Dolar Lebih Kuat Pada Senin Pagi Didorong Optimisme Kebijakan Bank Sentral

Dolar dibuka lebih kuat terhadap mata uang utama lainnya pada perdagangan Senin pagi, menjelang pertemuan moneter FOMC minggu ini.

Pasar juga mewaspadai keputusan moneter di tengah persiapan sejumlah Bank Sentral di berbagai belahan dunia ke arah normalisasi kebijakan moneter seperti tapering dengan mengurangi program QE-nya seiring dengan pemulihan ekonomi pasca pandemik covid-19. Menjadikan pasar berspekulasi akan ada pembahasan hal serupa pada pertemuan moneter FOMC kali ini walaupun pelaksanaannya tidak dalam waktu dekat ini dan masih menunggu waktu yang dianggap tepat oleh Fed.

Seiring dengan keyakinan dari pejabat Fed yang menyatakan lonjakan inflasi hanya bersifat transisi dan terkonfirmasi dengan data sektor tenaga kerja dan juga data belanja konsumen yang mengalami kenaikan namun tidak sesuai ekspektasi. Terkecuali dari data CPI y/y pekan lalu yang mencapai rekor tertinggi dalam lebih dari 1 dekade yaitu hingga 5% jauh diatas target Fed yang hanya 2%.

Selain pertemuan moneter FOMC, data lainnya berupa Retail Sales, PPI, indeks manufaktur negara bagian New York dan Industrial Production yang akan dirilis sebelum hasil pertemuan moneter tersebut.

Dolar Lebih Rendah Jumat Pagi Tertekan Penurunan Data CPI AS

Dolar melemah terhadap mata uang lainnya pada hari Jumat seiring dengan data inflasi CPI AS yang lebih rendah pada minggu ini. Dengan naik 0.6% yang lebih baik dari perkiraan turun 0.4% dari periode sebelumnya 0.8%. Sementara data Core yang tidak menyertakan makanan dan BBM juga senada dengan naik 0.7% yang lebih baik dari perkiraan turun 0.5% dari periode sebelumnya 0.9%.

Namun jika dibandingkan dengan data yang sama dengan periode setahun sebelumnya terjadi lonjakan yang cukup tajam yaitu mencapai 5% yang jauh melampaui target Fed yang hanya 2% sehingga berpeluang besar bagi Fed untuk mengubah proyeksi inflasinya pada pertemuan moneter FOMC pekan depan. Ini merupakan kenaikan tertinggi sejak tahun 2008 yang lalu.

Sebelumnya sebagian besar pejabat Fed terus menegaskan akan terjadi lonjakan inflasi namun kenaikan tersebut hanya bersifat transisi. Dan pendekatan yang digunakan oleh Fed adalah berdasarkan data-data bukan perkiraan sehingga meskipun kali ini jauh diatas target Fed, hal ini tetap tidak akan mengubah kebijakan moneter Fed. Fed perlu lebih dari data tunggal untuk bersiap mengubah kebijakan moneternya. Perlu lebih banyak bukti yang menunjukkan bahwa inflasi berpotensi menjadi tidak terkendali sebelum kebijakan moneter dirubah.

Selain inflasi Fed juga menargetkan sektor tenaga kerja yang diharapkan bisa terserap secara penuh yang sementara ini dari data-data yang sudah rilis masih jauh dari target tersebut. Laporan mingguan klaim pengangguran juga relatif belum banyak berubah 376K dari periode sebelumnya 385K.

Dolar Bertahan Stabil Pada Hari Kamis Jelang Data Makro CPI AS

Dolar bertahan stabil terhadap mata uang utama lainnya, menjelang rilis data makro ekonomi AS di mana tingkat inflasi CPI akan dirilis malam nanti.

Pasar juga menunggu hasil pertemuan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) petang nanti. Di antara keduanya pertemuan moneter ECB diperkirakan akan lebih berdampak pada pergerakan mata uang karena lonjakan inflasi di AS sudah sejak awal diperkirakan terjadi oleh Federal Reserve namun hanya bersifat transisi atau hanya sementara.

