Dolar Menguat Pasca Usulan Stimulus Biden

Dolar berkonsolidasi -0,3 hingga -0,5% terhadap hampir seluruh mata uang (-0,3% terhadap Euro di 1,1755, -0,5% terhadap Pound dan Dolar Kanada).

Hanya Yen yang melemah terhadap semua mata uang dengan penurunan sebesar -0,25% terhadap Dolar (ke 110,6E) dan -0,55% terhadap Euro.

Pergerakan Yen dipicu karena 31 Maret adalah akhir tahun fiskal di Jepang yang menandakan beberapa aksi pengambilan risiko oleh investor Jepang akan terjadi hari ini. Kita sebenarnya melihat pergerakan yang sama pada 31 Maret 2020 di mana investor melakukan aksi jual setelah keuntungan di kuartal pertama. Meskipun begitu, alur ini cenderung terjadi sebentar dan akan kembali naik terhadap Dolar secepatnya.

Secara keseluruhan, indeks Dolar berada di atas 93 setelah naik ke 93,47. Indeks Dolar naik hampir ke 90 di awal bulan Maret dan selaras dengan bulan terbaiknya sejak 2016.

Tapi Dolar nampak lemah di balik pertanyaan terkait rencana keuangan (yang diberi nama ‘Build Back Better’) sebesar 2.000Bn untuk proyek infrastruktur (selama 8 tahun) yang akan diaplikasikan oleh Kongres secepat mungkin dan yang juga akan menciptakan lapangan kerja baru (di sektor transportasi, kendaraan listrik, pasokan air, internet, listrik, dan semikonduktor).

Rencana itu akan didanai oleh suku bunga pajak korporat sebesar 28% (keuntungan 21% di luar negara) tapi pertanyaannya masih seputar akankah hal itu cukup untuk memberikan dorongan yang tahan lama untuk ekonomi AS di beberapa tahun mendatang.

Kelemahan Dolar nampaknya tidak banyak berpengaruh dengan “imbal hasil”-nya karena OAT, BTP dan Bund sedang turun sementara obligasi AS berada di antara 1,715 dan 1,7300 persen (tidak berubah).

Mereka tidak merosot seperti yang biasa kita lihat setelah adanya “angka baik”. Sebagai referensi, PMI Chicago naik +7pts ke 66,3 yang awalnya hanya diprediksi menjadi 60,3.

“Angka baik” lainnya adalah di sektor swasta AS yang menghasilkan 517.000 pekerjaan di bulan Maret berdasarkan Challenger/ADP, sedikit melebihi estimasi rata-rata dari para ekonom: ini adalah tiga kali lipatnya dari 176.000 pekerjaan yang diciptakan di bulan Februari (direvisi dari estimasi awal sebesar 117.000).

Akselerasi yang kuat di penciptaan lapangan kerja di bulan Maret secara umum dikarenakan 437.000 pekerjaan baru yang dihasilkan oleh sektor layanan (pariwisata dan makanan), sementara sektor produksi bahan baku menciptakan 80.000 pekerjaan (rencana “Build Back Better” akan menciptakan lebih banyak dari ini).

Sumber Grafik: Tradingview 31.03.2021

Emas Anjlok di Bawah 1.700 Per Ons

Harga emas kian tertekan akibat melandainya kurva suku bunga dan peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah AS di awal pekan.

Imbal hasil surat obligasi AS dengan tenor 10 tahun terus melejit dengan kenaikan 3 poin basis ke 1,747 persen. Suku bunga bursa acuan naik ke 1,78% kemarin yang merupakan titik tertinggi sejak Januari 2020. Angka tersebut pernah mencetak titik rendah di 0,915% awal tahun ini.

Kenaikan imbal hasil yang dipicu oleh membaiknya pandangan ekonomi dan kekhawatiran akan meningkatnya inflasi di AS tengah menekan emas. Para investor memutuskan untuk fokus pada sektor ekonomi yang paling mungkin diuntungkan dari pemulihan ekonomi dan akhirnya meninggalkan emas yang kondang dengan status aset amannya.

Kendati demikian, para analis khawatir akan kenaikan gabungan dari pasar ekuitas dan imbal hasil obligasi, suatu fenomena yang sering dianggap pertanda terjadinya konsolidasi.

