Dolar Melemah Sedangkan Yen Berada di Level Terendah

Dolar menurun pada Kamis (17/03) pagi di Asia,. Yen berada di level terendah enam tahun terhadap dolar dengan investor terus mencerna prospek kebijakan hawkish dari Federal Reserve AS yang sangat kontras dengan Bank of Japan (BOJ).

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun 0,27% di 98,355 pukul 10.31 WIB. Sedangkan rupiah kembali naik tipis 0,09% di 14.297,7.

Yen berada di level terendah terhadap dolar sejak awal tahun 2016, atau 119,13, semalam. Mata uang Jepang juga turun 1,6% terhadap dolar Australia pada Rabu, meluncur lebih jauh pada Kamis ke level terendah empat tahun di 86,97 yen per dolar Australia.

Bank of Japan akan mengumumkan kebijakan kepuutusan pada hari Jumat, di mana diharapkan dapat mempertahankan sikap pandangan dovish-nya. Bank of England juga akan merilis kebijakan kepuutusan hari ini, di mana diharapkan akan menaikkan suku bunga untuk pertemuan ketiga berturut-turut.

The Fed menaikkan suku bunganya menjadi 0,5% dalam keputusan keebijakan yang diterbitkan pada Rabu setempat atau Kamis dini hari WIB. Langkah bank sentral AS ini lebih agresif daripada yang diperkirakan, dengan mengisyaratkan dapat menaikkan suku bunga di semua enam pertemuan yang tersisa pada tahun 2022.

USD/JPY turun tipis 0,05% menjadi 118,68. Pasangan USD/CNY turun tipis 0,11% di 6,3451 sedangkan GBP/USD naik tipis 0,08% menjadi 1,3155. AUD/USD menguat 0,25% ke 0,7308 dan NZD/USD naik tipis 0,12% menjadi 0,6844.

\Harapan adanya terobosan dalam perundingan damai antara Ukraina dan Rusia juga membuat investor mundur dari aset safe haven dan saham-saham global pun naik. Ini juga memberi sedikit tekanan ke bawah bagi dolar lebih banyak.

Sementara itu, dolar Australia naik di atas indikator rata-rata pergerakan 200 hari. Data ketenagakerjaan Australia untuk Februari 2022 menunjukkan tingkat pengangguran mencapai 4%, peruubahan pekerjaan tercatat 77.400, dan perubahan sebanyak 121.900. Tingkat pengangguran turun ke posisi terendah yang tidak terlihat sejak 2008, menambah tekanan untuk kenaikan suku bunga awal dari Reserve Bank of Australia.

Walau Bergerak Turun, Dolar AS Ternyata Malah Mendekati Level Tertinggi Terhadap Yen dalam Lima Tahun Terakhir

Dolar Amerika Serikat bergerak turun pada Rabu (16/03) pagi di Asia tapi masih mendekati level tertinggi lima tahun terhadap yen. Investor menunggu keputusan kebijakan terbaru Federal Reserve AS, dengan konflik di Ukraina dan melonjaknya jumlah kasus COVID-19 di China juga tetap jadi perhatian.

Pasangan USD/JYPturun tipis 0,01% ke 118,28, level tertinggi sejak Januari 2017. Data perdagangan Jepang yang dirilis sebelumnya menunjukkan tingkat eksportumbuh sebesar 19,2% yoy dan impor  tumbuh 34% yoy pada Februari 2022.  Nercaya perdagangan tercatat –JPY668,3 miliar ($5,65 miliar) dan  neraca perdagangan yang disesuaikan mencapai –JPY1,05 triliun.

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun 0,21% menjadi 98,861. Adapun, rupiah menguat tipis 0,05% di 14.317,7 per dolar AS.

Euro terus bergerak naik dari penurunannya ke level terendah hampir 22 bulan di awal bulan. Mata uang tunggal ini naik tipis 0,14% menjadi $ 1,09696, naik dari level terendah $1,08061 yang dicapai pada 7 Maret.