Dengan data Non Farm Payroll dan Retail Sales lalu yang mengecewakan maka pernyataan Fed tersebut di atas menjadi valid dan tetap tidak akan mengubah kebijakan moneter Fed saat ini meskipun angka inflasi CPI nanti malam melonjak tajam. Seperti pada periode sebelumnya yang melonjak hingga level tertinggi dalam 12 bulan terakhir. Apalagi kali ini perkiraan angka CPI justru menurun dari 0.8% menjadi hanya separuhnya 0.4%.

Begitu pula dengan data Core juga diperkirakan turun dari 0.9% menjadi 0.5%. Sementara itu inflasi di China juga terjadi lonjakan baik PPI yang mencapai kenaikkan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir dan CPI yang mencapai kenaikan terbanyak dalam 8 bulan terakhir.

Federal Reserve sendiri dijadwalkan akan mengadakan pertemuan moneter FOMC pada pekan depan dengan tidak diharapkan akan perubahan kebijakan moneter. Investor juga diperkirakan akan mencermati negosiasi di Washington perihal potensi anggaran infrastruktur yang akan berdampak pada laju pemulihan ekonomi di AS dalam beberapa kurun waktu ke depan.

Dolar Menguat Pada Sesi Asia Hari Rabu Meskipun di tengah Minimnya Set Data Ekonomi

Dolar naik tipis terhadap mata uang lainnya pada sesi Asia hari Rabu, tidak jauh dari harga terendah sehari sebelumnya seiring dengan tidak adanya sentimen di pasar.

Investor masih menunggu perisitiwa penting pekan ini yaitu pertemuan hasil moneter Bank Sentral Eropa yang akan mengumumkan hasilnya minggu ini. Dan juga data inflasi CPI AS yang juga akan dirilis besok yang akan menjadi patokan bagi Federal Reserve untuk mengubah kebijakan keuangan selain sektor data tenaga kerja. Fed akan mengadakan pertemuan FOMC pekan depan.

Tidak adanya data ekonomi yang akan dirilis membuat obligasi yield 10 tahun pemerintah AS meningkat hingga level terendah dalam 1 bulan terakhir setelah rilis indeks data Small Business yang menunjukkan penurunan 99.6 meleset dari perkiraan naik ke 101.2 dari periode sebelumnya 99.8.

Tercatat hampir mencapai atau 48% usaha kecil mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja menurut laporan tersebut. Ini merupakan rekor tertinggi selama ini. Sedangkan defisit neraca perdagangan semakin berkurang -68,9Mn dari periode sebelumnya -75,0Mn.

Dengan sejumlah kebijakan perdagangan baru dari program pemerintah Presiden Biden dengan mitra dagang AS diperkirakan neraca perdagangan akan semakin berimbang dengan pihak China yang selama ini menjadi sandungan bagi perdagangan global.

Euro mengalami konsolidasi terhadap dolar seiring dengan sejumlah data fundamental yang beragam. Meski revisi PDB masih meningkat ke -0,3% lebih baik dari perkiraan stabil diangka -0,6%. Namun sentimen sebelumnya cenderung negatif seiring dengan data sentimen ekonomi ZEW yang turun ke 81.3 yang lumayan meleset dari perkiraan naik ke 85.5 dari periode sebelumnya 84.4. Senada dengan sentimen ekonomi di Jerman yang turun ke 79.8 yang meleset dari perkiraan 86.0 dan periode sebelumnya 84.4.

Industrial Production di Jerman juga turun -1,0% lebih jelek dari perkiraan 0,3% dan periode sebelumnya juga direvisi 2,2% dari sebelumnya 2,5%. Hari ini akan dirilis data neraca perdagangan di Jerman.

Dolar Lebih Lemah Pada Hari Senin Pasca Rilis Data Tenaga Kerja AS

Dolar diperdagangkan lebih rendah terhadap mata uang perdagangan lainnya pada hari Senin pasca rilis data sektor tenaga kerja Non-Farm Payroll yang mengecewakan. Diluar ekspektasi angka penambahan lapangan kerja Non-Farm Payroll di AS hanya sejumlah 559K atau dibawah perkiraan yang diharapkan mencapai angka 645K.

