Dolar AS Menguat Tipis di Tengah Pekan

Rabu (02/03) pagi di Asia, dolar AS menguat tipis. Investor berpindah ke aset safe haven seiring semakin meningkatnya invasi Rusia ke Ukraina.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik tipis 0,02% ke 97,383. Pasangan USD/JPY naik tipis 0,13% menjadi 115,04. Rupiah kembali turun 0,21% di 14.365,1 per dolar AS.

AUD/USD naik 0,30% ke 115,02, sedangkan NZD/USD naik 0,23% menjadi 0,6771.

Investor melihat perkembangan terbaru Ukraina. Rusia mengingatkan penduduk Kiev untuk meninggalkan rumah mereka, dan komandan Rusia telah mengintensifkan pemboman kota-kota Ukraina.

USD/CNY stabil di 6,3126, sedangkan GBP/USD turun tipis 0,04% ke 1,3317. EUR/USD turun tipis 0,04% ke 1,1122 setelah jatuh ke level terendah sejak Juni 2020. Rubel Rusia turun imbas invasi ke Ukraina terus meningkat.

Investor yang memiliki aset di Rusia yang akan semakin menantang untuk divestasi berkat kontrol modal dan sanksi yang berkembang dapat melihat opsi lindung nilai. Mata uang yang memiliki korelasi tinggi dengan risiko RUB dapat dilihat sebagai opsi seperti itu, seperti mata uang di area CEE dan berpotensi EUR.

Invasi Rusia ke Ukraina adalah serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia II. Barat menjatuhkan sanksi dan mengeluarkan beberapa bank Rusia dari jaringan SWIFT global. AS diperkirakan akan melarang pesawat Rusia dari wilayah udara Amerika, mengikuti langkah serupa oleh Eropa dan Kanada.

Dolar AS Mengalami Kenaikan, Investor Masih Pantau Invasi Rusia ke Ukraina

Selasa (01/03) pagi di Asia, dolar AS alami kenaikan. Rubel cukup stabil setelah jatuh ke rekor level terendah, sementara yen safe haven stabil setelah mencatatkan reli terbesarnya dalam hampir tujuh minggu. Namun, fokus investor tetap pada invasi Rusia ke Ukraina.

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik 0,17% menjadi 96,856.

USD/JPY melonjak naik tipis di 115,17. Rupiah bergerak naik 0,12% ke 14.347,7 per dolar AS.

AUD/USD turun tipis 0,18% ke 0,7248, dengan dolar Australia yang sensitif terhadap risiko diperdagangkan berada di dekat level tertinggi hampir satu minggu. Reserve Bank of Australia akan memberikan keputusan kebijakannya kemudian. Pasangan NZD/USD turun tipis 0,12% menjadi 0,6752.

Pasar mata uang agak tenang setelah pejabat Rusia dan Ukraina mengadakan putaran pertama perundingan gencatan senjata. Rubel juga mendapatkan kembali beberapa kerugian dramatisnya di awal minggu, ketika jatuh sebanyak 30%. Namun, tekanan pada Rusia tetap ada dari sanksi Barat dan sekutu juga mengeluarkan beberapa bank Rusia dari jaringan SWIFT global.

Central Bank of the Russian Federation (Bank of Russia) menerapkan kenaikan suku bunga darurat sebesar 20% dan langkah-langkah lainnya. Rubel terakhir diperdagangkan di 102.

Volatilitas mata uang berada pada level tertinggi 14 bulan pada hari Senin, menurut indeks Deutsche Bank.

Berita dari Ukraina tetap suram, karena perundingan Rusia-Ukraina tidak menghasilkan resolusi. Pertempuran berkecamuk saat Barat berupaya meningkatkan upaya untuk mengisolasi Rusia.

Ketidakstabilan akan menjaga tawaran mata uang safe haven dan euro di bawah tekanan, sementara dolar Australia sejauh ini bertahan karena harga komoditas yang lebih tinggi dan juga jarak geografis Australia dari konflik, catatan itu menambahkan.

USD/CNY naik tipis 0,03% menjadi 6,3116. Data China yang dirilis sebelumnya menunjukkan inndeks manajer pembelian menufaktur (PMI) Februari tercatat sebesar 50,2, sedangkan PMI non manufaktur sebesar 51,6.

GBP/USD sedikit turun 0,09% ke 1,3408.

Imbal hasil benchmark 10 tahun AS mundur ke level terendah hampir satu bulan sebelumnya, yang membebani dolar. Investor mencari keamanan di Treasuries, bahkan ketika Federal Reserve AS siap untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakannya Maret 2022.

