Dolar Naik, Investor Cerna Laporan dari Rusia

Rabu (16/02) pagi di Asia, dolar mengalami kenaikan, sementara euro mempertahankan kenaikan semalam di awal perdagangan Asia Pasifik. Investor juga mencerna laporan bahwa Rusia dapat memindahkan pasukannya dari perbatasan Ukraina, di samping pengumuman data ekonomi terbaru dari China.

Pasangan USD/CNY naik tipis 0,01% menjadi 6,3405. Data China yang dirilis sebelumnya menunjukkan indeks harga konsumen China tumbuh 0,9% tahun ke tahun dan 0,4% bulan ke bulan di Januari, sementara indeks harga produsen naik 9,1% tahun ke tahun.

GBP/USD naik tipis 0,07% di 1,3543.

Namun, beberapa investor optimis bahwa kerugian dolar akan dibatasi.

Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Maret 2022, dengan beberapa kenaikan lagi kemungkinan akan mengikuti sepanjang tahun.

Investor sekarang menunggu risalah dari pertemuan Fed dini hari nanti, yang dapat memengaruhi pergerakan dolar dan bunga obligasi AS.

Pasangan USD/JPY melonjak tipis di 96,033. Rupiah terus menguat 0,10% di 14.285,0 per dolar AS.

Pasangan AUD/USD naik tipis ke 0,7154 dan NZD/USD turun tipis 0,02% ke 0,6637.

Perdebatan di kalangan petinggi Fed mengenai seberapa agresif bank sentral harus menaikkan suku bunga juga berlanjut. Presiden Fed St. Louis James Bullard pada hari Senin mengulangi seruannya untuk mempercepat laju kenaikan suku bunga Fed, tetapi beberapa rekannya kurang tertarik untuk berkomitmen atas kenaikan setengah poin persentase atau bahkan khawatir hal itu dapat menyebabkan masalah.

Di seberang Atlantik, Bank of England dapat menaikkan suku bunganya sendiri sebesar 25 basis poin lagi pada pertemuan Maret, menurut jajak pendapat ekonom Reuters. Bank sentral itu terakhir menaikkan suku bunga pada tiga pertemuan berturut-turut di tahun 1997 silam.

Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Selasa menerbitkan rekaman yang menunjukkan bahwa pihaknya menarik beberapa pasukan dari perbatasan dengan Ukraina setelah menggelar latihan. Namun, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa AS belum memverifikasi langkah itu, sementara Ukraina melaporkan serangan siber pada jaringan daring Kementerian Pertahanan dan dua bank hanya terjadi beberapa jam setelah pengumuman Rusia.

EUR/USD turun tipis 0,07% ke 1,1348 pada Rabu pagi, setelah naik 0,45% sehari sebelumnya, sementara saham global rebound dipicu ekspektasi kemungkinan penarikan pasukan Rusia.

Dolar Masih Alami Penurunan di Hari Kedua Awal Pekan

Selasa (15/02), dolar AS masih bergerak melemah, tetapi mengalami kerugian kecil dengan konflik Rusia/Ukraina yang mendorong arus safe haven dan trader masih mempertimbangkan potensi kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif.

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap mata uang lainnya, bergerak melemah 0,34% ke 96,031, setelah mencapai level tertinggi dua minggu pada hari Senin.

Selain konflik Ukraina, trader mencoba mengukur niat The Fed ketika pertemuan berikutnya di bulan Maret soal kenaikan suku bunga.

USD/JPY naik 0,05% di 115,30, setelah sempat mencapai 114,99 pada hari Senin, juga titik terendah satu minggu. Rupiah ditutup menguat 0,16% di 14.302,5 per dolar AS. Sebelumnya Selasa, data menunjukkan ekoonomi Jepang meningkat sebesar 5,4% setahun pada Oktober-Desember, di bawah ekspektasi untuk kenaikan 5,8%, setelah mengalami kontraksi 2,7% yang direvisi pada kuartal sebelumnya.

Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard mengulangi pada hari Senin seruannya kepada bank sentral AS untuk mengambil tindakan tegas, mengutip empat laporan inflasi yang tinggi berturut-turut.

