Euro menguat hari Selasa mengambil keuntungan dari penurunan Dolar AS

Euro menguat hari Selasa mengambil keuntungan dari penurunan Dolar ASEuro terus bergerak menguat pada perdagangan hari Selasa, mengambil keuntungan dari pelemahan Dolar AS dalam beberapa sesi terakhir.

Pasangan mata uang EUR/USD rebound dari tingkat harga terendah sebelumnya di kisaran 0,9535, tidak hanya level terendah untuk tahun ini tetapi juga level terendah sejak Juni 2002, lebih dari 20 tahun yang lalu. EUR/USD naik 10% dalam beberapa bulan terakhir mencatatkan kinerja bulanan terbaiknya sejak Juli 2020.

Perang di Ukraina dan krisis energi berikutnya juga telah mempengaruhi ekonomi Eropa lebih dari ekonomi AS, memberikan greenback keuntungan tambahan pada sepanjang tahun ini.

Dampak perang di Ukraina terhadap ekonomi di Eropa bisa menjadi lebih buruk jika Rusia memutuskan untuk menghentikan sama sekali pasokan gasnya ke Kawasan Eropa.

Fed-ECB akan menjadi kunci untuk EUR/USD pada tahun 2023. Pernyataan bank sentral akan diwaspadai oleh pasar dalam hal ini adalah apakah Fed atau ECB yang akan menurunkan suku bunga pada tahun mendatang.

Penurunan inflasi yang lebih cepat dari perkiraan di Eropa atau AS dalam beberapa bulan mendatang akan mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga untuk bank sentral yang bersangkutan. Sebaliknya, jika tindakan bank sentral tampaknya tidak cukup untuk mengembalikan inflasi ke sasarannya, ekspektasi suku bunga dapat meningkat.

Di lain tempat, greenback terus melemah setelah China mengatakan akan membatalkan aturan karantina COVID-19 untuk pelancong yang masuk. Hal ini menjadi langkah besar dalam membuka kembali perbatasannya yang mendorong mata uang terkait risiko seperti Dolar Australia.

China akan berhenti mewajibkan pelancong yang masuk untuk melakukan karantina pada saat kedatangan mulai 8 Januari. Dolar Selandia Baru naik 0,7% menjadi $0,6316, sedangkan Dolar Australia naik 0,5% menjadi $0,6765 dalam sebagian besar perdagangan tipis selama musim liburan akhir tahun. Kedua mata uang tersebut sering digunakan sebagai proxy likuid untuk Yuan Tiongkok.

Dolar lebih rendah pada hari Jumat membalik kenaikan sesi sebelumnya

Dolar AS diperdagangkan lebih rendah pada hari Jumat, membalik rally kenaikan yang dicatatkan pada perdagangan sesi sebelumnya karena pasar yang berusaha untuk mengukur kemungkinan pengetatan kebijakan Federal Reserve di tahun depan.

Indeks Dolar yang menjadi acuan perdagangan greenback terhadap mata uang utama lainnya, turun 0,2% menjadi 103,877.

Dolar membukukan kenaikan kuat pada sesi sebelumnya setelah data menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap ketat serta mengkonfirmasikan bahwa ekonomi negara itu pulih pada kuartal ketiga dengan kecepatan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, setelah berkontraksi pada paruh pertama tahun ini.

Set data ekonomi ini menunjukkan bahwa Federal Reserve harus tetap berada di jalur pengetatan kebijakan moneter yang agresif lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya untuk mengendalikan inflasi.

Selain itu, ada sejumlah rilis data ekonomi yang akan dirilis Jumat, termasuk data pendapatan dan pengeluaran pribadi, yang akan diawasi dengan ketat setelah dua laporan indeks harga konsumen terakhir menunjukkan bahwa tekanan harga tampaknya mereda.

USD/JPY naik 0,2% menjadi 132,52, dengan Yen mengembalikan beberapa kenaikan kuat minggu ini sebagai hasil dari keputusan BOJ untuk mengizinkan imbal hasil obligasi 10 tahun bergerak dalam kisaran yang lebih luas.

Data yang dirilis Jumat menunjukkan bahwa harga konsumen Jepang tidak termasuk makanan segar naik 3,7% pada November dari tahun lalu, melaju dengan laju tercepat dalam beberapa dekade terakhir, hasil yang dapat menunjukkan perubahan kebijakan lebih lanjut oleh Bank of Japan pada Januari.