Krisis di Ukraina juga telah mendorong investor untuk mengurangi ekspektasi untuk kenaikan suku bunga Fed 50 basis poin menjadi hanya 8,5%, menurut alat Fedwatch CME. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic pada hari Senin mengatakan bahwa ia tidak mengesampingkan langkah setengah poin persentase.

Harga Komoditas Terbang Tinggi Oleh Karena Perang Rusia

Perang Ukraina dan Rusia diprediksi akan terus membuat harga komoditas terbang tinggi, seperti halnya emas dan minyak yang saat ini harganya melesat tak terduga.

Kenaikan emas sesuai dengan prediksi dan terjadi gap up, dari harga emas di USD 1.882. Selain itu, indeks dolar AS juga terbang dari 96,50 menjadi 97,51.

Harga emas diprediksi bisa bergerak dengan support di USD 1.882 dan resistance mencapai USD 2.151.

Harga emas spot berada di USD 1.911,88 per ons troi. Ini adalah harga tertinggi emas spot sejak Januari 2021 atau dalam 13 bulan terakhir.

Harga emas hari ini naik 1,19 persen di tengah kekhawatiran konflik Rusia dan Barat yang makin panas. Sedangkan harga emas kontrak April 2022 di Commodity Exchange pagi ini naik 1,32 persen ke 1.912,61 per ons troi.

Angka tersebut melonjak usai Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan agar ‘kekuatan pencegahan’ termasuk senjata nuklir di negaranya disiagakan.

Dolar Melemah Jatuh Seiring Berjalannya Invasi Rusia

Dolar AS melemah pada akhir pekan pagi di Asia, dan euro berusaha memulihkan kerugian dari hari sebelumnya. Invasi Rusia ke Ukraina pada hari Kamis memukul mata uang tunggal itu dengan keras, dan investor beralih ke aset safe haven termasuk dolar, yen Jepang, dan franc Swiss.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun tipis 0,11% ke 96,851. Indeks sempat naik ke 97.740, level tertinggi sejak Juni 2020.

Sementara itu, dolar AS jatuh terhadap yen dan franc Swiss. Greenback turun 0,48% terhadap mata uang Jepang pada hari Kamis dan berada di 0,9241 terhadap franc Swiss setelah kehilangan 0,85% pada hari sebelumnya.

Pasangan USUD/JPY melemah ke 115,21. Rupiah bergerak naik 0,10% ke 14.365,5 per dolar AS. AUD/USD menguat di 0,7186 dan NZD/USD menguat 0,28% ke  0,6711. Reserve Bank of New Zealand menargetkan kenaikan suku bunga secepat mungkin untuk mengendalikan inflasi dan menghindari perlunya pengetatan kebijakan yang lebih besar di masa depan.

Dalam serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada hari Kamis. Puluhan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka dan pasukan Ukraina bertempur di berbagai sisi. AS menanggapi dengan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, menghambat akses Rusia ke mata uang asing di samping sanksi terhadap bank dan perusahaan milik negara.

Investor juga menghitung dampak krisis di Ukraina terhadap kebijakan moneter bank sentral. Beberapa pejabat dari European Central Bank, bahkan mereka yang dianggap hawkish, mengatakan situasi di Ukraina dapat menyebabkan bank sentral menunda dimulainya pengurangan aset.

USD/CNY turun tipis 0,15% ke 6,3187 dan GBP/USD menguat 0,37% ke 1,3421.

Rubel Rusia juga jatuh ke rekor terendah 89,986 per dolar semalam, sebelum sedikit pulih. EUR/USD naik 0,25% di 1,1219 pukul 11.24 WIB setelah mencapai level terendah sejak Mei 2020, atau $1,1106. Pound dan dolar Australia yang lebih berisiko juga mengalami kerugian, dan berusaha untuk pulih dari kerugiannya.

Di AS, investor dan beberapa pejabat mengatakan konflik kemungkinan akan melambat, tetapi tidak menghentikan, kenaikan suku bunga segera dari Federal Reserve AS.

Dolar Naik Seiring Melemahnya Euro

Kamis (24/02) pagi di Asia, dolar AS bergerak naik seiring melemahnya euro dan peningkatan permintaan untuk mata uang safe haven akibat kekhawatiran atas invasi Rusia ke Ukraina.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya terus naik 0,51% di 96,682. Indeks juga sempat naik 0,19% ke 96,374 untuk pertama kalinya sejak pertengahn Februari.

