Dolar AS Menguat Lagi! Ekspektasi Pengurangan Aset Lebih Awal

Dolar Amerika Serikat terus lanjut menguat pada hari Selasa setelah data pekerjaan yang rilis kemarin hingga terus meningkatkan ekspektasi pengurangan awal stimulus moneter yang masih dari Fed.

Index dolar naik sebesar 0.02% ke 92,953 bergerak menguat pada Selasa (10/08) petang pasca serangkaian rilis data pekerjaan yang kuat meningkatkan ekspektasi pengurangan awal stimulus moneter nan masif dari Federal Reserve AS.USD/JPY juga mengalami kenaikan hingga 0.07% ke 110,33, GBP/USD naik 0.01% di 1,3845 dan EURUSD naik 0,02% di 1,1737.

Di Indonesia sendiri, rupiah masih melemah hingga 0,26% di 14.398,3 hingga pukul 13.45 WIB.

Yang memicu sentimen dolar pada saat ini adalah rilis bulanan survey lowongan kerja dan perubahaan pekerjaan dari Departemen Tenaga Kerja AS yang pada akhirnya menunjukkan lowongan pekerjaan yang meningkat hingga mencapai rekor tertinggi 10,1 juta dari yang sebelumnya hanya 590.000.

Data ini juga menyusul laporan pekerjaan resmi AS pada hari Jumat, di mana data nonfarm payrolls mengalami peningkatan hingga 943.000 di bulan Juli, di mana hal ini jauh lebih besar daripada yang diprediksi sebelumnya. Kekuatan pasar tenaga kerja inilah menjadi pemicu utama pergolakan pergerakan pasar untuk meninjau kembali kapan Fed akan mulai mengurangi program pembelian aset yang sebelumnya senilai $120 miliar dan diprediksi pada tahun ini akan dikurangi seiring dengan peningkatan suku bunga di taun 2022.

Para pengambil kebijakan dari Fed juga mulai mengarah terhadap penurunan awal. Presiden Fed, Atlanta Raphael Bostic menurutkan bahwa ia sedang membidik target kuartal IV, di mana jika tidak lebih awal melakukan pengurangan pembelian obligasi, sementara Eric Rosengren salah satu rekannya dari Boston mengindikasikan bahwa pengumuman pengurangan aset akan segera diumumkan di bulan September. Risiko peristiwa besar berikutnya untuk pasar valuta asing adalah rilisnya data inflasi konsumen AS pada hari Rabu nanti, khususnya seputar pertanyaan tentang apakah efek penurunan ini masih dapat menganggu aset pasar.

Ujian lainnya adalah rilisnya IHK Juli AS yang akan diperkirakan mencapai puncaknya di sekitar area tahun 5,3/5, atau 4%. Jika bisa lebih tinggi, terutama jika data intinya naik, maka hal ini dapat mengindikasikan bahwa keluarnya Fed dari kebijakan pelonggaran kemungkinan akan berdampak lagi pada hal-hal yang tidak terduga.

Kesimpulannya, laporan telah berhasil meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral akan segera mengumumkan pengurangan lagi dalam rasio persyaratan cadangan untuk perbankan setelah pemotongan mendadak di bulan Juli.

Harga Emas Dunia Jatuh ke Level Terendah Pasca Rilisnya Data Ketenagakerjaan di AS

Harga emas dunia pengalami penurunan yang cukup signifikan pada akhir pekan lalu hingga mencapai level terendahnya dalam sebulan terakhir ini. Harga emas di pasar futures turun hingga 2,5 persen ke 1.763,11 dolar AS per ons dan harga emas di pasar spot mengalami penurunan sampai 2,2 % ke level 1.763.97 dollar AS setelah harga sempat menyentuh titik terendah di 1.757,69 dolar AS sejak tanggal 30 Juni 2021. Data-data tersebut terpengaruh dari rilisnya data ketenagakerjaan membangun sentimen positif pada perpecepatan pemulihan ekonomi.

Pelemahan harga emas yang dan peningkatan tenaga kerja ini jauh lebih tinggi daripada prediksi para analis, di mana AS berhasil menambahkan lapangan kerja sebanyak 943.000 lapangan kerja, tertinggi sejak Agustus 2020. Jauh lebih banyak ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 870.000 di bulan Juli.