Di tempat lain, EUR/USD naik 0,3% menjadi 1,0628, setelah PPI Prancis naik 1,2% pada bulan November, jauh lebih besar dari penurunan 0,2% yang terlihat pada bulan sebelumnya, menunjukkan inflasi akan sulit dipatahkan di Kawasan Eropa.

GBP/USD naik 0,2% menjadi 1,2065, rebound ke tingkat setelah merosot harga terendah mingguan di 1,1993, sementara pasangan AUD/USD yang sensitif terhadap risiko naik 0,5% menjadi 0,6701.

Pasar mata uang Asia mencatatkan kenaikan terhadap Dolar pada hari Kamis

Sebagian besar mata uang Asia menguat pada hari Kamis mengambil keuntungan dari pelemahan Dolar AS jelang data ekonomi utama yang diperkirakan akan memberikan lebih banyak isyarat pada inflasi, dengan Yen Jepang melanjutkan kenaikannya setelah Bank of Japan men-tweak kebijakannya.

Yen mencatatkan kenaikan tertinggi untuk minggu ini, naik 0,5% dan mendekati level harga tertinggi empat bulan pada hari Rabu. Mata uang menguat tajam setelah BOJ secara tak terduga memperluas rentang kendali imbal hasil untuk obligasi pemerintah, sebuah langkah yang dapat memicu lebih banyak pengetatan kebijakan tahun depan.

Ini juga membebani Dolar, mendorong greenback ke level terendah enam bulan awal pekan ini.

Indeks dolar dan indeks berjangka dolar masing-masing turun 0,3% pada hari Kamis, dengan fokus sekarang beralih ke data PDB AS yang direvisi untuk kuartal ketiga, dan yang lebih penting, pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi untuk bulan November.

Indeks PCE adalah pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, dan diperkirakan akan menunjukkan bahwa inflasi mereda lebih lanjut di bulan November. Pasar akan mengamati untuk melihat seberapa dekat pembacaan dengan kisaran target Fed, mengingat bahwa indeks sejauh ini memiliki tren jauh di atas angka 2%.

Mata uang Asia yang lebih luas bergerak sedikit lebih tinggi untuk mengantisipasi pembacaan dengan harapan angka tersebut akan lebih lemah dari yang diharapkan. Pasar Asia mengalami rally singkat awal bulan ini setelah pembacaan konsumen dan produsen untuk November datang lebih rendah dari yang diharapkan.

Kenaikan suku bunga di AS dan ekonomi maju lainnya sangat membebani mata uang Asia tahun ini, karena kesenjangan antara utang berisiko dan berisiko rendah menyempit. Sementara keputusan BOJ menawarkan mata uang regional beberapa bantuan minggu ini.

Di tempat lain perdagangan mata uang Antipodean, dolar Australia naik 0,8%, sedangkan Dolar Selandia Baru bertambah 0,4%.

Emas mencatatkan kenaikan tajam mengambil keuntungan dari penurnan Dolar AS

Harga emas berjangka mencapai level tertinggi mingguan pada hari Rabu, Emas mencatatkan kenaikan kuat di tengah rally penurunan Dolar AS. Meskipun prospek logam kuning tetap tidak pasti di tengah kenaikan suku bunga dan kekhawatiran resesi.

Harga emas naik hampir 2% setelah lonjakan Yen Jepang merusak harga Dolar dan meningkatkan kekhawatiran kenaikan suku bunga. Hal ini dipicu oleh Bank of Japan yang secara tidak terduga mengubah kebijakan moneternya yang sangat longgar untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade.

BOJ meningkatkan kisaran di mana imbal hasil obligasi pemerintah Jepang diizinkan untuk berfluktuasi, menandakan kemungkinan terbuka untuk kebijakan pengetatan tahun depan.

Emas spot naik 0,1% menjadi $1.819,67 per ons, sementara emas berjangka naik 0,2% menjadi $1.828,55 per ons. Kedua instrumen melonjak hampir 2%, dan diperdagangkan pada level harga tertinggi mingguan.

Data perumahan AS yang lebih lemah dari perkiraan juga meningkatkan kekhawatiran akan resesi pada tahun 2023. Sebuah skenario yang dapat menguntungkan emas, di tengah beberapa spekulasi bahwa Federal Reserve hampir mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya.

