Emas Anjlok oleh Kenaikan Imbal Hasil Obligasi

Jumat (24/09) pagi WIB, emas anjlok. Penurunan harga emas dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan selera terhadap aset-aset berisiko, ketika para investor terus memposisikan diri untuk kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan oleh Federal Reserve.

Kontrak emas teraktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, anjlok 29 dolar AS atau 1,62% menjadi ditutup pada 1.749,85 dolar AS per ons. Ini adalah yang terendah dalam lebih dari enam minggu.

The Fed mengungkap pada Rabu (22/09) bahwa akan mengurangi pembelian obligasi bulanannya dan mengisyaratkan kenaikan suku bunga mungkin mengikuti lebih cepat dari yang diperkirakan, pada 2022. Kenaikan suku bunga Fed akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas, yang tidak membayar suku bunga.

Perkataan The Fed melebihi kemungkinan dukungan dari kenaikan tak terduga dalam klaim pengangguran mingguan AS. Ini juga menekan aset-aset safe-haven, ekuitas global menguat, dibantu oleh memudarnya kekhawatiran gagal bayar Evergrande.

Emas mendapat sedikit pengaruh dari penurunan dolar, yang biasanya mendorong permintaan emas karena membuat logam lebih murah bagi mereka yang memegang mata uang lain dan karena bersaing dengan logam mulia sebagai aset safe-haven.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 22,7 sen menjadi ditutup pada 22,680 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman Oktober turun tipis 4,0 dolar AS atau setara 0,4%, dan ditutup pada 998 dolar AS per ons.

Sementara itu, kenaikan teradi pada USD/JPY ke harga 110,395, begitu pula AUD/USD naik tipis sampai 0.72962. Pasangan GBP/USD pun naik hingga 1,37229. EUR/USD juga menguat sampai ke harga 1,17387.

Dolar Dibawa Naik oleh Pernyataan Federal Reserve

Kamis (23/09) pagi waktu Asia, dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya setelah pengumuman kebijakan terbaru oleh Federal Reserve, dolar Australia dan yuan China juga menguat sementara Evergrande China mengungkapkan bahwa mereka akan membayar kupon obligasinya.

The Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan dan pelonggaran pembelian obligasi pada pertengahan tahun depan.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya menguat 0,093 persen, bergantian antara kenaikan dan penurunan setelah pengumuman.

Evergrande mengatakan bahwa mereka telah menuntaskan satu pembayaran kupon yang jatuh tempo pada Kamis melalui negosiasi pribadi. Hal ini mengurangi kekhawatiran gagal bayar dan kemungkinan risiko penularan. Bank sentral China pun menyuntikkan 90 miliar yuan ke dalam sistem perbankan untuk mendukung pasar. Namun, hal terkait pengembang akan mampu membayar kupon obligasi dolar luar negeri yang jatuh tempo pada Kamis belum pasti.

AUD/USD naik 0,33 persen menjadi 0,725 dolar, Yuan China di perdagangan luar negeri juga menguat terhadap greenback menjadi 6,4627.

Mata uang safe-haven yen Jepang melemah 0,50 persen terhadap greenback menjadi 109,78 per dolar setelah keputusan bank sentral Jepang (Bank of Japan) untuk mempertahankan kebijakan moneternya.

Sementara itu, USD/JPY naik hingga ke harga 109,864, sedangkan EUR/USD melemah sampai ke harga 1,16865. GBP/USD juga mengalami penurunan hingga 1,36165.

Emas Kembali Naik, Lagi-lagi Terpengaruh Sentimen Evergrande

Rabu (22/09) harga emas kembali naik. Penyebab kenaikan ini masih sama seperti kemarin, yaitu kekhawatiran atas kebangkrutan perusahaan properti China Evergrande yang terus mendorong pembelian aset aman safe-haven.

Kenaikan harga juga terjadi menjelang pertemuan Federal Reserve. Ini bisa memberi petunjuk mengenai jadwal bank sentral memotong stimulusnya terhadap ekonomi AS.

Kontrak emas teraktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, naik lagi 14,3 dolar AS atau setara dengan 0,80 persen menjadi ditutup pada 1.778,10 dolar AS per ons.

Safe-haven emas sudah naik di tengah kekhawatiran baru-baru ini tentang pertumbuhan ekonomi global, khususnya perlambatan ekonomi China. Pengaruh positif dari tergelincirnya dolar AS dan kenaikan harga minyak mentah juga mempengaruhi kenaikan harga pada emas.