Pasangan  AUD/USD naik tipis 0,08% ke 0,7202, setelah jatuh ke $0,71650 selama sesi sebelumnya untuk pertama kalinya sejak 28 Februari. Pasangan  NZD/USD turun tipis 0,03% menjadi 0,6769.

Pasangan USD/CNY  melemah 0,17% di 6,3599, sedangkan GBP/USD naik tipis 0,12% menjadi 1,3055.

Dolar Australia juga berada di bawah tekanan, karena mitra dagang utamanya China tengah menghadapi masalah wabah COVID-19 terbaru. Jumlahnya lebih dari dua kali lipat ke level tertinggi dua tahun pada hari Selasa, dan wilayah seperti kota selatan Shenzhen dan Provinsi Jilin saat ini memberlakukan lockdown.

Imbal hasil Treasury AS menguat jelang keputusan kebijakan Fed, yang akan dilansir dini hari nanti. Ini memberi dolar dorongan atas yen, dengan investor sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga pertama dalam tiga tahun dan memberikan peluang sebesar 13% dari kenaikan 50 bps.

Bank of England akan memberikan  keputusan kebijakan pada hari Kamis dan keputusan Bank of Japan menyusul sehari kemudian.

Ini menjaga indeks dolar di sekitar angka 99 setelah mencapai level tertinggi 99,415 pada awal minggu lalu. Dolar AS juga mendekati level tertinggi bulan ini terhadap mata uang Australia yang lebih berisiko, seiring turunnya harga komoditas dari level puncak multi tahun saat Rusia dan Ukraina melanjutkan perundingan yang dapat mengarah pada gencatan senjata. Rusia menginvasi tetangganya pada 24 Februari lalu.

Saat Keputusan Kebijakan Fed Membayangi, Dolar AS, Yen, dan Aussie Sekarang Mengalami Penurunan

Dolar melemah pada Selasa pagi di Asia, bersama yen Jepang dan dolar Australia. Wabah COVID-19 terbaru di China menyebabkan lockdown di beberapa kota, tetapi fokusnya tegas terhadap keputusan kebijakan 

Pasangan USD/CNY naik tipis 0,16% menjadi 6,3754. Data China yang dirilis pada hari sebelumnya menunjukkan investasi aset tetap tumbuh sebesar 12,2% tahun ke tahun di bulan Februari. Produksi industri tumbuh 7,5% tahun-ke-tahun dan penjualan eceran tumbuh 6,7% tahun ke tahun, sedangkan tingkat pengangguran sebesar 5,5%.

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya turun tipis 0,08% menjadi 98,948.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak pandemi ketika menerbitkan keputusan kebijakannya. Investor mengharapkan kenaikan 25 basis poin pada pertemuan ini, menurut alat Fedwatch CME. Namun, harga telah meningkat untuk menunjukkan peluang 70% dari kenaikan 50 basis poin yang lebih besar pada pertemuan Mei 2022, berkat meningkatnya kekhawatiran atas inflasi.

Pasangan USD/JPY naik tipis 0,11% ke 118,32 dengan Bank of Japan (BOJ) mengumumkan keputusan kebijakan pada akhir pekan.

Pasangan AUD/USD turun tipis 0,08% di 0,7183. Reserve bank of Australia merilis risalah pertemuan terakhir sebelumnya, dan NZD/USD turun tipis 0,01% menjadi 0,6746.

Pasangan GBP/USD naik tipis 0,20% ke 1,3027, dengan Bank of England untuk mengumumkan keputusan kebijakan.

Harapan bahwa Ukraina dan Rusia akan mencapai akhir negosiasi perang yang dipicu oleh invasi Rusia pada 24 Februari juga menghilangkan sebagian daya tarik yen safe haven.

Indeks dolar tidak jauh dari 99,417 yang dicapai seminggu lalu, level tertinggi sejak Mei 2020.

Yen mencatat penurunan tajam di sesi terakhir, karena perbedaan dalam kebijakan yang diadopsi oleh Fed dan BOJ menjadi lebih terlihat.

Situasi di China juga membebani dolar Australia, menurut Kong. Aussie melanjutkan tren penurunan, setelah jatuh 1,7% pada awal pekan, saat harga komoditas melemah dari reli sebelumnya.