Namun, investor tetap tidak yakin di mana suku bunga AS akan mencapai puncaknya. Sinyal hawkish dari bank sentral utama lainnya juga telah menimbulkan ketidakpastian atas kebijakan moneter memasuki tahun 2023.

Pada perdagangan logam lainnya, harga tembaga naik 0,3% menjadi $3,8178 per pon pada hari Rabu, setelah melonjak 0,7% di sesi sebelumnya.

Harga emas melemah hari Selasa ditekan kekhawatiran dari tingkat suku bunga AS

Harga emas berjangka melemah pada pasar hari Selasa karena kekhawatiran atas kenaikan suku bunga dan potensi resesi pada tahun 2023 membuat investor beralih ke Dolar dan imbal hasil Treasury yang menyebabkan pasar logam berada di bawah tekanan.

Greenback diperdagangkan stabil setelah pulih tajam dari level harga terendah lima bulan sebelumnya, sementara imbal hasil Treasury AS 10 tahun menguat untuk sesi ketiga berturut.

Kedua hal tersebut menekan harga emas dengan kurangnya penawaran, karena emas sebagian besar melepaskan status safe haven terhadap greenback tahun ini. Logam kuning diperdagangkan sedikit lebih rendah untuk tahun 2022, dan juga turun secara substansial dari harga tertinggi.

Emas spot turun 0,1% menjadi $1.785,46 per ons, sementara emas berjangka turun 0,2% menjadi $1.794,60 per ons.

Tekanan jual pada emas berasal dari serangkaian komentar hawkish bank sentral pekan lalu, yang menandai berlanjutnya kenaikan suku bunga di tahun mendatang. Tren tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan pada emas dan logam lainnya, karena kenaikan suku bunga memukul pasar logam dengan menaikkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Investor sekarang juga mengkhawatirkan potensi resesi pada tahun 2023, terutama didorong oleh inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga.

Fokus pada perlambatan pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan akan menentukan dua minggu perdagangan terakhir tahun 2022 di tengah kelangkaan isyarat lainnya. Volume perdagangan juga diperkirakan akan berkurang oleh serangkaian hari libur pasar.

Dolar AS terpantau datar pada pembukaan pasar Asia hari Senin

Perdagangan mata uang terpantau datar pada pembukaan pasar Asia hari Senin karena kekhawatiran akan potensi resesi dan meningkatnya kasus COVID-19 di China membebani sentimen.

Sementara yen Jepang naik karena taruhan bahwa Bank of Japan (BoJ) pada akhirnya dapat memperketat kebijakan di tengah meningkatnya tekanan inflasi.

Yen naik 0,4% menjadi 136,18 berbandingkan dengan Dolar setelah sebuah laporan menyarankan bahwa pemerintah Jepang berencana untuk merevisi target inflasi BoJ agar lebih fleksibel. Langkah seperti itu menandakan potensi perubahan kebijakan bank sentral, yang telah membuat suku bunga Jepang bertahan mendekati level nol selama hampir satu dekade.

Sikap akomodatif ini sangat membebani Yen karena suku bunga di seluruh dunia naik, yang pada gilirannya menambah inflasi Jepang, yang saat ini berada di level tertinggi 40 tahun. Perekonomian Jepang terpukul oleh kenaikan inflasi tahun ini, sementara yen adalah salah satu mata uang Asia dengan kinerja terburuk pada tahun 2022.

Fokus sekarang pada pertemuan terakhir BoJ untuk tahun ini yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada tingkat yang sangat rendah.

Sebagian besar mata uang Asia lainnya bergerak sedikit terhadap Dolar, dengan greenback tetap stabil setelah Federal Reserve memberi isyarat pekan lalu bahwa ia berniat untuk terus menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Indeks dolar turun 0,1%, berada di bawah tekanan dari penguatan Euro dan Pound setelah sinyal hawkish dari bank sentral masing-masing.

Tetapi prospek kenaikan suku bunga di Barat sangat membebani sentimen, karena investor mengkhawatirkan potensi resesi karena inflasi tetap tinggi.

Ketidakpastian atas pembukaan kembali ekonomi di China juga membebani perekonomian global. Sementara China baru-baru ini mengurangi kebijakan nol-COVID yang ketat, negara itu juga menghadapi peningkatan tajam infeksi, yang dikhawatirkan pasar dapat menunda pembukaan kembali ekonomi secara penuh.