Jika melihat penurunan yang sedang berjalan, emas berpotensi mengalami penurunan hingga level 1.700 dalam waktu dekat. Namun tentunya, kita tetap harus melihat sentimen-sentimen dukungan perekonomian global, yang akan menjadi penentu pergerakan emas berikutnya.

Dengan demikian, pasokan dolar AS di pasar tentunya tidak akan melimpah lagi seperti sekarang. Prinsipnya, pasokan yang berkurang sementara permintaan tetap tinggi akan membuat harga akan terdongkrak.

Adapun logam mulia lain seperti Perak yang mengalami penurunan hingga 3,2 persen menjadi 24,32 dolar AS per ons dan Platinum yang mturun hingga 2,2% ke harga 983,53 dolar AS per ons.

Dolas AS Terus Menguat Rilis Data Ketenagakerjaan

Sebelum rilisnya pengumuman laporan pekerjaan AS terbaru terjadi penguatan kembali pada Jumat petang. Hal ini tentunya menjadi indikasi bahwa AS bisa memperketat kebijakan moneternya lebih awal daripara Eropa dan Jepang. Hingga siang ini, terpantau indeks dolar AS naik 0,10% ke 92,367 pukul 12.42 WIB dari data Investing.com.

Terpantau AUD/USD melemah 0,23% di 0,7386 dan NZD/USD turun tipis 0,07% di 0,7049.Pasangan USD/JPY turun tipis 0,08% di 109,81.

Di Indonesia sendiri, rupiah masih mengalami pelemahan sekitar 0,20% di 14.365,0 per dolar AS hingga pukul 12.58 WIB.

Pasangan GBP/USD turun 0,08% di 1,3915 pasca keputusan Bank of England (BOE) untuk mempertahankan suku bunganya tidak berubah sebesar 0,10%. Di luar itu, tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan pada hari Kamis kemarin. Akan tetapi, BOE tetap menuturkan rencana menuju pengurangan aset dan kenaikan suku bunga di tahun-tahun mendatang.

Reserve Bank of India juga memberikan keputusan tetap seperti kebijakannya sebelumnya.

Wakil Ketua Federal Reserve AS Richard Clarida pada pekan ini mengatakan bahwa kondisi untuk kenaikan suku bunga mungkin akan dilakukan pada akhir 2022, dan mereka bisa memberikan fokus lebih pada pemulihan pasar tenaga kerja dari COVID-19 dan laporan pekerjaan AS hari ini.

Jika ternyata jumlahnya melebihi satu juta, maka prediksi bahwa dollar AS akan menguat semakin tajam, dan jika angka di bawah 650.000 maka akan berpotensi menimbulkan kegugupan.

Investor juga mencerna data ekonomi AS yang beragam dirilis awal pekan ini. Melihat dari data yang dirilis pada hari Rabu, hal ini menunjukkan perubahan indeks manajer pembelian jasa (PMI) sebesar 59,9, pekerjaan nonpertanian ADP berada di 330.000 pada bulan Juli, PMI non-manufaktur ISM berada di 64,1 dan ketenagakerjaan non-manufaktur dari Institute of Supply Management (ISM) berada di 53,8.

Hingga hari ini, investor menyambut baik penurunan awal tingkat pengangguran di AS dan tercatat hanya sekitar 385.000 yang diajukan selama seminggu terakhir.

Di luar hal tersebut, meskipun mata uang Antipodean yang lebih berisiko bergerak turun karena greenback menguat, dolar Selandia Baru diprediksi siap menjadi mata uang G10 dengan kinerja terbaik saat pekan ini berakhir. Beberapa ekspekasi mulai bermunculan bahwa Reserve Bank of New Zealand akan menaikkan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 18 Agustus mendatang.

Sinyal Tapering Awal dari Fed, Suku Bunga Menguat dan Penguatan Dolar AS

Federal Reserve AS meningkatkan ekspektasi pada penurunan aset (tapering) yang lebih awal dari perkiraan sehingga dolar Amerika Serikat mengalami sedikit penguatan pada Kamis (08) pagi di Asia. Komentar yang cenderung hawkish hari ini turut pula menopang penguatan dolar AS.

Hingga siang ini, terpantau indeks dolar AS naik tipis 0,04% ke 92,3024 pukul 11.41 WIB menurut data Investing.com.