Federal Open Market Committee (FOMC) akan merilis pernyataan kebijakan dan proyeksi ekonomi baru pada akhir pertemuannya di hari ini. Maka, timbul kepercayaan bahwa bank sentral berpotensi mengumumkan dimulainya pengurangan pembelian aset pada kuartal keempat yang bisa membawa emas ke titik yang lebih rendah.

Pengurangan stimulus bank sentral dan kenaikan suku bunga lebih mengangkat imbal hasil obligasi dan meningkatkan potensi para pemegang emas tanpa bunga untuk mengalami kerugian.

Logam mulia lain, perak untuk pengiriman Desember menguat 1,82 persen dan ditutup pada 22,609 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman naik 51,6 dolar AS atau setara 5,74 persen menjadi ditutup pada 949,9 dolar AS per ons.

Di sisi lain, USD/JPY turun hingga ke harga 109,353, GBP/USD pun megalami penurunan hingga 1,36580. EUR/USD pun melemah sampai ke harga 1,17234. Begitu pula AUD/USD menurun hingga 0,72436.

Emas Kembali Menguat di Senin Pagi

Emas menguat setelah sempat turun sebesar 3 persen, namun terbatas dolar AS yang menguat signifikan.

Senin (20/09) harga emas di pasar berjangka AS naik 0,6 persen menjadi 1.766,10 dolar AS dan di pasar spot naik 0,7 persen menjadi 1.765,63 dolar AS per ons.

Dolar bertahan di daerah teratas hampir tiga minggu pada akhir pekan lalu, meningkatkan biaya emas untuk pembeli yang memegang mata uang lain, dan menempatkan emas di jalur penurunan 1,2 persen minggu ini.

Sementara itu, perak naik 0,7 persen menjadi 23,03 dolar AS per ons, setelah sempat menyentuh level terendah dalam lebih dari sebulan. paladium naik 0,5 persen menjadi 2.043,29 dolar AS. Platinum pun naik 1,7 persen menjadi 948,63 dolar AS.

Di sisi lain, pasangan GBP/USD mengalami penurunan hingga 1,36993 dan EUR/USD juga menurun sampai ke harga 1,17065. Begitu pula AUD/USD melemah hingga 0,72230. Namun, USD/JPY mengalami kenaikan ke 109,892.

Emas Merosot oleh Kuatnya Data Penjualan Ritel AS

Emas merosot di akhir perdagangan pada Jumat (17/09) pagi di waktu Asia. Hal ini disebabkan oleh data penjualan ritel Amerika Serikat yang kuat memicu dolar AS lebih tinggi dan meningkatkan ekspetasi terhadap percepatan pengurangan aset oleh Federal Reserve.

Kontrak emas teraktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange turun sebesar 38,1 dolar US atau setara 2,11 persen menjadi berada di harga 1.756,70 per ons.

Departemen Perdagangan AS melaporkan hari ini bahwa penjualan ritel AS naik 0,7 persen yang disesuaikan secara musiman pada Agustus, menutup sebagian penurunan, yaitu sebesar 1,8 persen pada Juli. Data tersebut memicu kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi AS menjadi lebih tinggi lalu mengurangi minat terhadap emas.

Ahli strategi pasar senior di RJO Futures Bob Haberkorn mengatakan bahwa emas telah mendapat pukulan yang cukup besar dengan kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah dan data yang lebih kuat.

Kecuali ada beberapa peristiwa geopolitik atau kejutan dari Fed, menurut Haberkorn, lintasan emas tidak mungkin berubah menjelang pertemuan FOMC.

Melemahnya pasar tenaga kerja, dengan klaim pengangguran awal datang sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan minggu lalu juga penjadi salah satu faktor pemicu turunnya harga emas. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim tunjangan pengangguran awal menguat menjadi 332 ribu pada 11 September.

Investor sekarang berfokus pada beralih ke pertemuan Fed pada 21-22 September mendatang.

Kenaikan suku bunga berikutnya berpotensi meningkatkan peluang kerugian untuk pemegang emas akibat penghentian langkah-langkah ekonomi.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember juga merosot sebesar 4,22 persen menjadi 22,794 dolar per ons. Platinum untuk pengiriman Oktober juga turun 7,1 atau setara 0,77 persen menjadi 923,5 dolar per ons.

