Posisi Net Long Dolar Alami Peningkatan Lebih dari Dua Tahun

Posisi net long untuk dolar AS dalam minggu terakhir menguat ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun menurut data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas yang dirilis pada hari Jumat. Posisi dolar AS telah net long selama 12 minggu berturut-turut setelah net short selama 16 bulan. Nilai posisi net long dolar adalah $22,89 miliar pada pekan yang berakhir 5 Oktober, dibandingkan dengan $16,37 miliar pada minggu sebelumnya.

Posisi dolar AS berasal dari kontrak bersih spekulan Pasar Moneter Internasional dalam yen Jepang, euro, pound Inggris dan franc Swiss, serta dolar Kanada dan Australia.

Dolar telah menurun sejak pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve 21-22 September yang menyarankan kemungkinan pengurangan pembelian aset Fed mulai November tahun ini dan berakhir pada Juni 2022. Index meningkat 1% sejak pertemuan tersebut diadakan.

Fed akan membeli lebih sedikit aset utang, yang berarti akan ada lebih sedikit dolar yang beredar, membuat mata uang lebih berharga dan tapering menjadi positif.

Dolar melemah di hari Jumat (08/10) setelah laporan payrolls non pertanian AS yang mengecewakan. Data menunjukkan payrolls non pertaian AS meningkat 194.000 pekerjaan bulan lalu, sedangkan prediksi sebelumnya adalah 500.000 pekerjaan baru. Tetapi data untuk Agustus direvisi untuk menunjukkan 366.000 pekerjaan yang diciptakan, bukannya 235.000 posisi yang dilaporkan sebelumnya.

Sementara itu, GBP/USD masih alami kenaikan tipis dan diperdagangkan di 1,36319. EUR/USD meningkat ke 1,15668. USD/JPY pun meningkat ke harga 112.640. AUD/USD juga alami peningkatan tipis 0.73121.

Dolar Melonjak Hampir ke Level Tertinggi Satu Tahun

Jumat (08/10), dolar safe-haven berada di bawah level tertinggi satu tahun terhadap uang utama di saat adanya peningkatan sentimen risiko.

Hal tersebut mendukung mata uang pro-pertumbuhan. Para trader masih menunggu petunjuk tentang kecepatan normalisasi kebijakan Federal Reserve dari laporan penggajian bulanan yang diawasi ketat.

Indeks Mata Uang AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, sedikit berubah di 94,202 setelah diperdagangkan dalam kisaran yang ketat pada hari Kamis, tetap dalam jangkauan tertinggi minggu lalu di 94,504, rekor level harga baru sejak September 2020.

Mata uang Australia yang sensitif terhadap risiko melonjak 0,55% terhadap greenback bertahan di dekat level tertinggi tiga minggu. AUD/USD hampir mendatar di $0,73106 dari Kamis, saat menguat setinggi $0,7323 untuk pertama kalinya sejak 16 September.

Ekuitas global menguat dan imbal hasil obligasi naik setelah para pemimpin Senat AS bergerak untuk mencegah default utang AS, sementara pelonggaran global dalam harga energi meredam kekhawatiran stagflasi yang membara.

USD/JPY naik tipis 0,06% menjadi 111,69 melonjak menuju yang teratas kisaran perdagangan satu setengah minggu terakhir. EUR/USD ada di sekitar $ 1,1556, setelah melemah pada hari Rabu ke level terendah 14-bulan di $ 1,1529.

Federal Reserve mengatakan kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasi bulanannya segera setelah November dan menindaklanjuti dengan potensi kenaikan suku bunga tahun depan, karena pergantian bank sentral AS dari kebijakan krisis pandemi mendapatkan momentum. Data non-farm payrolls hari ini diperkirakan menunjukkan peningkatan berkelanjutan di pasar tenaga kerja, dengan perkiraan 500.000 pekerjaan ditambahkan pada bulan September.

Sementara itu, GBP/USD masih alami kenaikan 0,26% dari semalam diperdagangkan di 1,3617.

Komentar dari Kepala Ekonom baru Bank of England Huw Pill bahwa tekanan inflasi terbukti lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya memperkuat ekspektasi untuk kenaikan suku bunga pada Februari, dan bahkan mungkin tahun ini.

Investor Khawatir Akan Inflasi, Dolar AS Alami Kenaikan

Kamis (07/10) pagi WIB, dolar AS mengalami kenaikan terhadap enam mata uang utama lainnya. Hal ini terjadi karena melonjaknya harga-harga energi memicu kekhawatiran tentang inflasi dan kenaikan suku bunga. Investor mendorong arus modal terhadap aset-aset berisiko ke tempat yang aman.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya menguat 0,3 persen ke harga 94,227. Indeks mencapai level tertinggi 1 tahun di 94,504 minggu lalu.