Keadaan darurat telah diumumkan di Ukraina, dan Rusia mulai mengevakuasi kedutaan besarnya di ibu kota Ukraina, Kyiv. Barat bereaksi dengan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, dengan AS bergabung bersama Jerman dalam memberikan sanksi atas pipa gas Nord Stream 2 yang menghubungkan Jerman dan Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi khusus untuk “melindungi” wilayah Donbass (Donbas) Ukraina, menurut laporan TASS yang mengutip pidato. Putin mengatakan bahwa saat Rusia tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina, ia mendesak pasukan Ukraina untuk meletakkan senjata mereka dan pulang serta Rusia tidak akan membiarkan Ukraina mengamankan senjata nuklir, tambah laporan itu.

USD/JPY turun 0,27% di 114,66. Rupiah turun 0,30% ke 14.377,5 per dolar AS.

Dolar, yen Jepang, dan Franc Swiss semuanya naik menuju tertinggi multi-minggu terhadap euro. Dolar AS tetap mendekati puncak satu minggu setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan ia yakin Rusia akan menyerang Ukraina dalam beberapa jam.

Mata uang terkait komoditas yang lebih berisiko juga turun, mencerminkan minat risiko investor yang menurun, kehilangan ketahanannya dari awal pekan ini. Euro turun sebanyak 0,26% menjadi $1,12750, level terendah sejak 3 Februari. Euro juga turun 0,29% ke 129,640 yen, mendekati level terendah 129,360 yang dicapai pada hari Selasa, terlemah sejak 3 Februari. Mata uang tunggal ini juga turun 0,22% di 1,03550 franc, mendekati titik terendah Selasa di 1,03405, terendah sejak 24 Januari.

Pasangan AUD/USD melemah 0,76% di 0,7179 dan NZD/USD melemah 0,76% di 0,6723. Pasangan USD/CNY naik tipis 0,08% di 6,3187 sedangkan GBP/USD turun 0,32% di 1,3501.

Dolar Alami Kenaikan Setelah Barat Beri Sanksi Pada Rusia

Rabu (23/02), dolar AS mengalami kenaikan. Investor tetap mengawasi untuk mengetahui perkembangan terbaru seputar Ukraina.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik tipis 0,05% di 96,065. Rupiah naik tipis 0,06% ke 14.352,6 per dolar AS.

Seputar data, AS akan merilis penjualan rumah baru, PDB, dan klaim pengangguran awal pada hari Kamis.

Ketegangan Rusia-Ukraina masih menarik perhatian investor setelah Barat telah memberlakukan sanksi terhadap Rusia.

Presiden AS Joe Biden mengambil tindakan yang menargetkan elit Rusia dan penjualan utang negara pada hari Selasa setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan pasukan di dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur. Sanksi ini untuk menghukum ekonomi Rusia tetapi tidak dimaksudkan untuk memukul pasar energi, kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS.

Pasangan USD/CNY naik tipis 0,02% di 6,3277 sedangkan GBP/USD naik tipis 0,07% menjadi 1,3592. Pasangan AUD/USD naik tipis 0,11% ke 0,7228. NZD/USD menguat 0,44% ke 0,6762 setelah Reserve Bank of New Zealand menaikkan suku bunga, kenaikan ketiga berturut-turut. Bank tersebut juga mengatakan kemungkinan ada lebih banyak pengetatan untuk mengendalikan inflasi. 

Pasangan USD/JPY turun tipis 0,03% menjadi 115,04.

Investor sekarang memperkirakan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga seiring meningkatnya biaya bahan baku yang lebih tinggi di tengah ketegangan Rusia-Ukraina.

Sementara itu, Jerman menghentikan proyek pipa gas besar dari Rusia.

Karena investor beralih ke aset safe haven akibat kekhawatiran yang berkembang, baik yen Jepang dan franc Swiss telah naik selama seminggu terakhir.

Dolar Melonjak Setelah Dua Wilayah Rusia Memisahkan Diri dari Ukraina

Selasa (22/02) pagi di Asia, dolar AS naik seusai Rusia mengakui dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina timur, sehingga menambah kekhawatiran atas potensi terjadinya perang besar.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik tipis menjadi 96,212.

USD/JPY melemah tipis 0,11% di 114,63. Rupiah melemah ke 14.361,6 per dolar AS.

Investor beralih ke aset safe haven karena ketegangan Rusia dan Ukraina meningkat. Euro turun sekitar 0,1% ke level terendah satu minggu di $ 1,1297 sementara franc Swiss, safe haven lainnya, mencapai level tertinggi satu bulan sebelumnya.