Menurut grafik, emas terjun untuk mendapat pijakan kembali dan para penjual terus memberi tekanan kuat pada harga. Kemudian, bursa kini mencoba untuk membuat titik rendah baru menyusul penembusan titik 1.703 per ons.

Dalam jangka dekat, kita akan melihat fase konsolidasi dalam bentangan harga $1.750 dan $1.680. Perputaran harga baru menuju batas yang berlawanan yang dilengkapi dengan penembusan harga akan membawa harga ke $1.790. Sebagai catatan, harga emas telah terkunci dalam saluran tren turun sejak Agustus 2020, jadi penembusan titik atas seharusnya mengarahkan pada berlanjutnya dinamika titik bawah bullish.

Namun, jika titik support $1.680 tertembus akibat tekanan jual, maka emas berisiko terus terjun hingga titik teknis utama selanjutnya di sekitar $1.625.

Simpulannya, emas terperangkap di antara dua tingkat utama, resistansi di $1.750 dan support di $1.680. Oleh karena itu, hanya penembusan hargalah yang akan mengatur tempo selama sepekan, namun risiko bearish tetap ada dalam jangka dekat.

Sumber Grafik: Tradingview 30.03.2021

Emas Dapat Mencapai 1.995/Ons Sebelum Akhir Tahun

Setelah tahun yang bersejarah, emas akan diapresiasi dalam jangka menengah dan panjang berdasarkan Laporan Tahunan Emas oleh CPM. Pandemi telah merubah kondisi dunia dan memperburuk beberapa masalah yang harusnya bisa menguntungkan bagi emas.

“Walaupun pandemi pasti berlalu, hal itu telah merubah dunia. Pandemi telah memperburuk beberapa faktor yang mendukung harga emas,” kata CPM Group.

Pemicu utama yang akan mendukung emas saat ekonomi global kembali dibuka adalah hutang negara dan sektor swasta, defisit, dan kebijakan moneter yang terlalu akomodatif. Pemerintahan di seluruh dunia akan sulit memutarbalikkan kebijakan fiskal yang diajukan sebagai respon dari pandemi.

“Kondisi ini menempatkan emas di posisi yang baik untuk keuntungan yang lebih banyak di jangka menengah dan panjang,” kata laporan tahunan tersebut. “Pandemi telah memperburuk semua permasalahan ini dan akan semakin sulit untuk menyelesaikan beberapa diantaranya yang akan membantu menjaga ketertarikan investor pada logam mulia tersebut.”

Di konferensi virtual Prospectors & Developers Association of Canada (PDAC) 2021, Wakil Kepala Riset CPM Group Rohit Savant menyatakan bahwa emas dapat naik hingga mencapai $1,995/ons tahun ini yang akan mewakili 5% kenaikan dari harga penutupan di tahun lalu.

Proyeksi ini hadir dibalik emas yang sulit untuk maju setelah beberapa periode konsolidasi. Saat artikel ini ditulis, emas spot diperdagangkan di $1,712, lebih rendah 1,10 persen hari ini. Akhir-akhir ini emas telah berada di bawah tekanan karena adanya peningkatan imbal hasil obligasi 10 tahun dan penguatan pada Dollar AS.

Untuk itu, suku bunga rendah dan suku bunga yang menyesuaikan dengan inflasi negatif akan menjaga ketertarikan investor di emas secara fundamental dan jangka panjang, sementara tanda apapun terkait kenaikan suku bunga akan menahan harga karena investor jangka pendek menggunakan model valuasi berdasarkan obligasi AS, seperti yang terjadi pada kuartal pertama di tahun 2021.

Penting untuk diingat bahwa beberapa negara di dunia akan menghadapi pandemi hingga 2022 bahwa 2023.

“Karena inisiatif stimulus via stimulus terus berlanjut, otoritas moneter masih harus melakukan lebih banyak hal untuk mengimbangi limpahan negatif dari stimulus fiskal di imbal hasil obligasi, hal ini akan mendukung harga emas,” kata CPM Group. “Sementara The Fed belum memiliki rencana untuk mengontrol kenaikan suku bunga saat ini, jika suku bunga terus naik tajam, tidak heran jika The Fed akan lebih agresif untuk mencegah suku bunga jangka panjang naik terlalu banyak dan terlalu cepat.”