Sebelum membalikkan beberapa pergerakan di sesi berikutnya, Rabu (06/10) pagi, dengan harga minyak mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun, saham-saham jatuh dan imbal hasil obligasi pemerintah naik di seluruh dunia.

Hambatan bagi pertumbuhan kapan Federal Reserve yang dapat menaikkan suku bunga berpotensi dipengaruhi oleh meningkatnya tekanan inflasi. Federal Reserve berkata bahwa kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasi bulanannya segera setelah November dan kemudian menindaklanjutinya dengan kenaikan suku bunga, ketika peralihan bank sentral AS dari kebijakan krisis pandemi mendapatkan momentum.

Investor tetap gelisah mengenai negosiasi plafon utang AS, bahkan ketika Senat AS dari Partai Republik Mitch McConnell mengatakan partainya akan mengizinkan perpanjangan plafon utang federal hingga Desember, sebuah langkah yang akan mencegah gagal bayar bersejarah dengan korban ekonomi yang besar.

Investor tetap terfokus pada laporan penggajian AS pada akhir pekan yang dapat memberikan petunjuk tentang langkah Federal Reserve AS selanjutnya. Data penggajian non pertanian (NFP/non-farm payrolls) pada akhir pekan ini diprediksi menunjukkan perbaikan berkelanjutan di pasar tenaga kerja, dengan perkiraan 473.000 pekerjaan telah ditambahkan pada September.

Dolar Selandia Baru menurun 0,7 persen oleh penguatan greenback, dikombinasikan dengan keengganan terhadap mata uang berisiko meskipun bank sentral Selandia Baru menaikkan suku bunga pada Rabu untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun dan mengisyaratkan pengetatan lebih lanjut.

Sementara itu, pasangan GBP/USD melemah hingga 1,35783. USD/JPY juga menurun ke 111,442 dan AUD/USD turun sampai 0,72796. Begitu pula EUR/USD melemah ke 1,15506.

Emas Turun, Daya Tarik Logam Safe-Haven Rusak oleh Kenaikan Imbal Hasil Obligasi

Rabu (06/10) pagi di waktu Asia, harga emas terjatuh. Hal ini terjadi karena daya tarik logam safe-haven rusak oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Investor masih menantikan data penggajian non pertannian AS yang akan dirilis pada Jumat (08/10) mendatang. Ini diprediksi akan menunjukkan peningkatan berkelanjutan di pasar tenaga kerja yang bisa memicu The Fed untuk mulai mengurangi stimulus moneter sebelum akhir tahun. Pengurangan stimulus dan suku bunga yang lebih tinggi mengangkat imbal hasil obligasi dan membebani emas karena peluang kerugian emas tanpa bunga meningkat.

Dolar AS naik ke daerah tertinggi satu tahun pada minggu lalu terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Ini menyebabkan harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Imbal hasil obligasi AS 10 tahun dijadikan titik acuan, terakhir mengalami kenaikan 1,5223 persen. Indeks utama Wall Street rebound karena saham-saham pertumbuha bangkit dari aksi jual tajam.

Harga logam mulia lainnya, platinum untuk pengiriman Januari melemah 0,19 persen atau setara 1,8 dolar menjadi 959,8 dolar per ounce. Penurunan harga terjadi pula pada perak untuk pengiriman Desember sebanyak 0,16 persen atau 3,6 sen menjadi 22,608 dolar per ounce.

Di sisi lain, EUR/USD melemah ke 1,15911. Namun, pasangan GBP/USD naik hingga 1,36233. USD/JPY juga menguat ke 111,590. AUD/USD naik tipis sampai 0,72819.

Dolar Jatuh, Investor Masih Tunggu Data Pekerjaan AS

Selasa (05/10) pagi, dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya. Dolar AS jatuh dari level tertinggi karena para investor menunggu data pekerjaan AS yang akan menjadi instruksi kebijakan Federal Reserve berikutnya.

Indeks Dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang saingan, turun 0,2% menjadi 93,802. Indeks menguat 0,8% minggu lalu ke level tertinggi sejak akhir September 2020.

Market China Daratan ditutup sampai Kamis (7/10) untuk liburan Hari Nasional dan market Korea Selatan juga tutup pada Senin (4/10), perhatian investor adalah pada data AS yang akan datang.

Data Jumat (8/10/2021) diperkirakan akan menunjukkan peningkatan berkelanjutan di pasar kerja, dengan perkiraan 488.000 pekerjaan telah ditambahkan pada bulan September.