Meskipun penambahan ini bisa dikatakan meningkat dari periode sebelumnya 278K oleh optimisme akan pemulihan ekonomi seiring dengan semakin terkendalinya covid-19 dengan program vaksinasi. Namun tidak serta merta membuat penduduk AS untuk segera mencari lapangan kerja sehingga sektor ini tidak terlalu melonjak. Data lainnya berupa upah rata-rata juga mengalami penurunan dari 0.7% menjadi 0.5% yang masih lebih baik dari perkiraan turun tajam 0.2%.

Meskipun tingkat pengangguran berlanjut berkurang dari 6.1% menjadi 5.8% yang sedikit lebih baik dari perkiraan 5.9%. Namun data sektor tenaga kerja ini masih belum cukup meyakinkan bagi Fed untuk melakukan perubahan kebijakan moneter Fed dalam waktu tidak lama seperti yang selama ini menjadi spekulasi pasar.

Federal Reserve dijadwalkan akan mengadakan pertemuan moneter FOMC pada pekan mendatang, sebelumnya para pejabat Fed juga menegaskan 2 faktor yang dapat mengubah kebijakan moneter adalah inflasi dan terserapnya sektor tenaga kerja secara penuh. Inflasi yang tinggi saat ini pun oleh para pejabat senior Fed diperkirakan hanya bersifat transisi sehingga masih diperlukan data lebih banyak lagi dari kedua variabel tersebut untuk betul-betul searah dengan yang diinginkan Fed.

Dolar Bergerak Menguat Menjelang Data Payroll AS Malam Nanti

Dolar AS diperdagangkan lebih kuat terhadap mata uang lainnya menjelang rilis data sektor tenaga kerja Non-Farm Payroll nanti malam.

Sebagai antisipasi data sektor tenaga kerja yang menjadi patokan bagi Fed untuk menentukan perubahan kebijakan moneter selain dari data inflasi. Dengan perkiraan terjadinya peningkatan penambahan lapangan kerja sebanyak lebh dari 2x dari data periode sebelumnya.

Data ADP hampir mencapai angka 1 juta penambahan lapangan kerja atau tepatnya 978K jauh melampaui perkiraan 645K dari periode sebelumnya 654K. Data mingguan berupa klaim pengangguran hanya sedikit menurun 358K dari periode sebelumnya 405K, ini merupakan penurunan dibawah angka 400K yang terjadi sejak pandemik melanda. Persentase PHK dari Challenger juga relatif tetap rendah yaitu -93.8% dari periode sebelumnya -96.6%.

Indeks PMI dari ISM di sektor jasa juga membaik ke 64, lebih baik dari perkiraan 63 dan periode sebelumnya 62.7. Walaupun jika di telisik komponen tenaga kerja dari data PMI tersebut sedikit mengecewakan dengan terjadinya penurunan dari 58.8 menjadi hanya 55.3 hal serupa juga terjadi pada data PMI di sektor manufaktur yang sudah dirilis sebelumnya.

Meskipun demikian angka ISM di sektor jasa diatas merupakan rekor tertinggi yang menandakan peluang tinggi sektor jasa terus meningkat. Sektor jasa ini merupakan penyerap tenaga kerja yang paling banyak sehingga diharapkan sektor tenaga kerja akan terus meningkat.

Dengan hampir separuh negara bagian di AS berencana menghentikan dana bantuan langsung mulai pekan depan, diperkirakan akan kembali meningkatkan minat mencari pekerjaan bagi penerima dana bantuan yang dihentikan tersebut. Sejumlah pejabat Fed juga sudah memberikan tanggapan akan peluang kebijakan moneter dapat berubah lebih cepat dari perkiraan.

Sementara Euro terus melemah terhadap Dolar seiring dengan fundamental ekonomi di kawasan ini yang relatif masih stagnan. Data PMI di sektor jasa di Uni Eropa secara keseluruhan hanya naik sedikit 55.2 sesuai perkiraan dari periode sebelumnya 55.1. PMI di Jerman dan Prancis masih stagnan dan hanya di Italy dan Spanyol terjadi peningkatan yang melampaui perkiraan. Hari ini akan dirilis data Retail Sales dan pidato dari Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) – Christine Lagarde.