Pasar mata uang Asia masih terus melemah ditekan rally kenaikan Dolar AS

Dolar masih mempertahankan kenaikannya pada pasar Asia hari Jumat setelah sinyal hawkish dari bank sentral AS dan sejumlah pembacaan ekonomi yang lemah meningkatkan kekhawatiran resesi global memasuki tahun 2023.

Yen Jepang adalah salah satu mata uang yang melemah pada sesi Asia, naik 0,5% setelah data menunjukkan bahwa aktivitas bisnis secara keseluruhan di negara itu hampir tidak berhasil berkembang pada bulan Desember, dengan kekuatan di sektor jasa mengimbangi perlambatan manufaktur yang nyata.

Greenback terus menguat terhadap sebagian besar mata uang Asia minggu ini setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan dan mengisyaratkan bahwa biaya pinjaman kemungkinan akan memuncak pada tingkat yang lebih tinggi dari perkiraan karena terus bertindak melawan inflasi.

Di lain tempat, Yuan China naik 0,1%, mendapatkan dukungan dari optimisme atas pembukaan kembali ekonomi di negara itu dalam waktu dekat, China menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Yuan juga diperkirakan turun sekitar 0,2% minggu ini, mematahkan kenaikan dua minggu berturut-turut. Sejumlah data ekonomi yang lemah menyoroti pelemahan ekonomi yang berkembang di China akibat pandemi.

Di antara mata uang Antipodean, dolar Australia merosot 1,2% minggu ini karena pelemahan pada mitra dagang utama China menandakan lebih banyak ketidakpastian bagi perekonomian negara.

Serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan juga merusak sentimen, bahkan ketika negara tersebut mencatat angka inflasi yang lebih kecil untuk bulan November. Namun tekanan harga masih cenderung jauh di atas kisaran target Fed.

Indeks dolar dan indeks berjangka Dolar diperdagangkan turun sekitar 0,9% untuk minggu ini, karena sinyal hawkish dari Bank Sentral Eropa dan Bank Inggris mendorong Euro dan Pound.

Prospek kenaikan suku bunga di ekonomi utama juga menimbulkan kekhawatiran atas potensi resesi, merusak sentimen terhadap aset berisiko tinggi.

Dolar AS menguat pada pasar Asia pasca pertemuan Fed semalam

Dolar AS mendapatkan rally penguatan pada pasar Asia hari Kamis setelah Federal Reserve memproyeksikan sikap yang lebih hawkish daripada yang diharapkan pasar, sementara kekhawatiran atas meningkatnya kasus COVID-19 di China dan kondisi ekonomi yang memburuk juga terus membebani.

Federal Reserve menaikkan suku bunga dengan relatif lebih kecil 50 basis poin (bps) dan mengatakan akan menaikkan suku bunga yang lebih moderat dalam beberapa bulan mendatang.

Ketua Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa biaya pinjaman kemungkinan akan memuncak pada tingkat yang lebih tinggi dari perkiraan, mengingat inflasi masih berjalan jauh di atas kisaran target bank sentral.

Analis mengatakan bahwa Fed membutuhkan inflasi untuk mundur lebih jauh sebelum dapat mengurangi sikap hawkishnya, dan kemungkinan akan terus menaikkan suku sampai saat itu.

Skenario seperti itu menjadi pertanda buruk bagi mata uang Asia, mengingat mereka turun tajam tahun ini karena kesenjangan antara utang berisiko dan berisiko rendah menyempit.

Kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi di China juga membebani sentimen regional. Yuan China turun 0,1% setelah data menunjukkan produksi industri dan penjualan ritel turun di bawah ekspektasi pada November karena gangguan terkait COVID.

Yen Jepang turun 0,1% setelah data menunjukkan defisit perdagangan negara itu menyusut kurang dari yang diharapkan pada bulan November, menandakan lebih banyak tekanan pada ekonomi.

Fokus pasar pada hari Kamis juga akan mengarah pada keputusan suku bunga oleh Bank of England dan Bank Sentral Eropa. Kedua bank diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, karena mereka bergerak untuk menahan kenaikan inflasi yang mencapai rekor tertinggi tahun ini.

Harga emas berjangka menguat melanjutkan rally kenaikan pada hari Rabu

Harga emas berjangka melanjutkan rally kenaikannya pada pasar Asia hari Rabu setelah pertemuan Federal Reserve yang dilaksanakan pada hari sebelumnya.