Meskipun dolar sedikit melemah, ini terjadi setelah mengalami kenaikan besar selama beberapa sesi terakhir di tengah meningkatnya ketegangan di perbatasan Ukraina. Amerika Serikat mengingatkan pada hari Senin bahwa Rusia dapat segera menyerang, sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan bahwa kedutaan AS akan dipindahkan dari Kyiv ke Lviv.

Laporan IHK AS yang lebih besar dari perkiraan minggu lalu, khususnya, telah meningkatkan ekspektasi bahwa Fed mungkin menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin penuh pada bulan Maret.

GBP/USD naik 0,26% ke 1,3562, setelah rilis data ketenagakerjaan Inggris. Tingkat pengangguuran Inggris untuk tiga bulan hingga akhir Desember bertahan di 4,1%, tetapi angka klaim Januari turun hampir 32.000, menunjukkan pasar tenaga kerja bisa pulih dari dampak Omicron.

EUR/USD naik 0,38% di 1,1349 setelah menyentuh 1,1278 sehari sebelumnya, level terendah lebih dari seminggu, aset sensitif risiko AUD/USD menguat 0,39% menjadi 0,7158,.

Dolar AS Awali Pekan dengan Penurunan Harga

Dolar AS bergerak melemah pada awal pekan, tetapi mengalami kerugian minimal. Investor juga masih khawatir terhadap potensi konflik di Eropa Timur, di samping lonjakan inflasi.

Senin (14/02), indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun tipis 0,04% di 96,033.

Meningkatnya kekhawatiran atas invasi Rusia ke Ukraina membuat euro turun ke 1,1360 dolar dari level tertinggi minggu lalu di 1,1495 dolar. Dolar Australia dan Selandia Baru yang lebih berisiko juga tetap di bawah level minggu sebelumnya, dan rubel Rusia mengalami penurunan paling besar dalam hampir dua tahun pada hari Jumat.

USD/CNY naik tipis 0,1% menjadi 6,3612 sedangkan GBP/USD turun tipis ke 1,3542.

AS membunyikan alarm pada hari Minggu bahwa Rusia dapat membuat dalih mengejutkan untuk menyerang negara tetangganya, yang telah dibantah Rusia. Kanselir Jerman Olaf Scholz akan menuju ke Ukraina di kemudian hari, diikuti dengan perjalanan ke Moskow lusa, dan memperingatkan adanya sanksi jika serangan terjadi.

Ketegangan ini adalah kejutan terbaru bagi pasar yang sudah goyah dari data inflasi AS yang tinggu minggu lalu. Meskipun kekhawatiran atas kenaikan suku bunga darurat agak mereda, beberapa investor memperkirakan dolar akan tetap didukung.

USD/JPY melemah tipis 0,01% menjadi 115,40. Rupiah naik tipis 0,05% ke 14.342,6 per dolar AS.

AUD/USD melemah 0,19% ke 0,7122. Data pekerjaan Australia akan dirilis pada hari Kamis dan kemungkinan angka yang mengejutkan bisa mendorong pengukur volatilitas dolar Australia ke level tertinggi hampir satu tahun. Pasangan NZD/USD juga turun 0,32% di 0,6627.

Dolar stabil di awal sesi, dengan euro, yang turun 1,2% pada yen pada hari Jumat, dan mata uang negara importir minyak dipandang sebagai yang paling berisiko dari konflik di Ukraina.

Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde akan berpidato di depan Parlemen Eropa, dan Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis James Bullard juga akan berbicara kepada media, selanjutnya.

Pound stabil, lantaran investor yakin Bank of England akan menaikkan suku bunganya sendiri pada Maret 2022 dan memperkirakan peluang sekitar 40% untuk kenaikan 50 basis poin.

Di seberang Atlantik, The Fed akan merilis risalah dari pertemuan terakhirnya pada hari Rabu setempat. Sentimen minggu lalu tentang kenaikan suku bunga antar-pertemuan sedikit surut setelah Fed merilis jadwal pembelian obligasinya tidak berubah untuk bulan mendatang. Bank sentral tersebut akan menaikkan suku bunga hanya setelah pembeliannya berhenti.

Akhiri Pekan, Indeks Dolar AS Alami Kenaikan

Jumat (11/02) pagi di Asia, Dolar Amerika Serikat naik. Data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan dan komentar hawkish dari pengambil kebijakan Federal Reserve mempercepat ekspektasi kenaikan suku bunga agresif. Namun, tekanan serupa secara global membatasi kenaikan.