The Fed telah mengisyaratkan kemungkinan mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan segera setelah November, namun terhambat dalam data tenaga kerja yang besar yang dapat menunda rencananya, trader khawatir.

Dolar mendapat sedikit dukungan dari data pada hari Senin (04/10) yang menunjukkan pesanan baru untuk barang-barang buatan AS mengalami akselerasi pada bulan Agustus, bahkan ketika pertumbuhan ekonomi tampaknya telah melambat pada kuartal ketiga karena kurangnya bahan dan tenaga kerja.

Akan tetapi, data Jumat (01/10) menunjukkan bahwa spekulan di pasar valuta asing telah tumbuh semakin bullish dalam mata uang AS dalam beberapa pekan terakhir, dengan taruhan bersih panjang pada dolar AS hingga level tertinggi sejak Maret 2020.

Dengan harga minyak naik ke level tertinggi hampir 7 tahun, greenback sangat lemah terhadap Krona Norwegia yang sensitif terhadap energi dan dolar Kanada. AUD/USD melemah 0,8% sampai 0,72639.

Sementara itu, EUR/USD menguat ke 1,16016. Pasangan GBP/USD pun naik hingga 1,35958. Namun, USD/JPY turun ke 111,070.

Dolar Turun Terpengaruh Hasil Uji Coba Pil COVID-19

Senin (04/10) pagi di waktu Asia, dolar melemah. Hal ini dipicu oleh hasil menggembirakan terhadap uji coba untuk pil COVID-19 yang mendukung selera risiko. Tetapi investor tetap berhati-hati menjelang pertemuan bank sentral di Australia dan Selandia Baru serta data tenaga kerja AS minggu ini.

Euro terbang kembali ke daerah yang lebih tinggi sedikit dari 1,16 dolar, yaitu menguat 0,1 persen pada 1,1605 dolar, membaik dari level terendah 14-bulan minggu lalu di 1,1563 dolar. Yen pun naik dari level terendah 19-bulan sebesar 0,1 persen di perdagangan Asia pada 110,92 per dolar. GBP/USD melemah ke 1.35331.

AUD/USD berada di titik yang lebih tinggi dari akhir pekan lalu, yaitu 0,72537. Selasa (05/10), Reserve Bank of Australia bertemu dan diperkirakan akan mempertahankan kebijakannya tetap stabil. Di seberang Tasman, kenaikan 25 basis poin dari bank sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand, pada Rabu (06/10) juga telah diperhitungkan.

Jumat (08/10), data tenaga kerja AS diprediksi akan menunjukkan peningkatan yang berlanjut di pasar kerja, dengan perkiraan 460.000 pekerjaan telah ditambahkan pada September. Ini cukup untuk mendukung kemungkinan Federal Reserve untuk mulai melakukan tapering sebelum akhir tahun.

Ekonom yang disurvei memprediksi bahwa suku bunga akan bertahan di Australia hingga setidaknya 2024, karena RBA bersikeras akan demikian.

Para investor juga berpikir bahwa akan dibutuhkan banyak hal untuk menggagalkan Fed dari jalur tapering-nya, tetapi stabilnya imbal hasil obligasi pemerintah di sepanjang kurva menunjukkan beberapa ada risiko pada waktunya.

Dolar AS Anjlok Tertekan Klaim Pengangguran Mingguan

Jumat (01/10) pagi WIB, dolar anjlok akibat tekanan kenaikan klaim pengangguran mingguan AS. Investor pun memperkuat keuntungan mereka setelah kenaikan tajam dalam sebelumnya.

Data menunjukkan bahwa klaim pengangguran awal AS naik untuk minggu ketiga berturut-turut menjadi 362.000 untuk periode yang berakhir 25 September.

Pertumbuhan ekonomi AS juga mengalami percepatan di kuartal kedua sebesar 6,7%, berkat uang bantuan pandemi dari pemerintah yang mendorong pembelanjaan konsumen.

Pada bulan September, dolar berakhir naik 1,7%, kenaikan bulanan kedua berturut-turut. Untuk kuartal ketiga, dolar naik 2,0%. Indeks dolar yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya mencapai 94,504, tertinggi sejak 28 September tahun lalu.

Penguatan dolar baru-baru ini terjadi walaupun ada plafon utang AS di Washington yang mengancam akan menutup sebagian besar pemerintahan.

AUD menguat 0,8% sampai 0,72321 dolar AS, setelah anjlok 0,9% semalam, karena harga bijih besi reli menjelang liburan Golden Week di tujuan perdagangan utama Australia, China.

Sementara itu, USD/JPY turun ke 111,267. EUR/USD pun melemah tipis ke 1,15723, sedangkan pasangan GBP/USD naikk hingga 1,34534.