Harga emas naik tajam setelah data menunjukkan inflasi indeks harga konsumen (IHK) AS semakin menurun pada bulan November, menunjukkan bahwa tekanan harga di negara tersebut telah mencapai puncaknya.

Emas spot datar di sekitar $1.809,90 per ons, sementara emas berjangka bertahan di sekitar $1.821,70 per ons. Kedua instrumen menguat sekitar 1,6% pada perdagangan.

Data menunjukkan inflasi IHK AS turun lebih dari yang diharapkan menjadi 7,1% pada bulan November, yang datang sebagai akibat dari kondisi moneter yang lebih ketat, penurunan harga bahan bakar, dan pertumbuhan ekonomi yang melemah di negara tersebut.

Fokus sekarang beralih ke kesimpulan dari pertemuan terakhir The Fed tahun ini, yang dijadwalkan hari ini. Bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps).

Tetapi pasar akan mengamati dengan seksama pidato Ketua Fed Jerome Powell setelah pertemuan tersebut, untuk melihat apakah bank sentral menganggap tingkat inflasi telah cukup untuk mulai mengurangi laju kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Serangkaian kenaikan suku bunga yang tajam oleh The Fed memukul pasar logam tahun ini, karena bank memerangi tekanan harga sebagai prioritas utamanya. Setiap sinyal kenaikan suku bunga yang lebih kecil cenderung menguntungkan pasar dalam waktu dekat.

Logam mulia lainnya juga membukukan kenaikan kuat. Platinum berjangka naik 3,3%, sementara perak bertambah 2,2%.

Di antara logam industri, harga tembaga turun pada hari Rabu di tengah berlanjutnya ketidakpastian atas permintaan importir utama China. Tembaga berjangka turun 0,2% menjadi $3,8407 per pon.

Dolar melemah pada perdagangan Selasa menjelang rilis data inflasi AS

Dolar melemah pada perdagangan hari Selasa menjelang rilis inflasi konsumen AS terbaru dan pertemuan terakhir Federal Reserve tahun ini.

Indeks Dolar pada perdagangan pasar Asia tercatat  turun 0,3% menjadi 104,448. Indeks harga konsumen AS untuk bulan November akan dirilis malam hari nanti dan diperkirakan akan naik 7,3% dari bulan yang sama tahun lalu dibandingkan dengan kenaikan 7,7% di bulan Oktober.

CPI inti, yang tidak termasuk makanan dan bahan bakar, diperkirakan naik 6,1% dari tahun lalu, dibandingkan dengan 6,3% di bulan Oktober, dan naik 0,3% untuk bulan tersebut.

Kejutan kecil pada penurunan bulan lalu menghasilkan penjualan Dolar dalam skala besar dan kuat di tengah ekspektasi bahwa inflasi telah mencapai puncaknya, menekan indeks mundur lebih jauh dari tingkat tertinggi 20 tahun di 114,78.

Federal Reserve AS juga memulai pertemuan penetapan kebijakan dua hari pada Selasa malam, yang akan ditutup pada Rabu. Para pembuat kebijakan diperkirakan akan setuju untuk menaikkan suku bunga dana sebesar 50 basis poin.

EUR/USD naik 0,2% menjadi 1,0554, diuntungkan dari pelemahan Dolar menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa minggu ini, yang diharapkan menghasilkan kenaikan 50 basis poin karena bank sentral mencoba untuk memerangi inflasi yang masih di level tinggi.

IHK akhir Jerman turun 0,5% pada bulan November, tetapi itu masih mewakili angka tahunan sebesar 10,0% untuk ekonomi dominan di Kawasan Eropa.

GBP/USD naik 0,1% menjadi 1,2286 setelah data menunjukkan bahwa tingkat pengangguran Inggris naik menjadi 3,7% dalam tiga bulan hingga Oktober, tetapi ketatnya pasar tenaga kerja negara itu berarti bahwa upah pokok meningkat paling tinggi dalam catatan tidak termasuk periode pandemi virus corona.

Bank of England bertemu dan diperkirakan akan naik 50 basis poin sekali lagi, dengan pertumbuhan gaji menambah tekanan inflasi negara.

USD/JPY turun 0,1% menjadi 137,48, AUD/USD yang sensitif terhadap risiko naik 0,5% menjadi 0,6776, sementara USD/CNY diperdagangkan datar di 6,9777, menjelang rilis akhir pekan ini dari data penjualan ritel dan produksi industri yang diperkirakan akan turun.