Dolar Lebih Kuat Dibantu Penguatan Data Manufaktur AS

Dolar AS sedikit lebih kuat terhadap mata uang lainnya pada Rabu pagi seiring dengan rilis data sektor manufaktur yang solid meskipun belum menyerap banyak tenaga kerja dan keterbatasan ketersediaan bahan baku.

Data indeks PMI dari ISM meningkat 61.2 melampaui perkiraan yang hanya naik sedikit 60.8 dari periode sebelumnya 60.7. Sedangkan data yang sama dari Markit juga menunjukkan hal serupa dengan kenaikan lebih baik 62.1 lebih baik dari perkiraan stabil sama seperti periode sebelumnya 61.5.

Hal ini pula yang diperkirakan membuat sejumlah pejabat Fed tidak terlalu terbur-buru dalam memutuskan perubahan kebijakan moneternya. Gubernur Fed – Lael Brainard kembali mengatakan AS sudah semakin mendekati target inflasi 2% dan sektor tenaga kerja yang terpenuhi maksimum namun masih banyak persoalan yang membutuhkan kebijakan moneter super longgar dari Fed saat ini.

Begitu pula dengan kebijakan program QE yang masih dijalankan akan memberikan dukungan pada fundamental ekonomi yang dibutuhkan saat ini. Sementara itu pemulihan global diluar AS yang pada kwartal pertama tidak sebaik di AS juga mulai berjalan seiring dengan program vaksinasi yang terus berjalan di Uni Eropa dan Inggris memperlihatkan peningkatan aktifitas ekonomi yang positif. Sejumlah bank sentral anggota G10 juga sudah memberikan sinyal akan perubahan kebijakan moneternya dalam waktu yang tidak lama lagi.

Dolar Lebih Rendah Hari Senin Meskipun Data Inflasi AS Sesuai Perkiraan

Dolar lebih rendah terhadap mata uang lainnya pada Senin pagi meskipun data fundamental di AS mengonfirmasi terjadinya lonjakkan inflasi seperti yang sudah diperkirakan, dengan data Core PCE deflator naik 0.7% melampaui perkiraan 0.6% dari periode sebelumnya 0.4%. Dan jika dibandingkan dengan data yang sama periode setahun yang lalu terjadi kenaikan mencapai 3.1% melampaui perkiraan 2.9%.

Ini merupakan kenaikan terbesar sejak tahun 1992 dan jauh diatas target Fed 2%. Meskipun demikian tidak diharapkan terjadi perubahan kebijakan moneter dari Federal Reserve, karena selama ini pejabat Fed yakin bahwa lonjakan tersebut bersifat transisi dan ini hanya 1 bulan data yang masih perlu validasi dengan data-data periode berikutnya. Begitu pula pertemuan moneter FOMC yang dijadwalkan pada 15-16 Juni mendatang juga diperkirakan tidak akan ada rencana perubahan kebijakan moneter tersebut.

Kemungkinan terbesar perubahan kebijakan moneter Fed akan dibahas pada pertemuan Jackson Hole pada akhir bulan Agustus mendatang yang akan diadakan pada pertemuan langsung seluruh ketua Fed dari sejumlah negara bagian. Dan sudah terkumpulnya data-data fundamental ekonomi yang cukup untuk mempertimbangkan pengurangan program QE-nya atau tapering dan kemungkinan perubahan suku bunga menyusul bank sentral lainnya yang sudah mengkonfirmasi langkah tersebut. Data lain yang mungkin akan menjadi pendukung adalah data PMI di negara bagian Chicago yang diluar perkiraan naik 75.2 jauh melampaui perkiraan turun 67.9 dari periode sebelumnya 72.1.

Data consumer spending jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu juga mengalami peningkatan 11.3% menandakan pertumbuhan daya beli yang kuat seiring dengan program vaksinasi di AS yang sangat agresif. Hari ini tidak ada data yang dirilis seiring dengan US Market yang tutup libur Memorial Day.

