tentang pengurangan aset dan kenaikan suku bunga. Ketua Fed Jerome Powell akan berbicara pada pertemuan balai kota virtual dengan para pendidik dan siswa pada hari Selasa. Kebijakan terakhirnya akan dirilis sehari setelahnya. Kemudian bulan ini, bank sentral juga akan mengadakan konferensi tahunan di Jackson Hole, Wyoming.

Dolar AS Turun ke Level Terendah dalam Seminggu, Apa Arahan Fed Selanjutnya?

Jumat (13/08), dolar AS melemah ke level terendah dalam satu minggu, tetapi masih mendekati level tertinggi selama empat bulan. Para investor masih menanti arahan lanjut dari Federal Reserve AS tentang jadwal penurunan aset serta kenaikan suku bunga.

Indeks dolar AS menurun 0,08% pada 92,960 pukul 11.15 WIB.

Terjadi kenaikan pada pasangan USD/JPY 0,03% di 110,42. Kenaikan terjadi juga pada AUD/USD sebesar 0,12% di 0,7343 dan NZD/USD sebesar 0,13% ke 0,7008. GBP/USD pun menguat 0,08% ke 1,3815.

Namun, di Indonesia, rupiah melemah 0,03% di 14.385,0 terhadap dolar AS. Pasangan USD/CNY tetap stabil di 6,4779.

Dirilis pada hari Kamis, data ekonomi AS terbaru menampilkan bahwa IHP naik 1% di bulan Juli. Walaupun, IHK yang dirilis sehari sebelumnya menunjukkan bahwa tekanan inflasi memuncak. Angka ini dapat mendorong Fed untuk memulai pengurangan aset.

Beberapa pejabat Fed mengutarakan bahwa pengurangan aset akan dimulai dalam beberapa bulan mendatang. Kebijakannya berbeda dengan kebijakan yang lebih dovish dari bank sentral lain. Contohnya, European Central Bank dan Bank of Japan.

Harapan untuk pengurangan aset pada akhir tahun 2020 semakin meningkat, meskipun komentar dovish dari Ketua Fed Jerome Powell membuatnya berbeda dengan pandangan beberapa presiden Fed regional.

375.000 klaim pengangguran awal diajukan sepanjang minggu, lebih rendah dari klaim yang diajukan selama minggu sebelumnya, yaitu 387.000, menurut data AS.

Ekonom senior Sumitomo Mitsui Trust Asset Management, Naoya Oshikubo mengutarakan bahwa fokusnya beralih ke ketenagakerjaan dari inflasi. Sementara itu, masih perlu ada pemantauan terhadap dampak varian Delta COVID-19. Ekonom tersebut juga mengungkapkan bahwa jika terjadi pertumbuhan gaji yang kuat untuk beberapa bulan ke depan, seharusnya ada pengumuman tapering dari The Fed.

Naik Lagi, Emas Terpengaruh Penurunan Indeks Sentimen Konsumen

Perdagangan emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange naik pada hari Jumat. Hal ini terjadi setelah ada laporan bahwa indeks sentimen konsumen turun.

Dirilis oleh University of Michigan, perkiraan awal indeks sentimen konsumen berada di 70,2 pada Agustus, turun sebanyak 11 pada Juli.

Kenaikan harga terjadi pada kontrak emas paling aktif di pengiriman Desember naik sebesar 1,51 persen atau setara 26,4 dolar, menjadi ditutup pada 1.778,2 dolar AS per ons. Emas naik 0,8 persen di minggu ini.

Para investor was-was dengan ketidakpastian kekuatan rebound ekonomi global karena penyebaran COVID-19 varian delta.

Namun, terjadi sebaliknya pada perak untuk pengiriman September, harga naik 2,87 persen ekuivalen dengan 66,3 sen. Lalu, ditutup pada 23,779 dolar AS per ons. Terjadi pula kenaikan pada platinum untuk pengiriman Oktober sebanyak 8,3 dolar atau 0,82 persen dan menjadi ditutup di 1.026 dolar per ons.