Dari pasar Asia, pasangan USD/JPY naik 0,18% ke 109,67. AUD/USD menguat 0,19% di 0,7393 usai rilis data perdagangan Australia dirilis sebelumnya menunjukkan ekspor naik sebesar 4% bulan ke bulan di bulan Juni, adapun impor tumbuh 1% dari bulan ke bulan dan neraca perdagangan mencapai AUD10,496 miliar. Pasangan NZD/USD stabil di 0,7047.

Wakil Ketua Fed Richard Clarida, mengatakan persyaratan untuk kenaikan suku bunga dapat dipenuhi pada akhir 2022 dengan langkah berikutnya pada awal 2023 pada hari Rabu. Bersama tiga rekannya, Clarida juga turut mengisyaratkan bahwa akan terjadi pengurangan aset pada 2021 atau awal tahun 2022.

Hasil ke depannya akan bergantung kepada percepatan pemulihan ekonomi dari sektor ketenaga kerjaan imbas dari COVID-19, yang nanti akan bisa diukur dari laporan pekerjaan AS di hari Jumat nanti, termasuk data ketenagakerjaan nonpertanian.

Aanalis NatWest Markets Brian Daingerfield menuturkan bahwa perubahan sikap hawkish di antara komite mengenai risiko inflasi yang lebih bertahan merujuk pada ekspektasi untuk gaji pada Jumat, dan gaji berikutnya, akan sangat tinggi,

Hal yang membuat prediksi atas laporan pekerjaan menjadi sulit adalah kemacetan tenaga kerja yang dihasilkan, penyebaran lanjutan kasus COVID-19 secara global, dan data perlambatan ekonomi AS hari Rabu.

Jika melihat data pada bulan Juli, perubahan pekerjaan nonpertanian ADP mencapai 330.000, di mana hasil ini lebih rendah dari estimasi publik. Indeks PMI non-manufaktur ISM berada di 64,1, Manajer Pembelian Jasa (PMI) dirilis sebesar 59,9, sedangkan pekerjaan non-manufaktur dari Institute of Supply Management (ISM) berada di 53,8.

Komentar Clarida ini sendiri membuat para investor memperkirakan akan ada sedikit lebih banyak peluang kenaikan antara akhir 2022 dan awal 2022. Tentunya hal ini akan serta meratakan kurva imbal hasil Treasury seiring kenaikan imbal hasil jangka pendek.

Jika keputusan Fed mengikuti jadwal yang ditetapkan oleh Clarida, maka Fed akan memulai pengurangan aset bahkan lebih cepat dari European Central Bank (ECB), yang masih bekerja untuk menempatkan tingkat inflasi menuju targetnya.

Di lain tempat, Bank of England (BOE) melakukan pergerakan menuju pengurangan aset dan akan mengungkapkan jadwalnya saat menerbitkan keputusan kebijakannya hari ini.
Reserve Bank of India akan memberikan keputusan kebijakannya sendiri pada hari Jumat.

Namun, di luar semua itu Reserve Bank of New Zealand diprediksi bisa mengungguli semuanya, yang diperkirakan akan segera menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan berikutnya di 18 Agustus mendatang.

Harga Emas Cenderung Mengkhawatirkan Pasca Rilisnya Data Tenaga Kerja AS

Karena dampak dari kekhawatiran investor akan rilisnya data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang akan dirilis pada minggu ini, harga emas dunia mengalami pelemahan. Pada akhirnya, hal ini bisa mempengaruhi terhadap Federal Reserve untuk mengurangi pembelian asetnya.

Data per hari ini menunjukkan bahwa emas berjangka US ditutup 0.4 persen mengalami pelemahan menjadi 1.814,11 dolar AS per ounce dan harga emas di pasar spot mengalami penurunan sebesar 0.2 persen menjadi 1.809.78 per ouncenya.

Data non-farm payrolls Amerika akan segera rilis pada hari Jumat pekan ini.

Keputusan The Fed untuk melakukan tapering dan angka ketenagakerjaan yang akan dirilis pada Jumat pekan ini menjadi penentu seberapa cepat hal itu akan terjadi. Jadi, jika prospek jangka pendek untuk emas masih bullish, ada laporan lain dari penggajian non per pertanian yang kuat yang dapat mematahkan prediksi tersebut.

