Omicron Nampaknya Tak Bawa Dampak Besar Bagi Emas

Biasanya, ketika jumlah infeksi virus corona meningkat, seperti halnya yang terjadi saat ini dimana negara-negara Eropa dan Amerika Serikat mengalami lonjakan kasus virus corona varian Omicron, emas naik. Akan tetapi, emas justru melemah.

Selasa (21/12), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi 1.793,34 USD per ounce, sementara emas berjangka AS turun 0,6 persen menjadi 1.794,61 USD per ounce.

Emas menemukan sedikit dukungan dari dolar yang lebih rendah. Ekuitas global mundur di tengah kekhawatiran atas dampak pembatasan Covid-19 yang lebih ketat, tetapi arus masuk  safe-haven  ke emas tampaknya terhenti.

Ini berbeda dengan sesi Jumat, ketika kekhawatiran yang dipimpin Omicron mendorong harga emas ke level tertinggi sejak 26 November.

Emas mencatat sedikit reli yang bagus dan sekarang kita memasuki periode liburan di mana tidak ada lagi partisipasi penuh dari investor.

Ketegangan tersebut kemungkinan akan bertahan hingga akhir tahun sebelum akhirnya konsolidasi di atas 1.800 pada Januari atau lebih di tengah berita Omicron.

Kenaikan suku bunga akan meningkatkan  opportunity cost  memegang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil walaupun emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian yang lebih tinggi.

Namun, ketidakpastian akibat Omicron dapat menyebabkan narasi bank sentral yang lebih dovish pada 2022, membantu emas.

Kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari pembatasan Covid-19 tampaknya telah merembet ke logam lain, yang cenderung mengikuti pemulihan pasar yang lebih luas.

Sementara itu, paladium melemah 2 persen menjadi 1.746,86 USD per ounce, namun platinum naik ke 930,50 USD per ounce. Perak turun 0,3 persen menjadi 22,28 USD per ounce.

Pasangan USD/JPY mengalami kenaikan hingga ke 113,637. AUD/USD juga menguat ke 0,71092. GBP/USD, pun naik tipis ke 1,32093 dan EUR/USD menanjak ke 1.12771.

Tanda Kenaikan Suku Bunga Bank Sentral AS Diprediksi Tak Menghambat Kenaikan Emas Pekan Ini

Emas telah diprediksi masih akan melanjutkan penguatan pada pekan ini. Emas masih akan di atas level psikologis USD 1.800 per ounce.

Dolar AS yang lebih lemah dan imbal hasil obligasi riil yang sedikit lebih rendah membantu mendorong harga emas lebih tinggi.

Harga emas masih akan menanjak walaupun Bank Sentral AS mengisyaratkan untuk menaikkan suku bunga di tahun 2022. Bahkan isyarat yang diberikan kenaikan bunga akan dilakukan tiga kali.

Namun memang, beberapa analis melihat bahwa kenaikan harga emas akan sedikit terganjal. Hal ini karena beberapa pelaku pasar akan melakukan aksi ambil untung sebelum menghadapi tantangan kenaikan suku bunga riil di tahun depan.

Saat ini, karena The Fed bertindak untuk menekan inflasi. Itu berarti imbal hasil riil mungkin telah mencapai titik terendah dalam waktu dekat. Dolar kemungkinan tidak naik lebih tinggi.

Harga kemungkinan akan naik, tetapi secara bertahap. Dolar AS telah mencapai puncaknya untuk saat ini dan akan memberi emas kesempatan untuk bergerak lebih tinggi.

Di sisi lain, pasangan USD/JPY mengalami penurunan tipis ke 113,509. AUD/USD juga turun tipis ke 0,70943. GBP/USD, pun melemah ke 1,32072 dan EUR/USD turun ke 1.12524.

Emas Naik di Akhir Pekan

Harga emas kembali naik pada perdagangan Jumat (17/12) pagi di waktu Asia di 1.798,20 dolar AS per ons troi. Emas untuk pengiriman Februari 2022 di Commodity Exchange ada di 1.800,10 dolar AS per ons troi, naik dari sehari sebelumnya. 

Emas alami kenaikan dua hari berturut-turut usai melemahnya dolar AS, menyusul keputusan penting bank sentral yang cenderung hawkish.

Pelemahan dolar AS juga meningkatkan harga emas. Para trader bertaruh bahwa kebijakan moneter yang lebih ketat tidak akan menggagalkan pemulihan ekonomi global.

Pejabat Federal Reserve mulai mengintensifkan perhatiannya untuk meredam kenaikan inflasi dengan mengakhiri program pembelian asetnya lebih cepat dan memberi sinyal kenaikan suku bunga pada tahun 2022. 