Sementara itu, pasangan GBP/USD mengalami penurunan hingga 1,37864 dan EUR/USD pun turun hingga ke 1,17628 dolar. Akan tetapi, USD/JPY juga menguat ke 109,816. Begitu pula AUD/USD mengalami kenaikan hingga 0,72875 dolar AS,

Dolar Tergelincir di Kamis Pagi

Kamis (16/09) pagi di waktu Asia, dolar tergelincir. Data inflasi AS yang lebih rendah dari prediksi sebelumnya masih menghancurkan ekspektasi jadwal pengurangan pembelian aset dari Federal Reserve yang lebih cepat.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya ada di level 92,519, turun sekitar 0,2 persen dari kemarin.

Namun, dolar memangkas kerugian setelah angka lebih tinggi dari perkiraan untuk survei bisnis Fed New York dan harga impor turun tak terduga pada Agustus. Laporan ini mengimbangi angka yang menunjukkan hasil manufaktur AS yang melambat pada Agustus, naik 0,2 persen dari kenaikan 1,6 persen bulan sebelumnya.

Tingkat inflasi Inggris mencapai tiitk tertinggi dalam hampir 10 tahun pada bulan lalu. Inflasi yang tinggi terus menekan pembuat kebijakan.

Data semalam menunjukkan indeks harga konsumen AS, tidak termasuk komponen makanan dan energi yang mudah berubah, naik tipis 0,1 persen bulan lalu.

Prospek tapering dan suku bunga akan menjadi jelas pada pertemuan kebijakan dua hari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) minggu depan.

Tapering pada umumnya akan menyebabkan kenaikan harga pada dolar karena menunjukkan The Fed selangkah lebih dekat ke kebijakan moneter yang lebih ketat. Ini juga berarti bank sentral akan mengurangi jumlah dolar yang beredar dan meningkatkan nilai mata uang.

Adapun EUR/USD naik 0,1 persen hingga ke 1,1810 dolar, pasangan GBP/USD pun mengalami kenaikan hingga 1,38374. Sedangkan AUD/USD jatuh ke harga 0,7301 dolar AS, terendah dalam lebih dari dua minggu setelah rilis data Tiongkok. USD/JPY juga jatuh ke 109,15, terendah empat minggu.

Tak Sesuai Ekspetasi, Data Inflasi AS Sebabkan Dolar Melemah

Dolar melemah, sedangkan emas naik hingga menembus level psikologis 1.800 dolar AS pada Rabu (14/9) pagi di waktu Asia. Kenaikan inflasi AS yang lebih lambat dari perkiraan menyebabkan ketidakpastian atas jadwal tapering Federal Reserve AS. Hal ini pun menyebabkan adanya penurunan harga pada dolar dan memicu kenaikan harga emas.

Kontrak emas teraktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, melonjak 12,6 dolar AS atau setara dengan 0,68 persen dan menjadi ditutup pada 1,807,10 dolar AS per ons.

Indeks Harga Konsumen inti AS menguat tipis, 0,1 persen pada Agustus. Kenaikan ini tidak sesuai dengan dari ekspektasi sebelumnya, yaitu 0,3 persen. Kemudian, kenaikan IHK ini mmebuat dolar AS melemah. Itu adalah kenaikan terkecil sejak Februari.

The Fed kemungkinan akan memperlambat langkah-langkah dukungan ekonomi dan mempertahankan suku bunga rendah setelah melihat data ini. Suku bunga yang lebih rendah menurunkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Logam mulia lain, perak untuk pengiriman Desember naik 8,8 sen, menjadi ditutup pada 23,884 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 18,8 dolar AS atau 1,95 persen menjadi ditutup pada 938,3 dolar AS per ons.

Di sisi lain, EUR/USD naik tipis hingga ke harga 1,18034. Pasangan GBP/USD pun menguat tipis sampai 1,3762, sedangkan pasangan USD/JPY mengalami penurunan hingga ke 109,584. Begitu pula terjadi penurunan pada AUD/USD dan menjadi ditutup pada 0,73157.

Dolar Melemah, Investor Masih Tunggu Data Inflasi AS

Selasa (14/09) pagi di Asia, dolar AS turun tipis. Para investor masih menunggu diluncurkannya data inflasi AS yang dapat memberikan petunjuk mengenai jadwal Federal Reserve untuk melakukan pengurangan aset.

Indeks Dolar AS turun 0,08% di 92,581 pukul 09.40 WIB.

Harga USD/JPY mengalami kenaikan tipis 0,08% ke 110,03. GBP/USD pun naik tipis 0,08% ke 1,3847 pukul 09.40 WIB. Pasangan AUD/USD menguat 0,05% di 0,7369, sedangkan NZD/USD turun tipis 0,07% hingga 0,7127.

Di Indonesia, rupiah naik sedikit 0,05% ke 14.243,5 per dolar AS hingga pukul 09.51 WIB. EUR/USD naik tipis hingga ke 1.18103.