Kedua negara mengadakan perundingan putaran keempat pada hari Senin, tetapi tidak ada kemajuan baru yang dilaporkan dibuat. Perundingan akan dilanjutkan pada Selasa.

Sementara itu, yuan China melemah ke level terendah satu bulan terhadap dolar pada hari Senin. Meningkatnya ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar dan penguncian COVID-19 membebani mata uang China.

Yuan luar negeri melemah ke 6,398 per dolar, tetapi People’s Bank of China mempertahankan fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun tidak berubah sebesar 2,87% dalam keputusan mengejutkan sebelumnya.

Bank Sentral Mempersiapkan Keputusan Kebijakan Baru Akibat Kenaikan Dolar AS

Dolar AS melonjak pada Senin (14/03) pagi di Asia. Yen Jepang mencapai level terendah baru lima tahun kala sejumlah bank sentral bersiap untuk menerbitkan keputusan kebijakannya sepanjang minggu.

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik tipis 0,06% menjadi 99,245. Kontrak indeks dolar bergulir ke kontrak 22 Juni pada 13 Maret.

Harapan bahwa perundingan antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri konflik yang dimulai dengan invasi 24 Februari membebani mata uang safe haven seperti yen dan franc Swiss.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan pada hari Minggu bahwa mungkin ada tanda-tanda bahwa Rusia bersedia memulai negosiasi untuk mengakhiri invasi ke Ukraina. Namun, pertempuran dalam konflik yang dimulai pada 24 Februari masih terus berlanjut.

Dolar AS naik hingga 117,61 yen di awal sesi, level tertinggi sejak Januari 2017, memperpanjang kenaikan dari minggu sebelumnya yang oleh para analis Barclays PLC dikaitkan dengan penurunan permintaan untuk tempat berlindung yang aman seiring menguatnya ekuitas.

Pasangan USD/JYP naik 0,48% di 117,85.

Pasangan AUD/USD melemah 0,45% ke 0,7260 dan NZD/USD turun 0,33% menjadi 0,6785.

Pasangan USD/CNY naik tipis 0,16% menjadi 6,3499 sedangkan pasangan GBP/USD turun tipis 0,16% menjadi 1,3016.

Bank of Japan diperkirakan akan mempertahankan sikap dovish saat mengumumkan keputusan kebijakannya pada hari Jumat. The Fed, di sisi lain, diperkirakan akan menaikkan suku bunga ketika menjatuhkan keputusannya pada hari Rabu. Reserve Bank of Australia juga akan merilis notulen rapat terakhir pada hari Selasa.

Bank of England (BOE) juga akan merilis keputusan kebijakannya, dengan ekspektasi tegas pada kenaikan suku bunga 25 basis poin lebih lanjut.

Euro diperdagangkan di $1,0936, dengan harapan berakhirnya konflik di Ukraina bisa memberikan dorongan kecil. Namun, dampak konflik pada pertumbuhan zona euro terus membebani mata uang tunggal. Mata uang terkait komoditas, seperti dolar Australia dan Selandia Baru, turun dari titik tertinggi multi tahun yang dicapai pada Maret seiring melonjaknya harga minyak, biji-bijian, dan logam.

Akan sangat bergantung pada pernyataan pasca-pertemuan mereka dan konferensi pers Fed. Dengan Inggris lebih terpapar pada kejutan pasokan Rusia daripada AS, risikonya terletak pada kekecewaan oleh BOE dan pound yang lebih lemah turun ke 1,2901.

Dolar Naik, Euro dan Pound Terkena Dampak Konflik Ukraina

Dolar naik mencapai level tertinggi lima tahun baru terhadap yen pada akhir pekan ini setelah laporan inflasi AS menunjukkan peningkatan tahunan terbesar dalam 40 tahun. Euro kesulitan bertahan usai giliran pandangan hawkish yang mengejutkan dari European Central Bank (ECB) dibayangi oleh risiko pertumbuhan dari invasi Rusia ke Ukraina.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik tipis 0,02% di 98,521.