Dolar Menguat Jelang Rilis Data Makro Ekonomi AS Malam Ini

Dolar diperdagangkan menguat pada hari Kamis, menjelang rilis set data makro ekonomi AS yaitu preliminary GDP dan data inflasi yang dirilis esok hari.

Pasar tetap terus berspekulasi bahwa Fed perlu mengubah kebijakan moneternya lebih cepat dari yang dijadwalkan seperti dengan langkah moneter mengurangi tapering yang akan dilakukan oleh Bank Sentral Kanada dalam waktu tidak lama lagi dan rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Selandia Baru yang diumumkan dalam pertemuan moneter mereka kemarin. Wakil ketua Fed – Richard Clarida dalam wawancara semalam mengatakan saatnya untuk mulai membahas perubahan kebijakan moneter sudah semakin dekat.

Sementara anggota dewan gubernur Fed – Randal Quarles dalam testimoninya di depan parlemen juga mengatakan akan membuka wacana perihal program QE Fed. Terjadinya perubahan sikap dari sejumlah pejabat Fed tentang perlunya perubahan kebijakan moneter membuat spekulasi semakin berkembang, walaupun sebelumnya sejumlah pejabat lainnya masih belum berubah pandangannya perihal lonjakan inflasi yang akan terjadi hanya bersifat transisi.

Sementara Euro tidak banyak bergerak pada perdagangan hari ini, seiring dengan optimisme pemulihan ekonomi di kawasan ini yang masih tinggi. Dengan  tingkat penularan  yang terus menurun dan tingkat vaksinasi yang sudah mencakup hampir mencapai 40% seluruh populasi dewasa di ni Eropa yang mendapatkan setidaknya 1x suntikan vaksin. Sehingga tingkat kepercayaan bisnis darai IFO meningkat 99.2 dari periode sebelumnya 96.6.

Dolar Menguat Pada Selasa Pagi Terbantu Penguatan Data Ekonomi AS

Dolar mengalami koreksi terhadap mata uang lainnya pada Selasa pagi. Seiring dengan kenaikan set data fundamental di AS yang masih lebih baik daripada wilayah lainnya.

Namun, penguatan tersebut tidak bertahan lama seiring dengan investor masih akan memperhatikan data-data ekonomi di AS berikutnya untuk memastikan fundamental AS memenuhi persyaratan bagi Federal Reserve untuk mengakhiri kebijakan moneter yang longgar saat ini.

Pejabat Fed juga terus menegaskan perubahan kebijakan moneter masih perlu pertimbangan yang lebih cermat dan tidak terpaku pada pola biasa sebelum terjadinya pandemik. Ketua Fed cabang Kansas City – Esther George mengatakan perlu dicermatii pendekatan yang kebijakan moneter reguler paska pandemik yang melibatkan dinamika inflasi dan faktor tenaga kerja yang berubah drastis saat ini untuk menjadi kerangka kebijakan moneter Fed.

Hal serupa juga disampaikan oleh pejabat Fed lainnya seperti Dewan Gubernur Fed – Lael Brainard yang melihat tekanan inflasi cenderung akan menghilang seiring dengan terjadinya terurainya keterbatasan persediaan bahan baku yang terjadi karena permintaan yang tinggi usai dilakukannya pembukaan pembatasan.

Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua Fed  St. Louis – James BUllard dan Ketua Fed cabang Atlanta – Raphael Bostic yang menyampaikan ucapan senada dengan komentar dari Ketua Fed – Jerome Powell bahwa tekanan inflasi yang terjadi saat ini sudah diperkirakan dan hanya bersifat transisi.

Sehingga waluapun data-data inflasi yang akan datang melonjak juga tidakl akan merubah pendirian Fed saat ini untuk mempertahankan kebijakan moneter dengan suku bunga rendah saat ini.

Sementara Euro kembali menguat terhadap Dolar masih dengan optimisme akan pemulihan ekonomi di kawasan ini menyusul terus mengejarnya program vaksinasi dengan wilayah di negara maju lainnya. Sejumlah pelonggaran juga sudah dilakukan dengan mengakhiri lockdown yang berkepanjangan selama ini.