Chairman The Fed Jerome Powel berkata bahwa data tenaga kerja masih memiliki “beberapa alasan untuk di-cover” sebelum pihaknya dapat menarik kembali dukungannya terhadap ekonomi, yang mendorong harga emas ke level tertinggi dua minggu.

Namun, dua pembuat kebijakan lain bank sentral AS yang cenderung lebih hawkish mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir mereka percaya pemulihan pasar tenaga kerja hampir usai dan diharapkan bisa membuka jalan bagi The Fed untuk mulai mengurangi dukungannya terhadap ekonomi dalam hitungan bulan.

Ketidakmampuan emas untuk mengambil keuntungan dari “mencairnya” suku bunga riil dan kekhawatiran atas varian Delta Covid-19 menunjukkan kurangnya minat spekulatif, dengan The Fed yang masih di jalur untuk melakukan tapering pada Desember.

Opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan bunga meningkat imbas dari suku bunga yang lebih tinggi

Per hari ini, untuk Logam lainnya seperti perak naik 0,3 persen menjadi 25,53 dolar AS per ounce, paladium melemah 0,9 persen menjadi 2.652,39 dolar AS per ounce, dan platinum turun 0,7 persen menjadi 1.049,27 dolar AS per ounce

Dolar AS Cenderung Melemah Terhadap Yen Imbas dari Kekhawatiran COVID-19

Dolar Amerika Serikat kembali melemah pada Selasa (03/08) pagi di sesi Asia, yang mengakibatkan kerugian terhadap nilai safe haven yen Jepang. Kekhawatiran atas munculnya virus COVID-19 varian delta, jumlah korban yang semakin meningkat, pada akhirnya dari sektor manufaktur mengalami penurunan yang signifikan. Kebanyakan investor yang mulai pesimis dengan proyeksi pemulihan ekonomi di masa-masa sulit seperti ini.

Berikut pantauan pergerakan terkini:
Indeks dolar AS turun tipis 0,07% di 91,987 pukul 11.41 WIB.
USD/JPY juga melemah hingga titik terlemah di bulan Mei yaitu 0,11% di 109,16

USD/CNY naik tipis 0,04% ke 6,4648
GBP/USD naik 0,12% ke 1,3895 pukul 11.45 WIB.
AUD/USD menguat 0,56% di 0,7403

Dari data-data di atas, tampaknya pasar cenderung mengurangi resiko dengan melihat data hasil obligasi yang cenderung turun sejak perdagangan Eropa kemarin. Semua hal ini berawal dari kekhawatiran terhadap virus varian Delta yang mulai menyebar di banyak tempat.

Kini China sedang berjuang untuk melawan wabah varian delta terbaru ini, yang sudah menyebar hingga ke wilayah pedalaman. Negara-negara lain di kawasan Asia pun masih berjuang melawan virus varian baru ini. Jepang kini sudah memperpanjang status keadaan darurat, mulai dari Tokyo dan Okinawa pada hari Senin kemarin.

Kini, jumlah kasus harian di Tokyo sudah mencapai rekor tertingginya.

Varian Delta juga berkontribusi pada meningkatnya jumlah kasus di AS yang kini jumlahnya semakin meningkat. Kekhawatiran COVID-19 ini akhirnya mengesampingkan kemajuan RUU investasi infrastruktur AS senilai $1 triliun yang dapat siap untuk dilakukan pemungutan suara terakhir dalam seminggu.

Sementara itu, data yang dirilis pada hari Senin menunjukkan angka PMI manufaktur dari Institute of Supply Management (ISM) lebih rendah dari perkiraan 59,5, indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) lebih baik dari perkiraan 63,4 di bulan Juli, sedangkan . Indeks ketenagakerjaan manufaktur ISM dirilis lebih baik dari perkiraan 52,9 di bulan Juli.

Dolar Turun Tajam Menyusul Tidak Ada Perubahan Pada Kebijakan Fed

Dolar turun tajam pada perdagangan hari Kamis setelah hasil pertemuan FOMC minggu ini yang mencatatkan tidak adanya perubahan pada kebijakan moneter.

Fed masih tetap yakin bahwa pemulihan ekonomi masih berjalan walau varian delta covid-19 semakin meningkat. Sejak pertemuan moneter di bulan Juni lalu jumlah pencerita covid-19 meningkat hingga 4x lipat di AS namun Fed tetap optimis program vaksinasi akan mengurangi dampak krisis kesehatan ini terhadap ekonomi secara keseluruhan.