Rubel Rusia memperpanjang penurunannya pada hari Selasa setelah anjlok lebih dari 3% terhadap dolar pada hari Senin. Penjualan besar aset-aset Rusia adalah pengingat nyata bahwa ketegangan tetap sangat tinggi dan sentimen risiko sedang melanda pasar ekuitas, kredit dan obligasi.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur sebagai wilayah merdeka pada Senin dan memerintahkan pengerahan pasukan ke wilayah tersebut.

AUD/USD turun tipis 0,05% menjadi 0,7187 sedangkan NZD/USD naik tipis 0,01% ke 0,6698.

USD/CNY naik tipis 0,08% di 6,3404, dan GBP/USD turun tipis 0,1% ke 1,3586.

Dolar Bergerak Menurun, Kebijakan Bank Sentral Tetap Jadi Perhatian Investor

Senin (21/02) pagi di Asia, dolar AS bergerak melemah dan pasar mata uang memantau ketegangan yang tengah berlangsung di Ukraina.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun di 95,856.

Kebijakan bank sentral juga tetap menjadi perhatian investor, dengan suku bunga pinjaman People’s Bank of China akan dirilis kemudian. Reserve Bank of New Zealand akan mengeluarkan keputusan kebijakannya pada hari Rabu dan Bank of Korea akan menerbitkan keputusan kebijakannya sehari kemudian.

Yen safe haven berada tidak jauh dari level tertinggi dua minggu sementara euro kini menjadi sorotan karena investor menghitung keamanan energi dan implikasi ekonomi bagi Eropa jika terjadi invasi Rusia.

Pasangan USD/JPY melemah ke 114,98. Pasangan AUD/USD menguat 0,46% ke 0,7207 dan NZD/USD naik 0,28% menjadi 0,6719. 

EUR/USD menguat 0,34% ke 1,1359, setelah sempat jatuh di awal sesi sebagai reaksi terhadap pengumuman hari Minggu dari Kementerian Pertahanan Belarusia bahwa Rusia akan melanjutkan latihan militer di Belarus.

Di luar Asia Pasifik, Gubernur Bank of England (BOE) Andrew Bailey akan memberikan pernyataannya di hadapan Komite Keuangan Inggris pada hari Rabu. Beberapa pengambil kebijakan Federal Reserve AS juga akan berbicara sepanjang minggu, dengan investor terus mencari petunjuk bahwa kenaikan suku bunga 50 basis poin yang besar dapat terjadi pada pertemuan Fed Maret 2022, ketimbang kenaikan 25 basis poin yang diperkirakan secara luas.

BOE juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan Maret, memberikan pound beberapa dukungan meskipun situasi di Ukraina mungkin membatasi kenaikan.

Pasangan USD/CNY naik tipis 0,03% di 6,3274 dan GBP/USD naik 0,21% ke 1,3619.

Ketegangan Rusia-Ukraina mulai mendominasi sentimen risiko dan aksi harga. Pasar kemungkinan akan terus mengejar berita utama tanpa kejelasan tentang hasil akhirnya.

Dalam refleksi situasi, euro mendapat dorongan kecil di awal sesi Asia di mana Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin “pada prinsipnya” setuju untuk mengadakan pertemuan puncak membahas Ukraina. Namun, pertemuan puncak itu tidak akan terjadi jika Rusia menginvasi Ukraina.

Sementara itu, yen kehilangan sedikit kekuatan pada dolar setelah pengumuman tersebut. Namun, aset safe haven seperti yen dan franc Swiss diuntungkan dari penghindaran risiko investor akibat ketegangan di Eropa Timur.

Dolar Melemah di Akhir Pekan

Jumat (18/02) petang, dolar AS melemah dengan sentimen risiko didorong oleh berita bahwa Amerika Serikat dan Rusia akan membahas soal krisis Ukraina minggu depan, meningkatkan harapan atas solusi lewat jalur diplomatik.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya, diperdagangkan turun di 95,776.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov setuju untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken guna melakukan perundingan di Eropa minggu depan, Departemen Luar Negeri mengatakan Kamis malam setempat.

Dolar, bersama dengan mata uang safe haven lainnya yen dan franc Swiss, telah naik minggu ini di tengah ketegangan tinggi di perbatasan Ukraina, usai peringatan Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis bahwa kemungkinan invasi ke Ukraina masih sangat tinggi.

Kembali di AS, perdebatan berlanjut tentang seberapa agresif Federal Reserve tahun ini untuk menaikkan suku bunga memerangi inflasi konsumen yang ada di level tertinggi selama 40 tahun.