CPM Group memprediksi Dollar AS yang lebih lemah di 2021 tapi tidak mengantisipasi kejatuhan total pada mata uang tersebut. “Nilai Dollar, tapinya, bergantung pada nilai mata uang lainnya. Jika dibandingkan dengan kebanyakkan mata uang utama dan ekonomi yang bersaing, ekonomi AS dan Dollar masih berada di posisi yang lebih baik dan hal ini akan memberikan dukungan di awal penurunan nilai Dollar ini.”

Pasar saham akan terus naik dibalik valuasi yang tinggi. Imbal balik investasi di pasar ini mungkin tidak sebagus seperti di dua tahun sebelumnya tapi gabungan antara ekuitas yang mahal dan imbal hasil obligasi yang rendah membuat emas sebagai aset diversifikasi yang menarik.

Sebagai tambahan, hubungan antara AS dan China adalah faktor kunci yang harus diperhatikan di tahun ini. Terlepas dari bagaimana mereka nantinya akan berkembang, hubungan mereka yang saat ini buruk akan memberi dampak dari waktu ke waktu dan sebagai gantinya mendorong daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Sumber: Tradingview: 29.03.2021

Proyeksi EURUSD

Euro terhadap Dolar AS pulih di hari Kamis meski tanpa memutarbalikkan kerusakan yang terjadi di tiga sesi sebelumnya. Hal ini sebagai konsekuensi tumbuhnya perbedaan antara jalan ekonomi pada kedua sisi Antlatik.

Saat penutupan hari perdagangan di sesi terakhir pada minggu lalu, EUR/USD naik 0,25%, menjadi 1,1793. Mata uang tersebut turun hampir 1% sejak awal pekan.

Tapi sementara “sedikitnya penurunan pada Dolar membuat seluruh pasar dapat bernapas lega sejenak, tren masih tetap naik untuk Dolar” kata Han Tan, seorang analis di FXTM.

Proyeksi Euro yang masih suram terus menyingkirkan para pembeli agresif. Hal ini dikarenakan gabungan dari pemulihan ekonomi yang lambat di Uni Eropa, dengan kurangnya dukungan keuangan untuk pemulihan ini dan perkembangan vaksinasi yang lesu.

Hal ini berkebalikkan dengan AS dimana pasar sedang menantikan pemulihan yang cepat, khususnya akibat rencana stimulus raksasa yang didorong oleh administrasi Presiden AS – Joe Biden dan kampanye vaksinasi yang cepat.

Jumlah orang yang terkena virus korona di Eropa dan lainnya, membuat beberapa negara anggota Uni Eropa kembali memberlakukan karantina wilayah dan pembatasan lainnya. Banyak analis menyatakan penurunan dalam kemampuan Uni Eropa untuk pulih dengan cepat.

Sementara itu, Pound Inggris juga memprihatinkan di minggu lalu dimana ia jatuh sekitar 0,50% terhadap Dollar AS karena perselisihan antara Uni Eropa dan Inggris terkait pengiriman vaksin memicu taruhan tren turun.

Uni Eropa sedang menghadapi masalah seputar pengiriman vaksin ditengah-tengah perselisihan antara Brussel dan London. Uni Eropa menyatakan pada pertemuan virtual di hari Kamis bahwa mereka siap memblokir ekspor AstraZeneca. Namun, mereka tidak memberikan pengumuman lebih lanjut yang menjelaskan pemulihan GBP/USD di paruh kedua pekan lalu. Pada hari Jumat, GBP/USD naik sekitar 0,40% ke 1,2789.

Dari sudut pandang teknikal, EUR/USD mungkin tidak bergerak sebaik Pound di sesi mendatang dan tampaknya akan berkonsolidasi dalam kisaran ketat di 1,185 dan 1,175. EUR/USD telah gagal membangun laju positif untuk dirinya sendiri dan kemungkinan akan diperdagangkan sideways sebelum melanjutkan koreksi lebih lanjut menuju angka psikologis 1,17. Para trader dapat membeli EUR/USD secara konservatif untuk pergerakan menuju level 1,17620 (retracement Fibonacci 0,786).

Ke depannya menjelang akhir kuartal, para trader harus mengharapkan pergerakan tak terduga dan volatilitas yang lebih tinggi di semua pasar dalam beberapa hari mendatang karena investor institusional akan menyeimbangkan kembali portofolionya. Para trader harus tetap waspada terhadap perubahan pasar dan berhati-hati.