Bergerak Naik, Harga Emas Terpengaruh oleh Inflasi IHK AS

Rabu (11/08), perdagangan emas berjangka pada divisi COMEX New York Mercantile Exchange naik sesuai harapan pasar lantaran indeks harga konsumen (IHK) AS yang merupakan indikator utama inflasi naik di bulan Juli.

Departemen Tenaga Kerja AS mengutarakan bahwa di bulan Juli, IHK naik 0.5 persen. Pada Juni, IHK turun sebesar 0,9 persen. Imbal hasil dolar AS serta surat berharga AS turun mendukung emas sesudah laporan tersebut diluncurkan,

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember naik 1,25 persen atau sebesar 21,6 dolar AS, kemudian ditutup pada 1.753,3 dolar AS per ons.

Harga perak untuk pengiriman September mengalami kenaikan 0,41 persen ekuivalen dengan 9,6 sen, menjadi ditutup pada 23.488 dolar AS per ons.

Kenaikan terjadi pula pada platina untuk pengiriman Oktober sebesar 2,9 persen yang sebanding dengan 28,6 dolar dan ditutup pada 1.015,6 dolar AS per ons.

Indeks Dolar Terus Menguat Menjelang Pengumuman Data Ekonomi

Nilai tukar dolar AS hari ini terhadap beberapa mata uang dunia lainnya masih mengalami penguatan pada akhir perdagangan Selasa kemarin.

Pada hari ini, indeks dolar mengalami lanjutan sambil menunggu pengumuman data ekonomi utama yang akan segera rilis. Diprediksi, pemulihan ekonomi akan cenderung positif dan hal ini membuat dolar AS terus menguat terhadap mata uang lainnya.

Rata-rata kenaikan indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia pada hari ini mencapai 0,12% pada 93,0566

Market Euro mengalami penurunan menjadi USD 1,1721 DARI USD 1,1739 pada sesi sebelumnya, dan Poundsterling mengalami penurunan menjadi USD1,3839 dari USD1,3852 pada sesi sebelumnya, sedangkan dolar Australia naik menjadi USD0,7351 dari USD0,7334.

Dolar AS terhadap Yen Jepang naik menjadi 110,57 Yen Jepang, lebih tinggi daripada sesi sebelumnya yang mencapai 110,27. Dolar AS terhadap Swiss Franc naik menjadi 0,9229 dari sebelumnya 0,9201, dan dolar Kanada mengalami penurunan menjadi 1,2526 dari sebelumnya 1,2571.

Pengumuman terhadap rilisnya data indeks harga konsumen AS dan indeks harga produsen, dua ukuran utama inflasi, masing-masing akan terjadi pada hari Rabu dan Kamis minggu ini.

Harga Emas Menguat oleh Inflasi IHK AS Sesuai Harapan

Rabu (11/08), perdagangan emas berjangka pada divisi COMEX New York Mercantile Exchange naik sesuai harapan pasar lantaran indeks harga konsumen (IHK) AS yang merupakan indikator utama inflasi naik di bulan Juli.

Departemen Tenaga Kerja AS mengutarakan bahwa di bulan Juli, IHK naik 0.5 persen. Pada Juni, IHK turun sebesar 0,9 persen.

Imbal hasil dolar AS serta surat berharga AS turun mendukung emas sesudah laporan tersebut diluncurkan.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember naik 1,25 persen atau sebesar 21,6 dolar AS, kemudian ditutup pada 1.753,3 dolar AS per ons.

Harga perak untuk pengiriman September mengalami kenaikan 0,41 persen ekuivalen dengan 9,6 sen, menjadi ditutup pada 23.488 dolar AS per ons.

Kenaikan terjadi pula pada platina untuk pengiriman Oktober sebesar 2,9 persen yang sebanding dengan 28,6 dolar dan ditutup pada 1,015,6 dolar AS per ons.