Selain itu, pendukung kenaikan suku bunga Fed 50 basis poin pada bulan Maret menerima tekanan Kamis pasalnya klaim pengangguran awal tanpa diduga naik untuk pertama kalinya sejak pertengahan Januari, naik 23.000 menjadi 248.000 dalam pekan terakhir 12 Februari, referensi minggu untuk laporan pekerjaan Februari yang akan diumumkan awal bulan depan.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan Kamis malam bahwa Fed perlu menaikkan suku bunga lebih cepat dan segera menyusutkan neraca daripada saat setelah “Resesi Hebat”, sementara Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga di atas 2% untuk mengendalikan inflasi.

Berita dua poros utama itu akan bertemu minggu depan telah disambut dengan optimisme, meskipun situasinya tetap sangat tegang, terutama setelah pasukan pemerintah Ukraina dan pemberontak yang didukung Moskow saling menuding melanggar aturan gencatan senjata pada hari Kamis.

Ada lebih banyak pembicara Fed yang dijadwalkan Jumat nanti, yakni Presiden Fed Chicago Charles Evans, anggota FOMC John Williams dan Wakil Ketua Fed Lael Brainard, sementara data ekonomi akan terkonsentrasi pada sektor perumahan.

Di sisi lain, GBP/USD naik 0,1% menjadi 1,3625, didorong oleh penjualan ritel Inggris yang tumbuh lebih baik dari estimasi pada Januari, meningkat sebesar 1,9% pada Januari setelah mengalami penurunan 4,0% pada Desember. Penjualan tercatat naik 9,1% dari tahun lalu, kala toko-toko yang tidak penting ditutup akibat pembatasan penguncian.

EUR/USD melonnjak di 1,1373, USD/JPY menguat 0,18% menjadi 115,14, setelah menyentuh level terendah dua minggu di 114,78 pada awal perdagangan Jumat, sementara AUD/USD yang sensitif risiko terus naik ke 115,15.

Rubel Rusia, yang sensitif terhadap potensi perang karena sanksi membayangi, menguat, di mana USD/RUB melemah 0,81% ke 75,6908 pukul 15.12 WIB. Rupiah terakhir turun 0,09% ke 14.328,1 per dolar AS.

Rebound cepat ini akan menambah ekspektasi bahwa Bank of England akan terus menaikkan suku bunga, setelah naik pada dua pertemuan terakhirnya, seiring berjalannya tahun.

Dolar dan Euro Melonjak Bersamaan di Kamis Pagi

Kamis (17/02) pagi di Asia, dolar AS naik bersama dengan mata uang euro. Investor mencerna keraguan AS bahwa Rusia telah menarik pasukannya di perbatasan dengan Ukraina sehingga kekhawatiran atas invasi masih sangat hidup.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik tipis 0,09% menjadi 95,783.

USD/JPY naik tipis ke 115,48. Rupiah bergerak melemah ke 14.284,1 per dolar AS.

Indeks dolar AS turun sekitar 0,2% setelah risalah ke 95,769 dan tetap dekat dengan level ini pada hari Kamis. Namun, indeks mungkin bisa meluncur sedikit lebih rendah menuju 95, menurut Gao.

Australia merilis data ketenagakerjaan sebelumnya yang menunjukkan perubbahan tenaga kerja sebanyak 12.900 dan  perubahan lapangan kerja penuh sebesar -17.000. Namun, data tersebut tidak cukup untuk mengangkat dolar Australia melewati resistance di sekitar $0,7210.

Dolar Selandia Baru juga menjadi fokus. Reserve Bank of New Zealand diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ketika mengumumkan keputusan kebijakannya pada 23 Februari.

AUD/USD menguat 0,24% di 0,7208. NZD/USD terus naik ke 0,6697.

USD/CNY turun tipis menjadi 6,3328, sedangkan GBP/USD sedikit naik menjadi 1,3591.

EUR/USD naik di 1,1378. Mata uang ini telah menguat, di samping saham global, usai Rusia mengisyaratkan mundurnya pasukan militer, langkah maju dalam krisis regional selama beberapa dekade. Namun, AS mengatakan pada hari Rabu bahwa pernyataan Rusia itu salah.

Ekspektasi bahwa Bank of England juga akan menaikkan suku bunga pada Maret 2022 menahan kenaikan pound. Gubernur Bank of Spain Pablo Hernández de Cos dan kepala ekonom European Central Bank (ECB) Philip Lane akan berbicara hari ini di mana kedua pidato tokoh tersebut akan diawasi dengan cermat untuk mendapatkan petunjuk tentang prospek ECB.

Di AS, Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis James Bullard juga akan menyampaikan pandangannya sesi hari ini.