Level Support & Resistance:

R3       1.20686
R2       1.19790
R1       1.18895
S1        1.17620
S2        1.17000
S3        1.16000

Sumber Grafik: Tradingview 20.03.2021

Usaha Terakhir EURUSD Sebelum Menembus ke Bawah 1,175

Pada hari Kamis, Euro melemah terhadap Dolar AS dan mengindikasikan adanya titik ter-rendah baru sejak bulan November. Hal ini dikarenakan para trader bertaruh terhadap pemulihan ekonomi di AS yang lebih cepat ketimbang di Eropa, yang terkena dampak gelombang Covid-19 yang baru.

Saat artikel ini ditulis, Euro terhadap Dolar AS jatuh 0,33%, menyentuh 1,17734 Dolar per Euro. Indeks Dolar (DXY) yang membandingkan Dolar AS dengan mata uang utama lainnya, naik ke titik tertingginya sejak pertengahan November.

Meskipun begitu, pasar foreign exchange diprediksikan pada awal tahun akan melihat Dolar berada dibawah tekanan akibat rencana stimulus yang diinginkan oleh para demokrat Joe Biden, kata Hussein Sayed seorang analis di FXTM.

“Tapi para investor malah fokus ke proyeksi ekonomi, dengan pertumbuhan AS diharapkan melampaui negara berkembang lainnya untuk beberapa kuartal dan menyebabkan masuknya modal ketimbang keluarnya modal” tambahnya.

Bagi Boris Schlossberg dari BK Asset Management, kekuatan Dolar “sedikit diakibatkan oleh pelemahan Euro ketimbang perbedaan pertumbuhan antara AS dan Eropa”. GDP AS diprediksikan untuk tumbuh 4,3 persen di sidang terakhir dimana Uni Eropa tertahan di 3,7 persen.

Tekanan pada Euro juga dapat dikaitkan dengan pengalihan resiko yang ada di pasar yang memihak kepada Dollar AS. Khususnya dikarenakan pasar ekuitas AS bergejolak.

Pound Inggris mengawali tahun ini dengan titik tinggi yang didorong oleh kesimpulan kesepakatan perdagangan pasca Brexit dengan Uni Eropa, serta kampanye vaksinasi yang cepat. Kini Pound berada hampir di titik yang sama seperti saat tanggal 1 Januari terhadap Dolar (naik 0,42%).

“Pound telah menderita akibat ketegangan antara pemimpin Inggris dan Uni Eropa terkait vaksin” yang dapat “menghambat rencana karantina Inggris” kata para analis di OFX.

Di hari Rabu, Uni Eropa memutuskan untuk menerapkan ekspor vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh mereka dibawah pengawasan ketat untuk mencegah bocornya informasi terkait dosis yang dibutuhkan bagi para masyarakat Eropa ke negara lain.

Perdana Menteri Inggris – Boris Johnson telah memberi peringatan terkait “blokade yang sewenang-wenang” dimana pemerintahannya sedang berusaha untuk meredakan semua ketegangan yang ada. Pada pernyataan yang sama, London dan Brussel telah meyakinkan untuk mengusahakan “langkah spesifik” untuk mencari “solusi yang saling menguntungkan”.

Melihat gambaran teknikal di balik EUR/USD, kami mencatat bahwa seller tetap memegang kendali dengan kuat setelah pertahanan pada titik 1,18522 gagal. Titik menarik berikutnya adalah pada titik 1,17734 yang saat ini sedang diuji. Kemungkinan pembalikan pada titik ini sangat tipis karena buyer cenderung menahan dan mengincar entry ulang pada titik 1,16 sebagai gantinya.

Sumber Grafik: Tradingview: 25.03.2021

Minyak AS Naik Setelah Kemacetan di Sues

Harga minyak rebound di hari Rabu terlepas pengumuman peningkatan baru dalam inventori mingguan minyak AS. Untuk minggu yang diakhiri per tanggal 19 Maret, inventori ini naik menjadi 1,9 juta barel. Harga kembali pulih setelah berita kapal pengangkut kandas di Kanal Sues yang menghalangi lalu lintas di salah satu rute perdagangan maritim terbesar di dunia tersebut, khususnya kapal tanki minyak.

Sekitar 16:10 GMT, barel WTI AS untuk bulan Mei naik 5,12% dari penutupan sehari sebelumnya ke 60,72 Dollar. Barel ‘Brent North Sea’ untuk pengiriman di bulan yang sama naik 5,10%, menjadi 63,89 Dollar di sekitar waktu yang sama di London.