Data yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan indeks harga konsumen AS tumbuh 7,9% tahun ke tahu dan 0,8% bulan ke bulan pada bulan Februari.

USD/JPY naik 0,29% ke 116,47, dengan dolar menguat 1,3% lawan yen minggu ini.

Fed dan Bank of Japan akan menerbitkan keputusan kebijakan pada minggu depan. Sementara The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga, mitra Jepang-nya itu memilih untuk mempertahankan sikap yang lebih dovish.

Baik pound maupun euro telah merasakan dampak konflik di Ukraina dan lonjakan yang dihasilkan dalam beberapa harga komoditas.

Euro terakhir diperdagangkan di $1,1010, setelah menjalani pergerakan nan volatil pada Kamis kemarin yang berakhir turun 0,8%.

ECB juga sedikit menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk 2022 dan 2023, serta juga meningkatkan ekspektasi inflasi. Presiden ECB Christine Lagarde juga menyebut konflik di Ukraina sebagai “batas untuk Eropa” yang akan meningkatkan inflasi tetapi membatasi pertumbuhan ekonomi.

AUD/USD turun 0,23% di 0,7341 dan NZD/USD turun tipis 0,15% menjadi 0,6852

Pasangan USD/CNY naik tipis 0,05% ke 6,3248 dan GBP/USD naik tipis 0,04% menjadi 1,3089.

Sementara itu, perundingan antara Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dan Menlu Rusia Sergey Lavrov pada hari Kamis hanya membuat sedikit kemajuan yang mengecewakan untuk mengakhiri konflik.

Euro dan Dolar Naik Jelang Rapat ECB

Dolar AS melonjak pada Kamis (10/03), sementara euro mengembalikan beberapa kenaikan besar dan kuat sesi sebelumnya menjelang perundingan tingkat tinggi antara Ukraina dan Rusia serta rapat terbaru kebijakan European Central Bank (ECB).

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya, bergerak naik tipis 0,1% ke 98,016.

EUR/USD turun 0,1% di 1,1065, mempertahankan sebagian besar kenaikan 1,6% pada hari Rabu, kenaikan satu hari terbesar sejak Juni 2016, setelah pengumuman perundingan antara Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia serta sempat turunnya harga minyak mendorong sentimen risiko.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov akan bertemu dengan rekannya dari Ukraina Dmytro Kuleba di Turki Kamis malam setempat. Ini adalah pertemuan pertama antara keduanya sejak invasi Rusia, sehingga meningkatkan harapan bahwa gencatan senjata dapat disepakati meskipun menteri luar negeri Ukraina itu mengingatkan bahwa harapannya rendah.

AS akan merilis IHK untuk bulan Februari nanti. Datanya diperkirakan akan menunjukkan kenaikan lain dan angka tahunan terlihat mencapai 7,9%, naik dari 7,5% bulan sebelumnya.

Federal Reserve bertemu minggu depan dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

USD/JPY diperdagangkan naik 0,1% ke 115,96, GBP/USD naik 0,1% menjadi 1,3184, setelah melonjak kuat pada hari Rabu, sementara aset sensitif risiko AUD/USD aik 0,3% ke 0,7340.

Juga membantu euro pulih dari tekanan baru-baru ini adalah aksi jual besar harga minyak mentah pada Rabu malam, di mana kontrak Brent dan WTI keduanya jatuh lebih dari 12%, setelah indikasi dari beberapa produsen bahwa mereka dapat meningkatkan pasokan untuk mencoba menebus gangguan yang disebabkan oleh sanksi Barat terhadap Rusia.

Mata uang bersama, Euro, jatuh ke level terendah 22 bulan di 1,0804 awal pekan ini, terbebani oleh dampak invasi Rusia ke Ukraina, dan sanksi terkait, pada harga minyak mentah, meningkatkan kekhawatiran stagflasi di Eropa.