Dalam konferensi pers-nya Ketua Fed – Jerome Powell mengatakan perkembangan dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan semakin berkurangnya dampak ekonomi dari gelombang pandemik ini. Diharapkan hal yang sama terjadi pada varian delta ini yaitu semakin kecil dampaknya terhadap pemulihan ekonomi. Selain itu lonjakan inflasi yang terjadi saat ini masih dianggap sebagai transisi yang akan kembali mereda dan kembali normal. Perihal tapering, Powell mengatakan Fed sedang mempelajari cara dan saat terbaik untuk mengurangi program QE-nya yang saat ini.

Powell menambahkan meskipun pemulihan ekonomi terus berjalan namun masih banyaknya pengangguran membuat pemulihan ekonomi belum mencapai substansi-nya sebelum inflasi mereda dan sektor tenaga kerja terpenuhi maksimum. Secara umum pernyataan Fed dalam pertemuan ini tidak ada yang menjadi penggerak pasar karena masih belum ditentukannya kapan akan melakukan tapering.

Diperkirakan pembahasan hal ini akan lebih komprehensif pada pertemuan Jackson Hole di Wyoming pada bulan Agustus mendatang. Terkait dengan ketidakpastian seputar varian delta covid-19, Fed sepertinya masih akan menunggu perkembangan dalam beberapa waktu mendatang apakah akan berdampak terhadap ekonomi seperti yang diharapkan sebelum mengambil keputusan untuk tapering.

Di lain tempat, mata uang Euro terus menguat hingga harga tertinggi mingguan terhadap Dolar. Meskipun data fundamental amsih cenderung menurun dengan data kepercayaan konsumen dari GfK menunjukkan masih sama seperti periode sebelumny -0.3 yang artinya meleset dari perkiraan membaik menjadi +0.9.

Dolar Melemah Pada Rabu Pagi Jelang Hasil Pertemuan FOMC

Dolar AS diperdagangkan lebih rendah pada Rabu pagi di sesi Asia menjelang diumumkannya hasil pertemuan moneter FOMC malam nanti. Tidak diharapkan akan ada perubahan kebijakan moneter dalam pertemuan ini, begitu juga pembahasan tapering seperti yang diperkirakan oleh pasar.

Pembahasan tapering yang menjadi fokus pasar namun seiring dengan meningkatnya kembali penularan varian delta covid-19 di AS dan secara global membuat harapan ini menipis. Meskipun Gedung Putih mengatakan varian delta ini tidak berdampak pada ekonomi, namun dengan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) di AS menganjurkan kembali pemakaian masker meskipun sudah mendapat vaksinasi lengkap menandakan tingkat waspada yang tinggi dan memungkinkan akan mengalami pembatasan lagi yang akan berakibat pada ekonomi. Tapering merupakan pengurangan pembelian surat berharga dalam program QE yang merupakan sinyal kepercayaan Fed terhadap pemulihan ekonomi di AS.

Hal serupa sudah dijalankan oleh sejumlah bank sentral di negara lain, sehingga pasar berharap Fed akan melakukan hal yang sama. Pertemuan moneter kali ini juga dianggap kurang penting karena di bulan Agustus mendatang akan ada pertemuan tatap muka pertama pejabat Fed sejak pandemi dalam simposium Jackson Hole di Wyoming AS.

Dari set data ekonomi AS,  Durable Goods Order menunjukkan penurunan tajam ke 0.8% dari periode sebelumnya yang direvisi meningkat dari 2.3% menjadi 3.2%. Data ini jauh dari perkiraan hanya turun ke 2.1%. Sementara data Core-nya yang tidak menyertakan komponen transportasi juga menurun ke 0.3% dari periode sebelumnya 0.5% dan meleset jauh dari perkiraan meningkat 0.8%.

Euro masih terus menguat seiring dengan pelemahan mata uang Dolar secara umum. Mata uang Euro merupakan alternatif utama investor setelah dolar sehingga pertemuan moneter FOMC malam ini akan berpengaruh banyak pada pergerakan Euro pada perdagangan hari ini.

Dolar Terus Melemah Hari Selasa Seiring Kekhawatiran Kebijakan Fed

Dolar AS terus melemah pada perdagangan hari Selasa seiring dengan kekhawatiran pasar seputar langkah tapering dalam pertemuan moneter FOMC.