Data inflasi AS menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) tumbuh sebesar 7,5% tahun ke tahun. Angka itu juga mendorong Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan bahwa Fed harus menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin selama tiga pertemuan berikutnya.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya terus naik di 95,891. AUD/USD melemah di 0,7138 dan NZD/USD turun 0,25% menjadi 0,6653. Pasangan USD/CNY naik tipis ke 6,3611 sedangkan GBP/USD turun menjadi 1,3541.

Sementara itu, Bank of Japan juga berkomitmen untuk membeli obligasi tenor 10 tahun dalam jumlah tidak terbatas sebesar 0,25% pada hari Kamis, sebagai tanggapan atas tekanan jual  beberapa hari di pasar obligasi Jepang.

USD/JPY naik tipis ke 116,08, tapi pasar Jepang ditutup libur. Rupiah turun tipis di 14.352,6 per dolar.

Dolar Australia akan mencapai kenaikan mingguan hampir 1% meskipun dolar menguat pada hari Jumat, sementara dolar Selandia Baru juga menuju kenaikan mingguan kedua berturut-turut.

Treasuries AS naik dan dolar naik ke level tertinggi lima minggu terhadap yen selama sesi bergejolak semalam. Mata uang AS juga bergejolak terhadap mata uang lainnya, sebelum menguat luas di awal sesi Asia.

ECB akan memperbarui proyeksi ekonominya pada Maret 2022, di mana pasar obligasi mengharapkan perubahan yang lebih hawkish. Penetapan harga swap juga menunjukkan kemungkinan hampir 30% Bank of England akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps bulan depan.

Bahkan bank sentral yang berpegang pada pendekatan yang lebih dovish, seperti Reserve Bank of Australia (RBA), mengubah nada kebijakannya. Gubernur RBA Philip Lowe mengatakan sebelumnya bahwa jika pemulihan ekonomi mencapai perkiraan, kenaikan suku bunga berpotensi terjadi pada tahun 2022.

Dolar AS Melonjak Sementara Dolar Australia dan Selandia Baru Mendekati Level Tertinggi

Kamis (10/02), dolar AS naik. Dolat bergerak dalam kisaran sempit, sementara dolar Australia dan Selandia Baru mendekati level tertinggi multi minggu. Investor sekarang mengalihkan perhatiannya pada data inflasi AS terbaru. Indeks Dolar AS sedikit menguat 95,553.

Pasangan USD/JPY naik tipis di 115,62. Rupiah menguat tipis 0,06% di 14.348,0 per dolar AS hingga siang hari ini.

USD/CNY turun tipis ke 6,3581 dan GBP/USD melemah tipis 0,01% di 1,3531.

Investor meningkatkan ekspektasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunga ketika bertemu di bulan Maret. Namun, Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester pada hari Rabu mengatakan bahwa ia tidak melihat kasus yang menarik untuk memulai dengan kenaikan suku bunga 50 basis poin.

Namun, kenaikan suku bunga di masa depan setelah bulan Maret akan tergantung pada kekuatan inflasi dan seberapa itu moderat atau bertahan.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Eropa berada dalam tren naik di tengah meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga. Ekspektasi ini mereda pada Rabu dan Kamis pagi, di mana imbal hasil obligasi acuan AS tenor 10 tahun di 1,9354% pada awal perdagangan Asia Kamis. Ini sedikit di bawah 1,970% Selasa, yang merupakan titik tertinggi 27 bulan.

Euro sempat mencapai 1,1416, level terendah sepanjang minggu setelah Presiden European Central Bank Christine Lagarde mengatakan pada hari Senin bahwa ia melihat tidak perlunya kebijakan moneter yang terlalu ketat, menenangkan ekspektasi kenaikan pada tahun 2022.

Dolar Australia berada tidak jauh dari 0,7194 yang dicapai sehari sebelumnya, mendekati level tertinggi tiga minggu. NZD/USD melonjak tipis 0,01% ke 0,6884.

Dolar Selandia Baru berada di dekat level tertinggi dua minggu di 0,66975 dolar yang dicapai pada hari Rabu. Sentimen risiko yang membaik juga sedikit membebani yen safe haven, yang diperdagangkan di dekat batas bawah dari kisaran baru-baru ini.