Juga dalam agenda Kamis adalah pertemuan terbaru European Central Bank, dan investor mencermati bagaimana invasi Rusia ke Ukraina akan berdampak pada kebijakan moneter, saat para pengambil kebijakan telah mengisyaratkan pada Februari strategi keluar pembelian obligasi darurat, dan ini membuka jalan bagi kenaikan suku bunga akhir tahun ini.

Para pejabat Rusia telah mengambil banyak langkah untuk menopang ekonominya yang babak belur dan menjaga ketersediaan mata uangnya, tetapi ekonomi sedang menuju salah satu lonjakan inflasi terbesar abad ini, yang kemungkinan akan merugikan mata uangnya.

Dolar Turun, Begitu Pun Euro

Dolar melemah pada Rabu pagi di Asia dan euro juga melemah. Mata uang komoditas juga turun dari level tertinggi baru-baru ini, karena investor menghitung bahwa harga energi, biji-bijian, dan logam setinggi langit dapat menurunkan permintaan dalam jangka panjang.

Indeks Dolar AS yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya turun tipis 0,05% menjadi 99,036 tepat di bawah tertinggi 22 bulan.

Pasangan AUD/USD naik tipis 0,15% menjadi 0,7278, dengan sentimen konsumen Westpac Australia berkontraksi 4,2% pada bulan Maret. Pasangan NZD/USD naik tipis 0,10% menjadi 0,6812. Pasangan GBP/USD naik tipis 0,08% menjadi 1,3114.

Pasangan USD/JPY naik tipis 0,15% menjadi 115,84. PDB Jepang tumbuh 1,1% kuartal-ke-kuartal dan 4,6% tahun-ke-tahun pada kuartal keempat 2021. Pasangan USD/CNY turun tipis 0,03% menjadi 6,3168. Data China yang dirilis pada hari sebelumnya menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) tumbuh 0,6% bulan-ke-bulan dan 0,9% tahun-ke-tahun pada Februari 2022. Indeks harga produsen tumbuh 8,8% tahun-ke-tahun.

Investor sekarang melihat keputusan kebijakan terbaru Bank Sentral Eropa , yang akan dirilis pada hari Kamis. Kemungkinan stagflasi berarti bahwa taruhan pada bank sentral yang menunda kenaikan suku bunga hingga tahun 2022 semakin meningkat.

Euro stabil di awal perdagangan, pulih dari level terendah 22-bulan di $1,0806 yang dicapai pada hari Senin untuk diperdagangkan di level $1,0897. Berita bahwa Uni Eropa dilaporkan membahas penerbitan obligasi bersama juga memberi dorongan pada mata uang tunggal.

Meskipun penerbitan apa pun dapat menandai langkah-langkah stimulus dan akhirnya penyatuan fiskal, tidak banyak rincian yang diberikan.

Pergerakan baru-baru ini menuju mata uang komoditas karena kenaikan harga ekspor mendorong persyaratan perdagangan juga tampaknya melambat.

Beberapa investor juga memperingatkan bahwa euro tidak mungkin naik banyak sementara invasi Rusia ke Ukraina berlanjut.

Peningkatan biaya bahan baku juga bertindak sebagai pajak pada konsumen dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Dolar Australia stabil dan sekitar 2% di bawah tertinggi empat bulan Senin di $0,7441.

Euro akan jatuh ke $1,06 pada akhir kuartal sebelum melambat menuju $1,14 pada akhir tahun jika beberapa jenis kesepakatan untuk menahan pertempuran tercapai tetapi mungkin akan jatuh di bawah paritas jika perang menyebar, tambahnya.

Pasar mata uang dalam negeri Rusia diperkirakan akan dibuka untuk pertama kalinya minggu ini di kemudian hari. Rubel, di samping aset Rusia lainnya, telah terpukul sejak invasi ke Ukraina pada 24 Februari.

Euro Jatuh, Dolar Melonjak

Senin (07/03) pagi di Asia, dolar AS melonjak dengan euro jatuh ke level terendah baru 22 bulan terhadap dolar dan mencapai posisi terendah multi tahun lawan yen, franc Swiss, dan pound. Konflik yang berlangsung di Ukraina mendorong naiknya harga komoditas dan memicu kekhawatiran atas kejutan stagflasi yang akan menghantam Eropa paling parah.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik 0,26% di 98,929. Indeks mendekati level puncak 22 bulan di 98,925 yang dicapai pada hari Jumat.