Meningkatnya penularan varian delta covid-19 yang mencapai 4x lipat hampir menyamai level seperti pada musim panas tahun lalu membuat peluang perubahan kebijakan moneter oleh Fed menjadi semakin tipis. Belum lagi data-data fundamental yang belakangan ini dirilis yang masih bervariasi juga membuat keraguan akan peluang perubahan tersebut. Meskipun tingkat vaksinasi yang semakin meluas mendorong aktifitas ekonomi terutama pada tingkat belanja dan frekuensi perjalanan.

Dari rilis data ekonomi, Retail Sales juga masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan hanya meningkat 0.6%. Sementara itu juga mendekati kadaluarsanya program bantuan langsung dari stimulus fiskal yang akan berakhir di bulan Agustus mendatang. Termasuk program bantuan sewa tempat bagi pengusaha juga akan segera berakhir. Sedangkan program penerusnya masih belum ada kepastian bahkan belum ada pembahasan di Senat maupun DPR AS.

Hal ini menjadi faktor resiko ekonomi dan akan semakin menekan Fed untuk tetap mempertahankan kebijakan moneternya saat ini untuk beberapa waktu yang akan datang. Terlebih pada bulan Agustus mendatang akan ada pertemuan Jackson Hole yang merupakan pertemuan tatap muka pejabat Fed pertama sejak pandemik dan akan membahas kondisi ekonomi secara lebih komprehensif membuat pertemuan moneter FOMC bulan ini menjadi kurang berarti.

Di lain tempat, Euro rebound terhadap greenback meskipun data fundamental juga masih cenderung turun seiring dengan keraguan pasar akan pertemuan moneter FOMC pekan ini. Data indeks iklim bisnis IFO di Jerman turun 100.8 meleset dari perkiraan meningkat 102.3 dari periode sebelumnya 101.7. Dengan menyinggung meningkatnya penyebaran varian delta covid-19 dan juga terkendala oleh terbatasnya persediaan obat dan vaksin.

Dolar AS Menguat Pada Hari Senin Jelang Pertemuan FOMC Minggu Ini

Dolar berbalik menguat pada pasar Asia hari Senin, jelang pertemuan FOMC minggu ini. Setelah pertemuan moneter FOMC sebelumnya cukup optimis akan pemulihan ekonomi sehingga memberi peluang akan perubahan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan.

Pasar memperkirakan pengurangan program QE atau tapering tersebut baru akan dibahas pada pertemuan kali ini. Sejumlah data ekonomi yang dirilis akhir-akhir ini yang kurang mendukung membuat peluang tapering dalam waktu dekat menjadi diragukan. Meski demikian jika data sektor tenaga kerja yang diperkirakan Fed akan kembali normal pada September mendatang sehingga memungkinkan bagi Fed untuk antisipasi dengan langkah tapering tersebut.

Sementara data sektor tenaga kerja Non-Farm Payroll baru akan dirilis pekan depan sehingga peluang untuk mengetahui perkembangan sektor tenaga kerja menjadi tertahan. Data fundamental terakhir berupa PMI yang dirilis jumat pekan lalu masih cukup mixed dimana sektor manufaktur terus menguat sedangkan sektor jasa masih cenderung turun.

Poundsterling berlanjut melemah terhadap Dolar seiring dengan data fundamental ekonomi yang memburuk dan kembali meningkatnya kasus baru varian delta covid-19. Dengan meningkatnya penularan varian delta memaksa ratusan ribu pekerja untuk melakukan isolasi mandiri sesuai dengan regulasi pemerintah Inggris yang berlaku.

Meskipun data Retail Sales di Inggris meningkat cukup signifikan 0.5% dari periode sebelumnya -1.3% dan melampaui perkiraan membaik -0.2%. Namun dari PMI di sektor manufaktur maupun jasa justru turun dibawah perkiraan. Data di sektor manufaktur turun ke 60.4 yang meleset dari perkiraan hanya turun ke 62.3 dari periode sebelumnya 63.9. Dan di sektor jasa turun ke 57.8 juga meleset dari perkiraan turun ke 62.0 dari periode sebelumnya 62.4. ini merupakan penurunan terbanyak sejak Maret lalu.