Namun, mata uang secara luas terjebak dalam pola bertahan menjelang data AS, yang mencakup IHK dan akan dirilis hari ini. Data juga dapat memberikan petunjuk lanjutan mengenai garis waktu Federal Reserve AS untuk memperketat kebijakan moneternya.

Pandangan Hawkish ECB Berpotensi Batasi Kenaikan Dolar

Rabu (09/02), dolar Amerika Serikat melemah meskipun imbal hasil Treasury naik ke level tertinggi multi tahun.

Investor sekarang menunggu data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Kamis untuk mendapatkan petunjuk garis waktu kenaikan suku bunga Federal Reserve AS. Imbal hasil treasury AS melonjak ke level 1,97% pada hari Selasa. Titik ini pernah dicapai pada November 3 tahun lalu.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun tipis 0,12% menjadi 95,526.

Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde mengatakan pada hari Senin bahwa tidak perlu adanya pengetatan yang ekstensif dan menekan meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga yang agresif.

Indeks dolar dalam pola bertahan sementara pasar menimbang prospek pengetatan kebijakan Fed yang tiba-tiba terhadap perubahan kebijakan hawkish ECB.

Euro melonjak 2,7% selama minggu lalu setelah Lagarde membuka kemungkinan kenaikan suku bunga potensial di minggu yang sama.

Meskipun ECB yang lebih berpandangan hawkish mungkin membatasi kenaikan dolar dalam waktu dekat dan indeks dolar berpeluan beli saat terjadi penurunan ke level terendah 95, catatan tersebut menambahkan.

AUD/SUD menguat 0,29% di 0,7162 dan NZD/USD menguat tipis 0,21% menjadi 0,6662.

USD/CNY turun tipis ke 6,3614 dan GBP/USD naik tipis di 1,3557. Lembaga pendanaan yang didukung negara China masuk ke pasar saham untuk membeli saham lokal Selasa sore setelah terjadi penurunan intraday terbesar dari indeks acuan sejak Agustus 2021.

USD/JPY melemah tipis 0,07% ke 115,48. Rupiah kembali menguat di 14.367,6 per dolar AS.

Investor sekarang menunggu data inflasi AS, termasuk IHK yang akan dirilis pada hari Kamis untuk mencari petunjuk lanjutan tentang kerangka waktu kenaikan suku bunga.

Investor memperkirakan lebih dari 70% peluang kenaikan 25 basis poin dan kenaikan hampir 25 basis poin serta peluang hampir 30% untuk kenaikan 50 basis poin ketika para pengambil kebijakan AS menggelar rapat pada bulan Maret, menurut Perangkat FedWatch CME.

Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan pada hari Selasa bahwa inflasi AS bahkan mungkin naik lebih tinggi sebelum berubah menjadi lebih baik.

Dolar AS Menguat pada Selasa Petang

Selasa (08/02) petang di Asia, dolar AS bergerak naik. Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik di 95,586 pada siang hari ini.

AUD/USD melemah di 0,7125 dan NZD/USD naik 0,15% ke 0,6642.

USD/CNY naik tipis menjadi 6,3624 dan GBP/USD turun tipis di 1,3528.

Pasar berjangka menilai peluang 1 berbanding 3 bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Maret 2022, dan kemungkinan kenaikan agresif sesudahnya telah memberi dorongan pada dolar.

Laporan pekerjaan AS yang jauh lebih kuat dari perkiraan selama minggu lalu menekankan sorotan pada inflasi, karena investor memperkirakan implikasi atas tenggat waktu pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve AS.

Euro berada di bawah level resisten yang kuat sebelum rilis data inflasi AS pekan ini, dan mewaspadai bahwa hal itu dapat memicu kenaikan untuk mata uang AS tersebut.

Euro melonjak 2,7% selama minggu lalu setelah European Central Bank (ECB) melontarkan perubahan nada kebijakan hawkish yang mengejutkan selama minggu lalu.

Mata uang tunggal telah menahan kenaikan tetapi tidak mampu menembus level resisten di sekitar $1,1483. Imbal hasil obligasi Eropa berada dalam tren naik dan euro terakhir turun 0,22% di 1,1416 dolar AS.

Meskipun hari Selasa terlihat tenang dalam hal rilis data, investor sudah menantikan data inflasi AS, termasuk IHK yang akan dirilis pada hari Kamis mendatang.