Hari ini, Amerika Serikat akan merilis data indeks harga konsumen yang akan diawasi ketat oleh investor.

Investor pun masih menunggu keputusan kebijakan Fed yang akan diumumkan minggu depan. Menurut prediksi, bank sentral akan setuju untuk memulai pengurangan aset di bulan November.

Meskipun saham global tetap mendekati rekor tertinggi, meningkatkan selera risiko investor, beberapa investor memperingatkan adanya risiko di depan.

Emas Melemah Akibat Ketidakpastian Jadwal Tapering The Fed

Pada akhir pekan lalu, harga emas melemah tipis. Pelemahan ini terjadi karena adanya ketidakpastian mengenai jadwal tapering the Fed yang membuat para investor menahan diri.

Senin (13/09) pagi, harga emas di spot melemah 0,2 persen ke harga 1.791,21 dolar AS per ons, sedangkan emas di pasar berjangka AS stabil di 0,4 persen lebih rendah ke level 1.793, 2 dolar AS per ons.

Kenaikan imbal hasil AS menghambat dana spekulatif bergerak secara meyakinkan ke emas menurut Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities. Patokan imbal hasil obligasi AS 10-tahun meningkat setelah data ekonomi menunjukkan inflasi tinggi dapat bertahan untuk beberapa waktu. Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Yield lebih tinggi diasumsikan sebagai biaya peluang yang lebih tinggi dengan tujuan memegang emas batangan tanpa bunga.

Emas batangan tidak memberikan imbal hasil cenderung naik ketika suku bunga rendah. Investor emas pun memperhatikan keputusan Fed dengan cermat. Banyak investor yang masih menanti jadwal tapering the Fed yang tidak pasti.

Pada logam lainnya, perak dan platinum mengalami kerugian mingguan. Terjadi penurunan 0,8 persen pada perak hingga ke 24,71 dolar AS per ons. Platinum juga melemah 1,9 persen ke 959,32 dolar AS per ons. Palladium turun 1,65 persen menjadi 2.198,12 dolar AS per ons.

Di sisi lain, USD/JPY mengalami kenaikan tipis hingga ke 109.878, sedangkan GBP/EUR turun hingga 1.38283. EUR/USD pun turun ke harga 1.17991. Begitu pula AUD/USD turun sampai ke harga 0.73532.

Emas Kembali Menguat, Namun Terbatas oleh Tapering Fed

Jumat (09/09) pagi di waktu Asia, harga emas menguat terkena efek dolar AS yang melemah.

Akan tetapi, spekulasi bahwa Federal Reserve akan memulai tapering selama pandemi membatasi penguatan harga emas, serta Bank Sentral Eropa (ECB) pun memperlambat pembelian obligasinya.

Kontrak emas teraktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange naik 6,5 dolar AS atau setara dengan 0,36 persen, kemudian menjadi ditutup pada 1.800 dolar AS per ons, setelah sempat melemah selama 2 hari lalu.

Emas cenderung naik ketika suku bunga rendah. Sebagian investor melihat emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi yang dapat mengikuti langkah-langkah stimulus.

Dolar melemah tipis, sementara euro memperpanjang kenaikan moderat setelah ECB mengatakan akan memperlambat laju pembelian obligasi di bawah skema daruratnya menyebabkan harga emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya,

Data klaim pengangguran mingguan AS mendekati posisi terendah 18-bulan yang memperkuat keyakinan bahwa pengumuman tapering (Fed) akan segera dilaksanakan pada bulan Desember.

Pergerakan awal emas kembali ke bawah 1.800 dolar AS per ons bisa terjadi karena adanya peningkatan kemungkinan bahwa ECB dapat mulai mengurangi stimulus di beberapa titik tahun depan dapat mendorong

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan kemarin bahwa klaim awal pengangguran AS turun 35.000 menjadi 310.000 dalam pekan yang berakhir 4 September, level terendah sejak pertengahan Maret 2020 ketika pandemi dimulai.

Pada harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 12 sen atau setara 0,5 persen dan ditutup pada 24,177 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman Oktober melemah 1,5 dolar AS atau 0,15 persen, kemudian menjadi ditutup pada 974,5 dolar AS per ons.

Sementara itu di sisi lain, harga EUR/USD naik tipis ke 1.18181, sedangkan USD/JPY melemah ke 109.715. AUD/USD juga mengalami penurunan tipis ke 0.73612. Namun, pasangan GBP/USD naik sampai ke 1.38341.