Pergeseran ekspektasi kebijakan moneter akan tetap menjadi sumber volatilitas harga emas dan perak tahun depan. 

Kurangnya aksi jual berkelanjutan pada emas setelah pergeseran hawkish menunjukkan bahwa pasar masih cukup kuat. Memasuki musim perayaan dan akhir tahun, investor nampaknya tidak akan terlalu agresif dalam mengambil posisi.

Pasangan USD/JPY mengalami penurunan ke 113,557, sedangkan AUD/USD naik tipis ke 0,71656. GBP/USD, juga naik ke 1,33328 dan EUR/USD naik ke 1.13394.

Fed Mengetatkan Kebijakan Moneternya, Dolar pun Menurun

Kamis (16/12) pagi WIB, Dolar Amerika Serikat bergerak menurun. Hal ini terjadi karena Federal Reserve AS mengetatkan kebijakan moneternya dalam poros pandangan nan hawkish.

Pasangan USD/JPY mengalami kenaikan tipis 0,10% di 114,14, sedangkan AUD/USD menurun 0,16% di 0,7156 usai data pekerjaan dari Biro Statistik Australia menunjukkan perubahan pekerjaan yang mencatat 366.100, perubahan lapangan kerja penuh sebesar 128.300, dan tingkat pengangguran sebesar 4,6%, pada bulan November.

NZD/USD juga turun 0,21% di 0,6764. Begitu pula dengan GBP/USD, turun tipis 0,06% di 1,3255. Namun, EUR/USD naik ke 1.2888.

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun tipis ke 96,366.

Fed akan mempercepat program pengurangan asetnya menjadi $30 miliar per bulan, bank sentral ini menyatakan dalam pertemuan keputusan kebijakan Rabu setempat. Bank sentral juga mempertahankan suku bunganya tidak berubah sebesar 0,25% tetapi akan memiliki tiga kenaikan suku bunga seperempat poin pada tahun 2022, tiga lainnya pada tahun 2023, dan dua lagi pada tahun 2024 untuk mengatasi inflasi.

Jerome Powell mengatakan bahwa rekonomi tidak lagi membutuhkan peningkatan jumlah dukungan kebijakan. Ia membandingkan situasi hampir depresi saat awal COVID-19 pada tahun 2020 dengan kenaikan harga dan upah saat ini, serta peningkatan pesat di pasar kerja.

Investor sekarang menunggu keputusan kebijakan dari ECB dan BOE hari ini.

BOE berusaha mengatasi inflasi dan menenangkan kekhawatiran terhadap varian omicron yang menyebar cepat. Data Inggris pada hari Rabu menunjukkan indeks harga konsumen (IIHK) tumbuh sebesar 5,1% tahun ke tahun di bulan November, level tertinggi dalam satu dekade. IHK naik 0,7% bulan ke bulan.

ECB akan mengakhiri Program Pembelian Darurat Pandemi mereka, tetapi investor masih memperkirakan bahwa bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga dulu.

Emas Anjlok Akibat Penguatan Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed

Emas anjlok akibat penguatan Dolar AS jelang pertemuan Federal Reserve. Investor terus mengawasi kabar terbaru tentang rencana Bank Sentral AS berencana untuk mengurangi langkah-langkah stimulus pandemi.

Di pasar spot, emas melemah 0,2 persen menjadi USD 1,782.61 per ounce. Adapun emas berjangka AS turun 0,2 persen menjadi USD 1.784,61.

Dolar AS yang kuat dan kenaikan suku bunga riil AS mendorong ekspektasi inflasi yang menurun, sebagaimana diukur dengan tingkat inflasi impas.

Dikatakan jika para pelaku pasar akan melacak rapat Komite Pasar Terbuka Federal mendatang untuk melihat bagaimana bank sentral bereaksi terhadap peningkatan inflasi, yang akan menghasilkan kemungkinan pergerakan harga yang lebih besar.

Tercatat jika Dolar AS tetap menguat, membatasi permintaan emas batangan untuk pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Sementara itu, imbal hasil Treasury AS naik dari palung satu minggu yang disentuh di sesi sebelumnya, juga menekan emas. 

The Fed akan memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari di kemudian hari. Diharapkan pada akhir pertemuan akan diumumkan bahwa mereka menyelesaikan stimulus pembelian obligasi lebih cepat dari yang dikomunikasikan sebelumnya. Hal ini berpotensi menyiapkan kenaikan suku bunga lebih awal tahun depan.

Pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak dikenakan bunga. Jika The Fed meningkatkan langkah untuk meruncing, ini kemungkinan akan melemahkan harga emas karena dolar melonjak

Di sisi lain harga logam lainnya, perak turun 0,4 persen menjadi 22,21 USD per ounce. Sementara harga platinum turun 0,2 persen menjadi 928,13 USD, sedangkan paladium naik 0,3 persen menjadi 1.685,79 USD.

Sementara itu, GBP naik ke 1,32400 dolar AS, sedangkan EUR/USD melemah ke 1,12644. Pasangan AUD/USD melonjak ke 0,71156 dan USD/JPY naik ke 113.719.

Emas Diprediksi Akan Membaik di Pekan Ini

Investor mulai menyesuaikan posisi menjelang pertemuan Bank Sentral AS. Emas diperkirakan akan membaik di pekan ini.

The Fed akan mengadakan pertemuan selama dua hari pada pekan ini yang dimulai para hari Rabu. Otoritas moneter ini diperkirakan akan memberikan sinyal mengenai percepatan tapering yang sebelumnya sempat disinggung oleh Ketua Fed Jerome Powell di depan Senat AS.

Selasa (14/12), harga emas di pasar spot naik 0,2 persen ke level USD 1.786,18 per ons. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup melonjak ke level USD 1.788,31 per ons.

Jika the Fed mengumumkan kenaikan suku bunga segera pada kuartal berikutnya, maka emas mungkin naik lebih dari USD 1.800 per ons pada akhir tahun.

Dalam jangka pendek hingga menengah, harga emas diprediksi tidak akan kemana-mana sampai mendapatkan gambaran utuh seberapa besar the Fed mempercepat tapering.

Selain The Fed, Bank Sentral Eropa, Bank of England, dan Bank of Japan dijadwalkan bertemu pada akhir pekan ini.

Di sisi lain, GBP turun tipis ke 1,31985 dolar AS dan EUR/USD melemah ke 1,12784. Pasangan AUD/USD anjlok ke 0,71017, sedangkan USD/JPY naik ke 113.632.

Bereaksi Terhadap Pergerakan Dolar dan Suku Bunga, Emas Melemah

Senin (13/12) pagi WIB, emas mengalami koreksi.

Setelah naik tinggi pekan lalu, emas terkoreksi. Harga emas untuk pengiriman Februari 2022 di Commodity Exchange ada di US$ 1.783,30 per ons troi, turun 0,08%. Kini, investor memikirkan apakah The Fed akan mempercepat tapering di tengah kenaikan inflasi.

Kenaikan inflasi meningkatkan tekanan pada Federal Reserve untuk memperketat kebijakan moneter. Gubernur The Fed Jerome Powell menjadi lebih terbuka untuk melakukan tapering lebih cepat. 

Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Advisors mengatakan, harga emas bereaksi terhadap pergerakan dolar dan suku bunga. Ia menambahkan, hal itu akan membuat dolar tetap kuat dan buruk bagi emas.

Harga emas menguat pada pekan lalu karena imbal hasil obligasi dan dolar AS merosot setelah data AS menunjukkan inflasi bulanan naik dalam laju tahunan tercepat dalam hampir 40 tahun. Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan inflasi naik 6,8% secara tahunan pada November.  

Di sisi lain, GBP naik tipis ke 1,32467 dolar AS dan EUR/USD naik ke 1,12932. Pasangan AUD/USD naik ke 0,717Di sisi lain, GBP naik tipis ke 1,32467 dolar AS dan EUR/USD turun ke 1,12932. Pasangan AUD/USD naik ke 0,71734, sedangkan USD/JPY melonjak ke 113.541.

Emas Berbalik dari Kenaikan Dua Sesi Sebelumnya

Jumat (10/12) pagi di waktu Asia, emas berbalik dari kenaikan dua sesi sebelumnya. Harga emas anjlok  karena data menunjukkan penurunan besar dalam klaim pengangguran AS menjelang laporan inflasi yang dapat memengaruhi strategi moneter the Fed serta dolar yang menguat.

Kontrak emas teraktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, turun sebesar 0,49 persen menjadi 1.776,72 per ons. Di pasar spot, emas turun 0,3 persen menjadi USD1.776,56 per ons.

Emas berjangka menurun sebanyak 0,04 persen menjadi 1,785,50 USD, setelah naik sebanyak 0,29 persen menjadi 1.784,70 USD pada Selasa, 7 Desember, dan melemah sebanyak USD4,4 atau 0,25 persen menjadi USD1.779,50 pada Senin, 6 Desember.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis, 9 Desember, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran mingguan AS turun 43 ribu menjadi 184 ribu, level terendah 52 tahun. Emas turun ke bawah tekanan.