USD/JPY menguat ke 115,47. Rupiah naik tipis 0,08% ke 14.383,6 per dolar AS.

Dolar Melonjak Sementara Euro Melemah

Senin (07/02) petang, dolar AS masih melonjak oleh data pekerjaan AS yang kuat, sementara euro turun dari puncak tiga minggu pada hari Jumat lantaran trader terus mencerna perubahan kebijakan hawkish European Central Bank (ECB).

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya, naik tipis ke 95.500 menurut data Investing.com. Rupiah berakhir turun ke 14.396,6 per dolar AS.

Ekspektasi ini dapat didukung oleh IHK AS yang akan dirilis Kamis, dengan IHK utama dan data bulanan inti terlihat naik 0,5%, bisa menghasilkan angka tahunan masing-masing 7,3% dan 5,9%.

Sementara, GBP/USD juga naik tipis 0,06% di 1,3537 pukul 15.34 WIB, tidak jauh dari level tertinggi dua minggu di 1,3626 yang dicapai pada hari Kamis setelah Bank of England menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, USD/JPY turun tipis 0,05% ke 115,14, sementara mata uang sensitif risiko AUD/USD menguat 0,27% menjadi 0,7095, rebound dari aksi jual minggu lalu setelah Gubernur Reserve Bank of Australia Philip Lowe menyatakan perlu kesabaran terkait dengan kebijakan kenaikan suku bunga.

Dolar AS telah dibantu oleh laporan ketenagakerjaan yang sangat kuat pada hari Jumat silam, di mana ada 467.000 pekerjaan nonpertanian ditambahkan pada Januari, jauh lebih besar daripada yang diperkiraan, sementara, yang lebih mengejutkan, pemerintah merevisi data ketenagakerjaan untuk November dan Desember dengan total gabungan lebih dari 700.000.

Juga membantu dolar adalah status safe haven, setelah Gedung Putih memperingatkan pada hari Minggu bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja, meski bidang diplomasi terus berlanjut untuk menahan situasi panas yang ada bahkan kala Presiden Prancis Emmanuel Macron menuju ke Moskow.

Euro telah melemah pada hari Senin. EUR/USD melemah tipis 0,01% ke 1,1445 setelah mencapai level tertinggi sejak pertengahan Januari pada hari Jumat lalu usai European Central Bank menyatakan lebih banyak kekhawatiran muncul atas tekanan inflasi kawasan dari yang diperkirakan minggu lalu.

Klaas Knot, Presiden Bank Sentral Belanda dan anggota Dewan Pemerintahan European Central Bank, melanjutkan tema tersebut pada hari Minggu, menyatakan bahwa ia mengharapkan ECB menaikkan suku bunga pada kuartal IV tahun ini.

Selain itu, Knot dikenal sebagai salah satu anggota dewan ECB yang berpandangan lebih hawkish, dan anggota yang lain perlu dibujuk sebelum bank sentral mulai menaikkan suku bunga.

Dolar Melemah karena Kebijakan Hawkish European Central Bank

Dolar mengalami penurunan oleh karena kenaikan kuat saham berjangka AS melemahkan kebutuhan atas tempat berlindung yang aman dan perubahan kebijakan hawkish oleh European Central Bank mendorong mata uang tunggal pada Jumat (04/02) sore.

Pendapatan perusahaan yang kuat dari raksasa ritel daring Amazon setelah penutupan bel perdagangan di Wall Street Kamis telah mendorong kenaikan besar dan kuat di ekuitas berjangka AS, serta pasar saham di Asia dan Eropa. Peningkatan kepercayaan ini telah menekan permintaan untuk greenback, yang sering dianggap sebagai tempat berlindung yang aman di saat terjadi tekanan.

Mata uang yang paling diuntungkan adalah euro, naik 0,2% menjadi 1,1456, di jalur untuk meraih minggu terbaiknya sejak Maret 2020. Selain itu, alasan utama untuk kenaikan euro adalah konferensi pers Presiden ECB Christine Lagarde setelah pertemuan kebijakan bank sentral, di mana ia mengakui risiko inflasi yang meningkat dan menolak untuk menekankan proyeksi sebelumnya bahwa peningkatan suku bunga tahun ini sangat tidak mungkin terjadi.