Harga minyak telah merugi sebanyak 6% di hari Selasa. Hal ini terjadi setelah minyak jatuh lebih dari 6% minggu lalu yang menjadi penurunan mingguan terbesarnya sejak Oktober 2020. Setelah naik lebih dari 30% sejak awal tahun, harga minyak telah mulai terkoreksi di beberapa minggu ini dibalik kekhawatiran gelombang ketiga virus korona di Eropa.

Langkah pembatasan intensif terhadap pandemi, khususnya di Jerman dan Perancis, menumbuhkan rasa khawatir terhadap lambatnya pemulihan ekonomi yang memberatkan pemintaan terhadap minyak. Di Jerman, institut IFO telah merevisi proyeksi pertumbuhan di hari Rabu menjadi turun ke 3,7% yang sebelumnya naik 4,2%.

Hari ini investor “berusaha untuk memperkirakan berapa lama kapal pengangkut tersebut akan menghalangi salah satu jalur perairan terbesar di dunia” kata Edward Moya, seorang analis di Oanda. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana gangguan terhadap pasokannya sebagai hasil.

Kapal tersebut diketahui bernama Ever Given, dengan panjang 400 meter dan bendera Panama yang berlayar dari Yantian (Cina) ke Rotterdam, yang kandas di kanal tersebut pada hari Selasa.

Dengan lalu lintas yang diharapkan bisa kembali normal “hari ini atau Kamis” harga minyak “masih menetap di titik tingginya” di sesi perdagangan Eropa, kata Moya.

Sumber Grafik: Tradingview 24.03.2021

EURUSD Jatuh Dikarenakan Langkah Pembatasan Wilayah

Euro jatuh tajam terhadap Dolar AS di hari Selasa. Hal ini karena adanya pembatasan wilayah baru di Eropa, sehingga memberatkan mata uang tunggal tersebut. EUR/USD kehilangan hampir 0,70 persen. Saat ini EUR/USD berada di titik 1,1851, dimana ini adalah titik terendahnya dalam tiga minggu ini.

Sehari sebelumnya, mata uang tersebut telah naik terhadap Dolar AS. Tapi, Stephen Innes, seorang analis di Axi, dalam komentarnya mengatakan bahwa “Euro tetap mendekati titik terendahnya di tahun ini karena penerapan program vaksinasi yang lamban”.

Pengumuman Kanselir Angela Merkel di hari Selasa pagi yang menyebutkan Jerman akan menerapkan pembatasan wilayah dari 1 hingga 5 April selama akhir pekan di Hari Paskah “sangat berkontribusi” dalam pelemahan Euro, kata Brad Bechtel dari perusahaan bernama Jefferies.

“Saat kita bangun pagi ini, ini adalah berita utamanya. Sebelumnya di Asia, Dolar AS telah diminati oleh para investor” tambah Brad.

Sepertiga rakyat Perancis, termasuk 12 milyar di daerah Paris, juga telah dikarantina kembali sejak Sabtu lalu.

Pasar juga memperhatikan pidato ketua The Fed – Jerome Powell sebelum kongres komite. Powell menyatakan bahwa bank sentral akan terus mendukung ekonomi dengan kebijakan moneter akomodatifnya.

Pasar mengkhawatirkan kembalinya inflasi akibat pemulihan ekonomi dan paket stimulus raksasa di AS telah mendorong suku bunga di pasar obligasi, yang akan membuat Dolar menguat.

Beberapa investor berharap The Fed akan membuka jalan untuk pengetatan kebijakan moneter lebih cepat dari yang diprediksikan. Tapi untuk sekarang, Powell fokus pada ekonomi yang sudah harus berjalan lagi,

Di jangka panjang, “langkah besar The Fed akan mengurangi kinerja Dolar yang sangat tinggi karena mereka akan membuat ekonomi global lainnya untuk pulih” kata Kit Juckes, seorang analis di Societe Generale.

Sumber Grafik: Tradingview 23.03.2021

Bank Pusat Swiss Sedang Agresif Dalam Membatasi Mata Uang Swiss di 2020

Bank Pusat Swiss mengambil tindakan di tahun 2020 untuk melawan nilai berlebih dari Franc Swiss, dimana Franc adalah safe haven utama. Berdasarkan informasi di hari Senin, ini hampir setara dengan pembelian mata uang sebesar 110 milyar Franc untuk menekan guncangan akibat pandemi,

Di tahun 2020, pembelian mata uang oleh bank sentral Swiss berjumlah 109,7 milyar Swiss Franc (setara 99,3 milyar Euro). Berdasarkan laporan manajemen tahunannya, Sebagian besar pembelian dilakukan di paruh awal tahun saat tekanan mata uang tersebut “sedang kuat”.