USD/JPY naik tipis 0,10% menjadi 114,91. Rupiah masih melemah 0,20% ke 14.414,1 per dolar AS.

Pasangan AUD/USD naik 0,62% ke 0,7416 dan NZD/USD naik 0,55% di 0,6898.

Pasangan GBP/USD turun tipis 0,12% menjadi 1,3209.

Euro turun sebanyak 0,6% di $1,0864 di awal sesi, titik terendah sejak Mei 2020, dan sedang menuju level terendah 2020 di sekitar $1,0636. Mata uang Eropa ini juga jatuh di bawah satu franc Swiss, mencapai 0,9982 untuk pertama kalinya sejak franc keluar dari acuan euro pada 2015 lalu.

USD/CNY naik tipis 0,09% menjadi 6,3232. Data perdagangan yang dirilis sebelumnya menunjukkan ekspor tumbuh 16,3% tahun ke tahun pada Februari 2022, sementara impor tumbuh sebesar 15,5% tahun ke tahun, dan neraca perdagangan tercatat $115,95 miliar.

Konflik di Ukraina meningkat selama akhir pekan, lantaran upaya gencatan senjata untuk memungkinkan warga sipil mengungsi dari Kota Mariupol tampaknya gagal sejauh ini.

Euro jatuh ke level terendah 15 bulan di 124,78 yen dan mencapai level terendah sejak pertengahan 2016 terhadap pound di 82,23.

Di Asia Pasifik, dolar Australia naik 0,3% ke level tertinggi empat bulan. Harga spot untuk batubara Australia naik lebih dari 70% dalam waktu sekitar seminggu karena para pembeli mencari alternatif energi Rusia, dan gandum juga naik sekitar 50% sejak awal Februari. Dolar Australia juga naik lebih dari 10% terhadap euro dalam waktu sekitar satu bulan. Dolar Selandia Baru naik ke level tertinggi tujuh minggu, meskipun bisa melepaskan kenaikan tersebut jika situasi geopolitik memburuk dan perang di Ukraina berlarut-larut.

Greenback juga naik terhadap yen dan franc Swiss dan terakhir naik sekitar 0,4% per franc, dan sekitar 0,3% lebih tinggi terhadap yen.

Sementara itu, European Central Bank (ECB) akan mengumumkan kebijakannya minggu ini, dan bank sentral tersebut diperkirakan akan menunggu hingga bulan-bulan terakhir tahun 2022 untuk menaikkan suku bunganya, menurut jajak pendapat Reuters. Amerika Serikat juga akan merilis indeks harga konsumen di minggu ini.

Berbanding Terbalik dengan Euro, Dolar Alami Lonjakan

Jumat (04/03) pagi di Asia, dolar naik tetapi euro akan mengalami minggu terburuknya terhadap mata uang AS dalam waktu sembilan bulan. Invasi Rusia ke Ukraina dan harga komoditas yang lebih tinggi sebagai dampaknya terus menekan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Eropa.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik 0,19% menjadi 97,976.

Dalam sebuah langkah yang memperdalam krisis di Ukraina, pasukan Rusia menembaki pembangkit listrik bertenaga nuklir Zaporizhzhia di Enerhodar, Ukraina sebelumnya. Rusia juga terus mengepung dan menyerang kota-kota Ukraina pada hari kedelapan invasinya, yang dimulai pada 24 Februari. Serangan juga termasuk kota pelabuhan timur Mariupol, yang telah dibombardir berat.

USD/JPY  turun tipis 0,09% di 115,36. Data ekonomi Jepang yang dirilis sebelumnya menunjukkan tingkat pengangguran mencapai 2,8% pada Januari 2022.

AUD/USD naik tipis 0,1% ke 0,7336 setelah penjualan ritel Australia tumbuh 1,8%. Harga komoditas yang lebih tinggi karena invasi Rusia telah membantu dolar Australia yang lebih berisiko untuk terus naik selama beberapa minggu terakhir.