Dolar yang menguat, juga membuat emas kurang menarik bagi pembeli luar negeri. Pasar menunggu data IHK (Indeks Harga Konsumen) AS yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat dan data Indeks Harga Produsen yang akan dirilis pada Selasa, 14 Desember.

Emas telah diperdagangkan dalam kisaran 1.760-1.790 dolar AS yang relatif ketat.

Laporan Indeks Harga Konsumen AS pada Jumat waktu setempat akan diikuti oleh pertemuan kebijakan The Fed pada 14-15 Desember.  

Hal itu karena investor berusaha untuk mengukur kemungkinan langkah Fed mengurangi stimulus dan menaikkan suku bunga. Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Di sisi lain, GBP turun ke 1,32188 dolar AS dan EUR/USD naik ke 1,13025. Pasangan AUD/USD naik ke 0,71462, sedangkan USD/JPY melonjak ke 113.475.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun sebanyak 41,9 sen atau 1,87 persen menjadi 22,013 USD per ons. Sedangkan platinum untuk pengiriman Januari turun sebanyak 18,2 USD atau 1,9 persen menjadi 937,7 USD per ons.

Emas Cenderung Stabil Setelah Pelemahan Dolar AS

Harga emas cenderuung stabil pada perdagangan setelah dolar AS yang lemah mengimbangi imbal hasil Treasury AS yang lebih kuat. 

Emas cenderung tak bergerak karena investor menyesuaikan posisi menjelang data harga konsumen AS minggu ini. Pelaku pasar pun menanti kejelasan percepatan laju tapering Federal Reserve.

The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan. Selain itu, The Fed juga diprediksi akan memberikan indikasi agresif menaikkan suku bunga di tahun depan.

Kamis (9/12), emas di pasar spot bergerak mendatar di level USD 1.784,02 per ounce dan harga emas berjangka AS sebagian besar menetap tidak berubah di USD 1.785,50.

Benchmark Imbal hasil Treasury AS naik, meredupkan daya tarik emas. Di sisi lain, nilai tukar dolar turun, membuat harga emas batangan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Laporan CPI yang akan dirilis pada hari Jumat dapat mempengaruhi garis waktu Fed mengurangi dukungan ekonominya sebelum pertemuan kebijakan berikutnya pada 14-15 Desember.

Harga emas diprediksi berlabuh di USD 1.780-USD 1.800 per ounce, menunggu isyarat dari Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) dan data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS.Di sisi lain, GBP turun ke 1,31906 dolar AS dan EUR/USD naik ke 1,13277. Pasangan AUD/USD naik ke 0,71589, sedangkan USD/JPY melonjak ke 113.698.

Emas Menguat dalam Penantian Data Inflasi AS

Harga emas berjangka naik pada Rabu (08/12) pagi WIB karena perhatian investor beralih ke data inflasi AS yang akan dirilis akhir pekan ini. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, ditutup pada 1.784,70 dolar AS per ounce. 

Data inflasi dapat mempengaruhi kecepatan Federal Reserve menaikkan suku bunga, saat mereka mengambil posisi menjelang Tahun Baru.

Pasar mengawasi pertemuan Fed minggu depan dan investor mencari kejelasan lebih lanjut tentang suku bunga pada saat ketidakpastian di sekitar varian virus corona Omicron

Laporan Indeks Harga Konsumen AS pada Jumat (10/12) dapat mempengaruhi kebijakan moneter Fed menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 14-15 Desember. Saham global menguat hari ini karena kekhawatiran seputar varian Omicron mereda setelah pejabat tinggi penyakit menular.

Pembicaraan telepon Biden-Rusia juga diawasi dengan ketat karena ketidakpastian geopolitik utama apa pun akan mendukung emas, tetapi harga emas bisa turun jika situasi Omicron tidak memburuk, kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals. 

Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (7/12) bahwa Barat khawatir Rusia akan menginvasi Ukraina.

Emas mendapat dukungan setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (7/12) bahwa produktivitas tenaga kerja sektor bisnis nonpertanian AS turun 5,2% pada kuartal ketiga 2021, penurunan terbesar dalam produktivitas kuartalan sejak kuartal kedua tahun 1960. 

Melonjaknya indeks pasar saham AS, menguatnya dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS membatasi kenaikan emas lebih lanjut. Penguatan dolar membuat harga emas lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lainnya. 

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 26 sen dan menjadi ditutup pada 22,522 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik menjadi ditutup pada 950 USD per ounce.

Di sisi lain, GBP naik tipis ke 1,32460 dolar AS dan EUR/USD melemah ke 1,12804. Pasangan AUD/USD naik ke 0,71188, sedangkan USD/JPY menurun ke 113.451.