Ekspetasi Tapering Fed Buat Dolar Sentuh Level Tertinggi Satu Tahun

Kamis (30/09) pagi, dolar AS menguat ke level tertinggi satu tahun. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi pengurangan pembelian aset atau tapering Fed akan dimulai November dan kenaikan suku bunga mungkin pada akhir 2022.

Investor terfokus pada kekhawatiran perlambatan global, kenaikan harga energi dan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi.

Greenback juga meningkat walaupun ada plafon utang AS yang mengancam akan menjerumuskan pemerintah Washington ke dalam penutupan.

Indeks dolar yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya menguat lagi sampai ke 94,435. Ini merupakan hari ke empat dari kenaikan berturut-turut, juga merupakan yang tertinggi sejak akhir September tahun lalu. Indeks terakhir naik 0,7% pada 94,403.

Ketua Fed Jerome Powell, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde dan Gubernur Bank Sentral Inggris Andrew Bailey mengatakan mereka mengawasi inflasi di tengah lonjakan harga energi dan berlanjutnya hambatan produksi.

Sementara itu, USD/JPY naik ke 111,780, sedangkan pasangan GBP/USD melemah hingga 1,34474. EUR/USD pun melemah tipis ke 1,16042. AUD/USD juga anjlok sampai ke harga 0.72001

Terpengaruh Imbal Hasil Obligasi, Harga Emas Cenderung Stabil

Selasa (28/09), harga emas cenderung stabil. Kenaikan terbatas oleh menguatnya dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS. sementara investor menunggu Federal Reserve untuk petunjuk lebih lanjut tentang strategi tapering.

Kontrak emas teraktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange naik tipis 0,3 dolar atau setara 0,02 persen, menjadi USD1.752 per ons.

Indeks dolar naik 0,1 persen terhadap enam mata uang lainnya. Hal ini membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun dijadikan acuan naik ke level tertinggi dalam tiga bulan.

Pidato pejabat The Fed minggu ini termasuk Ketua Jerome Powell di depan Kongres tentang respons kebijakan bank sentral terhadap pandemi COVID-19 akan menjadi fokus utama para investor sekarang.

Di sisi lain, platinum untuk pengiriman Oktober naik 1,60 dolar atau 0,16 persen, menjadi 981,5 dolar per ons. Perak untuk pengiriman Desember naik 26,9 sen atau 1,2 persen, menjadi 22,693 dolar per ons.

Sementara itu, USD/JPY naik ke harga 111,175, AUD/USD pun naik sampai 0.72970. Pasangan GBP/USD juga menguat hingga 1,37015. Penurunan harga terjadi pada EUR/USD sampai ke 1,16894.

Emas Naik oleh Pelemahan Imbal Hasil Treasury AS

Senin (27/09) emas memperpanjang rebound Jumat sambil menaikkan tawaran beli ke $1.760, naik 0,50%. Dengan demikian, logam mulia mendapat manfaat dari sentimen pasar yang optimis, yang pada gilirannya memicu mundurnya imbal hasil Treasury AS.

Penurunan imbal hasil obligasi acuan membebani Indeks Dolar AS. Terjadi penurunan 0,05% di dekat 93,24.

Optimisme terhadap stimulus AS dan berita utama tentang covid dan hubungan AS-China, terutama karena pertukaran tahanan Kanada-China juga mempengaruhi hal ini. Tidak adanya berita Evergrande dan sedikit keheningan atas kekhawatiran pengurangan Fed menambah selera risiko yang lebih cerah.

Pekan lalu, Evergrande Group yang berutang $305 miliar dan kekurangan uang tunai, mengumumkan akan melakukan pembayaran bunga obligasi dalam negeri, meningkatkan sentimen risiko. Pasar kemungkinan akan tetap gelisah dan rentan terhadap berita utama seputar bencana tersebut. Di saat yang sama, safe-haven dolar AS pulih dari penurunan persentase satu hari terbesar dalam sekitar satu bulan pada hari Kamis setelah Beijing menyuntikkan uang tunai baru ke dalam sistem keuangan.

Selain itu, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengungkap sentimen untuk pengurangan tahun ini, dan mengatakan bank sentral dapat mulai menaikkan suku pada akhir tahun depan jika pasar kerja terus membaik seperti yang diharapkan.

Di sisi lain, penurunan harga terjadi pada EUR/USD sampai ke harga 1,17201, begitu pula AUD/USD turun sampai 0.72802. Pasangan GBP/USD pun turun hingga 1,36717, sedangkan USD/JPY naik ke harga 110,508.