Pembangkit nuklir terbesar dari jenisnya di Eropa dilaporkan terbakar, yang mendorong dolar Australia. EUR/USD jatuh lebih lanjut 0,35% menjadi $1,1025, sempat mencapai level terendah sejak Mei 2020. Mata uang tunggal telah kehilangan 1,84% dalam seminggu, minggu terburuk sejak Juni 2021. Dolar AS juga jatuh terhadap yen safe haven tetapi naik terhadap mata uang lainnya.

Efek dari lonjakan harga energi dan gas dapat mengganggu rebound konsumsi industri dan swasta yang telah diperkirakan setelah pelonggaran pembatasan COVID-19 dan juga kemungkinan akan memperlambat normalisasi kebijakan European Central Bank.

NZD/USD naik tipis 0,09% menjadi 0,6806. Rupiah naik tipis 0,01% di 14.384,1.

Pasangan USD/CNY stabil di 6,3204 dan pasangan GBP/USD turun tipis 0,06% ke 1,3339.

Di seberang Atlantik, Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak COVID-19 dimulai ketika mengumumkan kebijakannya pada 15 Maret mendatang. Ketua Fed Jerome Powell menegaskan dalam hari kedua kesaksiannya di depan Kongres AS bahwa ia akan mendukung kenaikan awal suku bunga seperempat poin persentase.

Kenaikan Tipis Terjadi pada Dolar, Sedangkan Euro Terpukul

Selasa (02/03), dolar mengalami kenaikan tipis dan euro di bawah tekanan seiring semakin intensifnya konflik di Ukraina mendorong permintaan untuk mata uang cadangan dunia tersebut.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya, diperdagangkan menguat 0,42% ke 97,816 menurut data Investing.com. Adapun rupiah berakhir melemah 0,36% di 14.386,5 per dolar AS.

USD/RUB melonjak 7% di 108,6011, sementara EUR/USD terus melemah 0,58% di 1,1062, tepat di sekitar level terendah 21 bulan baru.

Pasukan Rusia telah meningkatkan pemboman di kota-kota Ukraina serta mengeluarkan peringatan untuk penduduk Kiev agar keluar dari kota saat konvoi kendaraan lapis baja sepanjang satu mil mendekat ke ibukota.

Hal ini memicu trader mencari dolar AS, mata uang cadangan dunia, tempat berlindung utama, dan aset paling likuid.

Rubel terus menurun meskipun Bank of  Russia menaikkan suku bunga utamanya dua kali lipat menjadi 20% dengan investor mempertimbangkan dampak sanksi ekonomi yang keras terhadap Rusia.

Tetapi dari mata uang utama, eurolah yang paling terpukul akibat sanksi berat terhadap Rusia dan lonjakan harga minyak menimbulkan kekhawatiran atas pukulan terhadap ekonomi dan pertumbuhan Eropa.

Trader mengamati rilis data Indeks Harga Konsumen zona euro di sesi ini, di mana European Central Bank harus menyeimbangkan antara lonjakan inflasi dan potensi pukulan besar dan kuat terhadap pertumbuhan di wilayah tersebut dampak dari invasi Rusia ke Ukraina.

Sementara, USD/JPY naik di 115,18, sedangkan sensitif risiko AUD/USD naik 0,12% di 0,7259, dibantu oleh data yang menunjukkan kinerja ekonomi Australia positif di kuartal IV. GBP/USD juga turun 0,15% menjadi 1,3301.

Kemudian di sesi ini, Ketua Fed Jerome Powell akan bersaksi mengenai masalah ekonomi di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS, dan investor ingin mengetahui pemikirannya tentang potensi dampak dari konflik di Ukraina, mengingat bank sentral ini diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada bulan ini untuk mengendalikan lonjakan inflasi.

Terakhir, USD/CAD turun 0,2% ke 1,2714. Bank of Canada diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga di sesi ini untuk menangkal kenaikan tingkat inflasi pada level tertinggi tiga dekade.