Rilis data ketenagakerjaan non pertanian AS pada Jumat malam dapat memengaruhi pemikiran ini, tetapi dengan lebih fokus pada inflasi dan perlambatan tajam pertumbuhan pekerjaan pada Januari akibat penyebaran varian Omicron Covid-19 kemungkinan tidak menggerakkan dolar terlalu banyak.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya, turun  di 95,286, setelah jatuh minggu ini – penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2020. Rupiah melemah di 14.380,1 per dolar AS.

Di tempat lain, USD/JPY melonjak 0,1% menjadi 115,09, di mana Bank of Japan terlihat sebagai bank sentral utama yang paling dovish, terutama setelah perubahan sikap ECB.

AUD/USD turun 0,3% ke 0,7117, ditekan oleh pandangan Gubernur Reserve Bank of Australia Philip Lowe yang mengajarkan kesabaran dalam kenaikan suku bunga pasca publikasi Pernyataan kuartalan bank sentral yang membahas Kebijakan Moneter.

Sementara, GBP/USD beranjak lebih rendah ke 1,3591, tidak jauh dari level tertinggi dua minggu di 1,3626 yang dicapai pada hari Kamis setelah BoE menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, seperti yang diharapkan secara luas.

Mungkin ada lebih banyak keuntungan di depan sterling karena hampir setengah dari para pengambil kebijakan BOE memilih kenaikan yang lebih besar dengan peningkatan inflasi di atas 7%, lebih besar tiga kali lipat dari target bank sentral sebesar 2% dan persentase penuh lebih tinggi dari perkiraannya pada bulan Desember.

Dolar AS Alami Kenaikan Usai Terima Dukungan

Kamis (03/02) dolar AS beranjak naik, ditopang dari tingkat penghindaran risiko setelah hasil pendapatan yang mengecewakan dari Meta pemilik Facebook, tetapi fokusnya kini bertumpu pada pertemuan bank sentral di Inggris dan Eropa. 

Dolar AS, dianggap sebagai tempat berlindung yang aman di saat terjadi tekanan, telah menerima beberapa dukungan usai Meta Platforms melaporkan pendapatan yang mengecewakan dan prospek yang lemah, mendorong aksi jual di saham teknologi dan media sosial. 

Indeks Dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya, naik tipis 0,18% ke 96,105. Rupiah berakhir mlemah 0,16% di 14.377,6 per dolar AS. 

Mata uang yang sensitif terhadap risiko, seperti dolar Australia dan Selandia Baru, mengalami kesulitan. AUD/USD turun 0,16% di 96,106.

GBP/USD turun 0,19% di 1,3551, menjelang pertemuan Bank of England, di mana bank sentral ini diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga pertama kembali sejak 2004, setelah 15 basis poin kenaikan pada bulan Desember, dengan inflasi kini ada di tingkat tertinggi tiga dekade.

NZD/USD hanya naik tipis 0,08% ke 0,6634. Indeks dolar AS sejauh ini hanya naik 0,5% tahun ini, setelah naik hampir 7% pada tahun 2021, kinerja terbaiknya sejak 2015, saat Federal Reserve dipandang sebagai salah satu bank sentral besar pertama yang mengendalikan kebijakan moneter akomodatif karena lonjakan inflasi. 

Dolar AS diperkirakan akan menguat setidaknya selama 3-6 bulan lagi, tetapi akan membutuhkan perubahan signifikan dalam ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve guna mendorongnya lebih tinggi.

Inflasi juga menjadi masalah di Zona Euro setelah data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan harga konsumen tak terduga melonjak ke tingkat rekor sebesar 5,1% pada Januari, lebih besar dua kali lipat target 2% ECB. ECB diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan pada pertemuan ini, tetapi investor akan dengan hati-hati mendengarkan konferensi pers Lagarde untuk mencari tanda-tanda sikap kebijakan hawkish, terutama dengan The Fed dan BOE yang sekarang berbicara keras. 

Sementara, USD/JPY naik 0,2% menjadi 114,67 setelah aktivitas sektor jasa Jepang mengalami kontraksi pada laju tercepatnya dalam lima bulan di bulan Januari, dan PMI jasa turun ke 47,6 dari 52,1 bulan sebelumnya dan pembacaan awal tercatat 48,8.