Pada paruh awal tahun, campur tangan pada pasar keuangan dalam melawan tekanan di mata uang tersebut naik hingga 90 milyar Franc.

Jika dibandingkan, pembelian mata uang tersebut dibatasi di 13,2 milyar Franc untuk seluruh tahun 2019.

Tahun lalu, “Franc, yang dianggap sebagai safe haven, secara terus-menerus berada dalam tekanan naik” sebut bank sentral Swiss dalam laporannya. Sekali lagi ditekankan bahwa perluasan kebijakan moneternya dibutuhkan untuk menjaga tekanan Franc agar tidak naik.

Apresiasi yang kuat pada Franc akan menjadi beban tambahan bagi ekonomi Swiss saat masa krisis. Pada paruh kedua tahun, kebutuhan atas tindakan campur tangan kurang dibicarakan, karena tekanan di mata uang itu sudah mulai berkurang.

Franc Swiss adalah salah satu safe haven utama seperti emas, Yen Jepang dan obligasi Jerman. Saat pasar berguncang, kebanyakkan investor berlindung di mata uang tersebut dan langkah-langkah ini berdampak pada perusahaan Swiss yang melihat harga produk ekspornya naik.

Untuk melawan nilai berlebih di mata uangnya, Bank Pusat Swiss mengandalkan suku bunga negatif yang diterapkan ke aset. Aset ini diurus oleh bank karena meragukan investasi pada Franc, yang didukung dengan campur tangan di pasar saat harga mata uang tersebut naik.

Bank Pusat Swiss akan melaksanakan pertemuan kebijakan moneter kuartalnya di hari Kamis. Sampai hari itu, kemungkinan USD/CHF akan terus berjalan seperti polanya di 2 minggu terakhir yaitu di antara handle 0,935 dan 0,922. Tren naik CHF mengharapkan adanya perubahan untuk para pembuat kebijakan di Bank Pusat Swiss, demi mengisyaratkan kembalinya suku bunga riil positif dalam waktu dekat.

Sumber Grafik: Tradingview 22.03.2021

Proyeksi Mingguan GBPUSD

GBPUSD mengakhiri minggu perdagangan dengan lebih lembut. Pasangan mata uang tersebut terus berkonsolidasi di antara titik 1,38 dan 1,40. Hal ini  terjadi setelah Bank Inggris menjaga suku bunga agar tetap stabil di hari Kamis, menyerukan langkah akomodatif Federal Reserve AS dalam prospek kebijakan moneter di masa depan untuk semakin diperketat.

Komite kebijakan moneter bank sentral secara anonim mengusulkan untuk menjaga suku bunga pinjaman utamanya di 0,1 persen dan menjaga target pembelian aset saham di 895 milyar Pound (USD 1,2 triliun).

Keputusan tersebut dibuat saat imbal hasil obligasi di seluruh dunia telah naik berdasarkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan kemungkinan bahwa bank sentral akan memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang diharapkan. Meskipun begitu, di hari Rabu, ketua Federal Reserve AS – Jerome Powell mengatakan bahwa The Fed tidak berniat untuk menaikkan suku bunga hingga tahun 2023.

Di bulan Februari, ekspektasi pertumbuhan Bank pusat Inggris adalah sebesar 5% untuk tahun 2021. Untuk sekarang, pemulihan masih belum berjalan sesuai rencana karena ekonomi ber-‘kontraksi’ sebesar 2,9% di bulan Januari. Angka ini masih 9% lebih rendah dari Februari 2020, sebelum gelombang pandemi terjadi.

Sementara itu, spekulasi seputar pemotongan suku bunga ke wilayah negatif semakin besar dan telah memberatkan Pound Inggris. Di bulan lalu, Bank Inggris menyatakan bahwa para peminjam di Inggris akan membutuhkan waktu selama enam bulan untuk mempersiapkan adanya suku bunga negatif namun menekankan bahwa mereka tidak berencana untuk menetapkan langkah tersebut dalam waktu dekat.

Untuk beberapa sesi, pasar telah berkonsolidasi antara USD 1,40 dan USD 1,3815. Sehingga, terobosan di kedua titik tersebut akan memicu arah langkah selanjutnya. Terobosan di bawah MA 50 di 1,380 akan mengarah ke koreksi yang lebih dalam menuju USD 1,3680. Di sisi lain, terobosan di 1,4018 akan menandakan dimulainya kembali tren naik menuju titik tinggi terkini di 1,4242 dan titik tinggi tahun 2018 di 1,4375.

Para trader dapat mempertimbangkan untuk memanfaatkan kondisi ini di awal minggu ini dan melakukan penjualan konservatif di titik harga saat ini dengan target di 1,38. Resitensi di titik tersebut akan memicu langkah naik lebih tinggi ke titik retracement Fibonacci 0,3 di 1,39451.

Jika dilihat dari kalendar makro, minggu ini trader akan memiliki kesempatan untuk bereaksi terhadap data tenaga kerja Inggris di hari Selasa dan data Index Harga Konsumen (CPI) di hari Rabu, dimana keduanya diprediksi akan mengalami sedikit kenaikan.

Titik Support & Resistance

R3 1.42457

R2 1.40244

R1 1.39451

S1 1.37528

S2 1.36273

S3 1.35000

Sumber Grafik: Tradingview 21.03.2021

“Terlalu Awal untuk Pengurangan Pembelian Obligasi” Kata Jerome Powell

Federal Reserve mengumumkan di hari Rabu bahwa mereka mengharapkan mempercepat pertumbuhan dan inflasi AS tahun ini  sambil kembali menyatakan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga mendekati nol untuk beberapa tahun.

Bank sentral kini mengharapkan Produk Domestik Bruto AS meningkat sebesar 6,5% tahun ini – yang akan menjadi kinerja terbaiknya sejak 1984 – dan tingkat pengangguran untuk jatuh ke 4,5%, dibandingkan proyeksi pengembangan sebesar 4,2% dan tingkat pengangguran sebesar 5% di bulan Desember.

Di waktu yang sama, inflasi diproyeksikan akan naik dengan target 2 persen menjadi 2,4 persen sebelum turun di 2022.

Revisi kenaikan proyeksi ekonomi tidak merubah ekspektasi para bank sentral secara fundamental terkait suku bunga: 7 dari 18 bank sentral kini memprediksikan kenaikan suku bunga di 2023, 5 percaya naik di Desember, dan 4 lainnya percaya bahwa suku bunga perlu dinaikkan awal tahun depan dimana tidak satu pun dari mereka mengantisipasi proyeksi sebelumnya.

Momentum ekonomi baru digabungkan dengan meningkatnya situasi kesehatan, kemajuan kampanye vaksinasi dan penerapan dua paket stimulus senilai USD 2,8 milyar oleh Kongres sejak bulan Desember.

Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan di konferensi media online bahwa meskipun prospek membaik, bank sentral tidak memiliki niat untuk mengurangi dukungannya untuk ekonomi, mengingat bahwa hampir 10 milyar warga Amerika masih belum bekerja dan inflasi tetap berada dibawah target 2%.

“Sebagian besar komite tidak mengharapkan kenaikan suku bunga,” katanya.

Jerome Powell juga menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk membicarakan soal “tapering”, yaitu pengurangan berkala di pembelian obligasi oleh The Fed, sebuah komentar yang langsung membuat pasar bereaksi dimana ekuitas bergerak naik sementara imbal hasil obligasi jangka panjang turun.

“Kombinasi dari imbal hasil obligasi yang masih rendah, normalisasi kebijakan moneter yang lamban dan bertahap serta meningkatnya prospek ekonomi tetap menjadi kondisi yang ideal untuk aset beresiko,” kata Willem Sels, ketua bank dan investasi manajemen kekayaan swasta di HSBC.

Proyeksi baru The Fed dan pernyataan ketuanya menunjukkan bahwa bank sentral masih berniat untuk menghindari reaksi dini dan berlebih bagi kenaikan inflasi. Hal ini dikarenakan kenaikan harga yang diprediksi dalam beberapa bulan mendatang sebagian akan menjadi akibat kejatuhannya di awal pandemi, sebuah efek dasar yang akan hilang nantinya.

(Sumber Grafik: WSJ 17.03.2021)
(Sumber Grafik: Tradingview 17.03.2021)